Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Menapaki Coron Town: Cerita Raksasa Tidur hingga Berendam di Maquinit Hot Spring
16 Oktober 2023 18:08 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Salib besar tampak berdiri tegak di puncak Gunung Tapyas. Simbol suci tersebut bermakna kasih Tuhan terhadap warga Coron Town , Palawan, Filipina , yang mayoritas beragama katolik.
ADVERTISEMENT
Berada di ketinggian 620 mdpl, gunung tersebut sebetulnya adalah bukit yang disebut gunung oleh warga setempat. Tepat di bawah salib itu ada huruf balok bertuliskan Coron. Ini mengingatkan kita pada markah Hollywood di Pegunungan Santa Monica.
“Kamu kalau mau boleh naik ke puncak sana. Butuh sekitar 700 langkah,” kata Jonel, ketika berbincang dengan kumparan, Rabu (11/10).
Jonel adalah pemandu lokal kami saat di Coron City. Tempat pertama yang dia tunjukkan adalah Lualhati Park. Itu adalah pelabuhan yang menjadi penghubung bagi warga Coron Town terhadap pulau-pulau di sekitarnya.
Jonel lalu menyinggung tentang sebuah bukit unik di sebelah timur. Ia menyebutnya sebagai sleeping giant atau raksasa tidur. Itu, kata dia, karena bentuk hidung, mulut, dan tubuh yang menyerupai manusia raksasa yang tengah berbaring.
ADVERTISEMENT
“Coba kamu perhatikan, bentuknya seperti raksasa kan?” katanya
Coron Town memang dikelilingi tebing-tebing curam dan formasi batuan karst yang terbuat dari batu kapur. Salib di Gunung Tapyas maupun sleeping giant adalah dua ikon penting di Coron Town. Wisatawan yang berada di sana seolah-olah akan ‘diawasi’ oleh dua ikon tersebut.
Sekilas Coron Town
Kami datang ke Coron atas undangan Departemen Pariwisata Filipina. Agendanya adalah menikmati keindahan Pulau Coron yang berada di Provinsi Palawan. Jaraknya sekitar 300 km dari Ibu Kota Manila.
Secara teknis, Coron Town sebetulnya bukan berada di Pulau Coron. Ia justru berada di Pulau Busuanga. Pulau tersebut memiliki akses bandara bernama Francisco B. Reyes Airport, atau lebih dikenal sebagai Bandara Busuanga.
ADVERTISEMENT
Para wisatawan yang mau liburan ke Pulau Coron pasti akan tiba di Bandara Busuanga. Selanjutnya perjalanan disambung dengan transportasi darat ke Coron Town sekitar 22 km atau 33 menit perjalanan.
Para wisatawan pun biasanya akan menginap di hotel atau resort di Coron Town. Nantinya petualangan ke Pulau Coron bisa dinikmati melalui perjalanan laut dari Lualhati Park.
Menjelajah Coron Town layaknya menjelajahi negeri sendiri. Warung ada di mana-mana, anak sekolah yang pakai seragam, hingga sepeda motor yang hilir mudik.
Salah satu yang membedakan adalah keberadaan tricycle. Itu adalah sepeda motor yang dimodifikasi, sehingga bisa membawa lebih banyak orang. Tricycle layaknya ojek pangkalan di Indonesia.
Daya tarik lain yang ada di Coron Town adalah gereja katolik San Agustin Parish Church. Gereja itu berdiri sejak 1901 dan berada tepat di jantung Coron Town. Bangunannya bernuansa katedral modern kecil yang dipenuhi kehangatan.
Maquinit Hot Spring
Jonel lalu membawa kami ke Maquinit Hot Spring saat langit sudah gelap. Perjalanan ke Maquinit Hot Spring memakan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota. Lokasinya pun begitu terpencil.
ADVERTISEMENT
Penerangan di pemandian air panas itu tampak syahdu. Ia bilang tempat itu adalah pemandian air panas yang langka di dunia.
"Air panasnya adalah air asin," kata Jonel.
Kami lalu mencoba berendam untuk membuktikan perkataan Jonel. Omongannya ternyata akurat. Di lidah, air itu terasa asin layaknya lautan. Namun, airnya hangat dengan suhu 38 hingga 41 derajat celcius.
"Berendamnya cukup 15 menit. Lalu naik ke atas buat istirahat dan habis itu boleh berendam lagi," kata Jonel mengingatkan.
Pemandian air panas itu dibuka sejak pukul 08.00 hingga 22.00 waktu setempat. Harga tiketnya 300 peso atau sekitar Rp 80 ribu. Sumber air panasnya berasal dari gunung api bawah tanah yang berada di Coron.
ADVERTISEMENT
Live Update