Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menelusuri Oymyakon, Desa Paling Dingin di Bumi
4 Februari 2019 18:52 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Pada bulan Januari penduduknya harus merasakan hidup di bawah suhu minus 70 derajat celsius.
Pernah kamu membayangkan sebelumnya, bagaimana rasanya harus hidup pada suhu di bawah -0 derajat celcius?
Percaya atau tidak, namun ini lah yang terjadi pada penduduk yang tinggal di Desa Oymyakon. Sebuah permukiman terpencil di Republik Sakha, tepatnya di wilayah Yakutia, beberapa ratus mil dari Lingkar Kutub Utara.
Dahulu sebenarnya Oymyakon bukan lah wilayah berpenghuni. Sekitar tahun 1920 hingga 1930-an Desa Oymyakon merupakan tempat yang digunakan untuk singgah para penggembala rusa karena memiliki sumber air panas untuk memberi minum ternaknya. Untuk mengurangi populasi para nomaden, pemerintah akhirnya menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Nama Oymyakon sendiri memiliki arti “air yang tidak membeku”. Namun pada kenyataannya, desa yang dihuni sekitar 500 orang ini menjadi tempat paling dingin yang dihuni di dunia.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Januari suhu rata-rata di desa yang berada 750 meter di atas permukaan laut ini mencapai -50 derajat celsius. Sebagai contoh, pada Januari 2018 suhunya mencapai -66 derajat celsius, sementara rekor paling ekstrim berada di -71.2 derajat celsius.
Suhu -71.2 derajat celsius sendiri merupakan suhu terendah di belahan bumi bagian Utara. Bahkan menjadi yang terendah dan terdingin yang pernah terjadi di suatu daerah yang ditinggali oleh manusia di bumi.
Dengan suhu yang begitu rendah, tak heran jika Desa Oymyakon tidak ditumbuhi tanaman dan buah-buahan. Maka dari itu penduduk setempat wajib mengkonsumsi daging agar tetap sehat dan terhindar dari malnutrisi.
"Warga Yakutian menyukai makanan dingin, ikan Arktik mentah yang dibekukan, salmon putih, ikan putih, hati kuda mentah yang beku, dianggap makanan lezat," ujar penduduk setempat, Bolot Bochkarev, kepada Weather Channel.
ADVERTISEMENT
Selain tak ditumbuhi tanaman, penduduk Desa Oymyakon juga harus menghadapi beberapa masalah lainnya. Misalnya, butuh waktu tiga hari untuk menggali kuburan untuk menguburkan mayat, membangun kamar mandi luar karena tanah yang membeku membuatnya tidak mungkin untuk membangun pipa ledeng dalam ruangan.
Selanjutnya tinta pulpen yang membeku dan menyulitkan jika ingin menulis, vodka yang membeku karena ditaruh di luar ruangan. Kemudian, mobil yang tidak pernah dimatikan mesinnya karena akan sulit untuk menyalakannnya kembali, hingga handphone yang tidak bisa bekerja di suhu yang dingin.
Tak hanya itu, bila suhunya sudah sangat dingin aktivitas sekolah anak-anak juga akan diberhentikan sementara waktu. Mereka bisa terjebak di kelas kecuali jika suhunya turun menjadi -52 derajat celsius.
“Saya melangkah keluar (saat suhunya) -47 derajat celsius dan merasa dingin secara fisik, rasanya kaki saya seperti dicengkeram. Kadang-kadang air liur saya membeku menjadi jarum yang akan menusuk bibir saya,” cerita Amos Chapple, seorang jurnalis foto yang melakukan perjalanan ke wilayah tersebut pada 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya air liur, air mata pun juga ikut membeku. Jika sudah membeku, Chappel menambahkan seperti ada jarum-jarum kecil yang menyakitkan wajahnya.
Selain itu, Chapple juga membagikan pengalaman lainnya saat berada di Desa Oymyakon. Salah satunya adalah merasa kesulitan saat mewawancarai penduduk setempat. Sebab, karena suhu yang begitu dingin, mereka akan berjalan sangat cepat dari satu tempat hangat ke tempat lain.