Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Mengenal 3 Gending Klasik Pengiring Tari Gandrung
8 November 2017 20:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
![Para penari gandrung sewu (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1510064054/lho88w69mbabg3nax0ps.jpg)
ADVERTISEMENT
Tari Gandrung pada mulanya merupakan perwujudan rasa syukur kepada Dewi Sri setelah masa panen. Tari Gandrung ini bisa disebut Gandrung klasik atau Gandrung Terob. Dalam pementasannya terbagi dalam empat bagian yakni Jejer Gandrung, Rapenan, Paju Gandrung, dan Seblang Subuh.
ADVERTISEMENT
Selama pementasan, selalu ada tembang atau gending yang dimainkan sebagai pengiring. Tiga gending klasik yang menjadi pengiring Tari Gandrung adalah Podo Nonton, Seblang Lukinto dan Kembang Pepe.
Ketiganya memiliki syair dan makna yang berbeda. Berikut penjelasannya :
1. Podo Nonton
Gending Podo Nonton dimainkan ketika tahapan awal tari Gandrung yakni Jejer Gandrung. Dikutip dari Novi Anoegrajekti dalam jurnalnya menyebut dalam tahapan Jejer, lagu baku yang dinyanyikan adalah Podo Nonton dan Jaran Dhawuk.
Syair Podo Nonton mengandung pesan-pesan perjuangan rakyat Blambangan. Abal (1990) menerangkan bahwa dalam tampilan yang paling eksplisit lagu tersebut adalah irama vokal untuk memberi penghormatan kepada tamu, tetapi secara simbolis mengandung makna perjuangan. Pesan perjuangan diungkap melalui kata-kata yang tidak dimengerti maksud sebenarnya oleh penjajah dan hanya dimengerti para pejuang Blambangan.
ADVERTISEMENT
Dalam liriknya ada kata-kata yang menggambarkan perjuangan. Seperti kata "kembang abang" dalam bait 7 dan "ring paseban" dalam bait 8. Menurut budayawan Banyuwangi, Fatrah Abal, kata-kata tersebut melukiskan peperangan yang banyak menimbulkan korban, begitu pula "selebrang tiba ring kasur" yang berarti korban terkapar di Bumi Blambangan.
![Festival Gandrung Sewu di Pantai Boom Banyuwangi (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1507469863/krpeq01awgnn9tsietzx.jpg)
2. Seblang Lukinto
Dalam buku Gandrung Banyuwangi (2003) dan Blambangan Selayang Pandang (1977) terdapat lima lagu wajib yang harus dinyanyikan dalam tahapan Seblang-seblang atau Seblang Subuh yang merupakan bagian akhir Tari Gandrung yakni, Seblang Lukinton, Sekar Jenang, Kembang Pepe, Sondreng-sondreng, dan Kembang Prima
Syair-syair dalam Seblang Lukinto merupakan deskripsi waktu menjelang fajar yang disampaikan dengan menggunakan tanda alam cahaya merah di timur dan suara ayam berkokok.
ADVERTISEMENT
Novi Anoegrajekti dalam jurnalnya yang berjudul Pada Nonton dan Seblang Lukinto : Membaca Lokalitas dalam Keindonesiaan menuturkan, Budayawan Banyuwangi Hasnan Singodiman dan Fatrah Abal, menceritakan bahwa sebelum tahun 60-an, ketika babak Seblang-seblang dipentaskan dan diiringi gending Seblang Lukinto, Sekar Jenang, Kembang Pepe, dan Sondreng-sondreng, banyak orang tua yang menyaksikan tidak dapat menahan tangis karena lagu-lagu tersebut mampu membangkitkan ingatan atau kenangan tentang masa lalu suku Using yang kelam ketika menghadapi Belanda.
![Para penari gandrung sewu (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1510064055/cvgv2zrt6xaxhovuqtdo.jpg)
3. Kembang Pepe
Kembang Pepe adalah gending yang memiliki tiga bait dan setiap baitnya terdiri dari empat lirik. Sama seperti Seblang Lukinto, Kembang Pepe dimainkan saat babak Seblang Subuh atau Seblang-seblang.
Kembang Pepe menitikberatkan penggunaan Tari Gandrung sebagai siasat untuk melawan penjajah. Tari Gandrung dipentaskan bersama dengan pertunjukan Barong untuk membuat tentara Belanda lengah. Mereka dibuat larut lewat tarian dan suguhan minuman-minuman keras. Di saat itulah, tentara-tentara Belanda diserang.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Dinas Pariwisata M Y. Bramuda, Tari Gandrung memiliki peran penting sebagai siasat melawan Belanda.
"Tari Gandrung sebagai seni tradisi rakyat memang dalam sejarahnya memiliki peran penting sebagai siasat melawan Belanda," ujar Bramuda seperti dilansir situs resmi Banyuwangi.