Mengenal 5 Rumah Adat Bali yang Penuh Filosofis

4 Februari 2021 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anjungan Bali di Taman Mini Indonesia Indah Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Anjungan Bali di Taman Mini Indonesia Indah Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bali merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki pesona tiada habisnya memikat hati wisatawan. Mulai dari keindahan alam, kekayaan budaya yang lestari, sampai nilai-nilai tradisional yang selaras dengan keseharian masyarakat Bali, termasuk dari segi rumah adat.
ADVERTISEMENT
Dilansir laman resmi Kementerian Kebudayaan RI, ciri khas dari rumah adat Bali ini adalah gapura candi bentarnya yang memukau. Ada dua gapura yang merupakan bangunan candi sejajar di rumah-rumah Bali. Gapura ini merupakan tempat masuk ke area halaman rumah.
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan di dalam hidup akan tercapai bila ada harmonisasi antara tiga aspek penting, yakni palemahan, pawongan, serta parahyangan. Maka dari itu, pembangunan rumah adat Bali harus meliputi aspek tersebut yang dikenal dengan “Tri Hita Karana”.
Pura Ulun Danu. Bali, Indonesia Foto: Shutter Stock
Umumnya, arsitektur rumah adat ini didominasi dengan hiasan seperti ukiran, peralatan, dan pemberian warna. Ragam hias rumah tradisional asal Bali juga mengandung arti tertentu untuk mengungkapkan keindahan simbol, serta penyampaian komunikasi.
Rumah adat Bali dibangun dengan aturan Lontar Hasta Kosali. Aturan adat ini sama halnya dengan Feng Shui ilmu topografi dari budaya Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Lontar Hasta Kosali menjadi pedoman dalam membangun rumah adat Bali. Biasanya, saat membangun rumah, orang Bali akan mementingkan ke arah mana bangunan menghadap.
Biasanya, bangunan yang dianggap keramat atau suci akan dihadapkan ke arah gunung. Sebab, gunung adalah benda keramat.
Dalam Lontar Hasta Kosali disebut dengan istilah Kaja. Sedangkan, untuk hal yang dianggap tidak suci, akan dihadapkan ke arah laut atau dikenal sebagai Kelod.
Rumah adat Bali memiliki arsitektur yang penuh dengan hiasan. Ukiran dan pahatan mengambil kehidupan di bumi berupa manusia, tumbuhan, dan juga binatang.
Lantas, apa sajakah jenis rumah adat Bali? Berikut kumparan rangkum lima bagian dari rumah adat Bali.

1. Bale Manten

Rumah adat Bale Manten adalah bangunan tradisional Bali yang dikhususkan untuk kepala keluarga dan anak perempuan. Rumah ini memiliki bentuk bangunan persegi panjang dan biasanya di bangun di sebelah kiri.
ADVERTISEMENT
Isi dari rumah adat Bale Manten adalah dua ruangan (bale) lainnya yang dinamakan bale kanan dan bale kiri. Rumah adat Bale Manten kini mengalami banyak perubahan dalam bentuk arsitektur.
Menurut Lontar Hasta Kosali, bangunan rumah adat Bali ini dibangun menghadap ke sebelah utara. Bangunan rumah ini berbentuk persegi panjang dengan dikelilingi bale-bale.

2. Bale Gede atau Bale Dangin

Bale Dangin, rumah adat Bali Foto: Wikimedia Commons
Sama seperti Bale Manten, Bale Gede adalah persegi panjang dengan 12 tiang. Ruangan ini digunakan untuk upacara adat, sehingga posisinya harus lebih tinggi dari Bale Manten.
Bale Gede memiliki ukuran yang besar. Maka dari itu, selain digunakan untuk tempat penyelenggaraan upacara adat, rumah adat ini juga biasa digunakan sebagai tempat berkumpul serta menyajikan makanan khas Bali atau untuk membakar sesajen.
ADVERTISEMENT

3. Bale Dauh / Bale Tiang Sanga

Dalam struktur bangunan rumah adat Bali, Bale Dauh difungsikan sebagai ruangan untuk menerima tamu. Selain itu, Bale Dauh juga digunakan sebagai tempat tidur untuk anak remaja laki-laki.
Sama seperti Bale Manten, Bale Dauh juga memiliki bentuk persegi panjang. Bale Dauh memiliki tiang penyangga yang jumlahnya selalu berbeda antara rumah yang satu dengan lainnya. Posisi lantai Bale Dauh harus lebih rendah dibanding Bale Manten.

4. Angkul-angkul

Ilustrasi Angkul-angkul dalam rumah adat Bali Foto: Wikimedia Commons
Angkul-angkul merupakan pintu masuk utama rumah adat Bali. Bangunannya mirip dengan gapura dan ditempatkan di bagian depan rumah.
Ciri khas Angkul-angkul adalah atapnya yang diukir dengan ukiran tradisional khas seni Bali. Atap Angkul-angkul yang penuh dengan ukiran artistik menghubungkan kedua sisi gapura, sehingga terlihat unik. Awalnya, atap menggunakan rumput kering, namun di zaman sekarang banyak orang yang sudah mengubahnya menjadi genteng.
ADVERTISEMENT

5. Lumbung

Ilustrasi rumah Jineng, rumah adat di Bali yang berbentuk lumbung padi. Foto: Melly Meiliani/kumparan
Lumbung adalah tempat menyimpan makanan pokok dan kebutuhan sehari-hari masyarakat adat Bali. Jenis makanan yang disimpan di Lumbung bermacam-macam, seperti padi, jagung, dan sebagainya yang telah dijemur.
Kini, Lumbung dikenal sebagai Jineng. Rumah adat Bali yang satu ini seluruh materialnya terbuat dari kayu dan beratapkan jerami kering. Sama seperti Lumbung, rumah adat Jineng juga didesain menyerupai rumah adat panggung.
Bangunan Jineng biasanya berbentuk persegi panjang serta terdiri dari empat atau enam tiang penyangga. Tiang-tiang ini juga terbuat dari kayu atau menggunakan bahan yang alami.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).