Mengenal Akhokoy, Tari Tradisional Khas Sentani Warisan Tiga Suku di Papua

8 Oktober 2021 7:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akhokoy, tarian tradisional khas masyarakat Sentani, Papua. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Akhokoy, tarian tradisional khas masyarakat Sentani, Papua. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PON XX Papua tak hanya menjadi ajang para putra/putri daerah untuk menjadi yang terbaik. Lebih dari itu, ajang olahraga empat tahun sekali tersebut juga menampilkan beragam kekayaan tradisi dan budaya Papua sebagai tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah tari tradisional Akhokoy yang menyita perhatian para peserta PON XX Papua. Tari ini dimainkan oleh 20 anak-anak yang tergabung di dalam sanggar tari Nafas Danau Sentani (NDS). Selain gerakan dan kostumnya yang khas, tarian ini juga memiliki makna filosofis tersendiri, lho.
Akhokoy, tarian tradisional khas masyarakat Sentani, Papua. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Akhohoy merupakan tarian khas di kampung adat Yokiwa yang terletak di Sentani, Kabupaten Jayapura.
Tarian yang diiringi lantunan berbahasa tradisional Sentani itu pada hakikatnya memiliki makna mengangkat kebesaran sosok Ondoafi atau Kepala Adat yang dihormati masyarakatnya.
Akhokoy, tarian tradisional khas masyarakat Sentani, Papua. Foto: Livia Kristianti/ANTARA
Rupanya, tarian Akhokoy bukanlah tarian yang sembarang bisa ditampilkan dan memiliki makna yang mendalam, karena termasuk dalam perangkat sakral di Kampung Adat Yokiwa.
“Tarian ini merupakan lantunan dan tarian yang sejak dahulu sudah ada, menceritakan peristiwa dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dilantunkan dari generasi ke generasi lantunan itu mengajarkan nilai dan pedoman hidup bagi masyarakat,” kata Markus Rumbino, yang mendampingi anak-anak dari Sanggar NDS menampilkan tarian Akhokoy, seperti dilansir Antara.
ADVERTISEMENT
Kini, Akhokoy pun dikenalkan pada masyarakat Nusantara lewat perhelatan pertama PON di timur Indonesia itu. Tarian ini mengenalkan kebesaran, keberagaman, dan keindahan Papua, tanah surga yang jatuh ke bumi.

Tarian Tradisional Warisan Tiga Suku

Akhokoy merupakan tarian yang menunjukkan bagaimana kesatuan dan keberagaman bisa berbaur menjadi sebuah keindahan. Tarian ini menjadi cerminan dari tiga suku yang berada di Kampung Yokiwa, yakni Suku Awoitauw, Suku Fiobetauw, dan Suku Mimitauw.
Ketiga suku itu bersatu padu menerima keberagaman masing-masing, hingga akhirnya menciptakan warisan yang bisa diturunkan dari generasi ke generasi.
Ilustrasi Suku Terasing Foto: Shutter Stock
Jika diibaratkan tarian Akhokoy ini memiliki kedudukan layaknya kromo inggil di Pulau Jawa.
Ondoafi diposisikan sebagai seseorang yang dihormati karena perannya menjaga dan menyatukan masyarakat dari tiga suku yang berbeda itu.
ADVERTISEMENT
Tarian itu pun wajib dibawakan hanya oleh masyarakat asli dari Kampung Yokiwa dengan menggunakan pakaian adat Sentani.
Ilustrasi Danau Sentani, Papua Foto: Wikimedia Commons
Ada peran penari pria yang memimpin tarian, ia menggunakan rok rumbai dilengkapi lukisan motif khas Sentani di badannya, membawa dan meniupkan alat musik Ame yang berasal dari kerang untuk memberi instruksi.
Pemimpin tarian itu pun memandu baik penari wanita, maupun penari pria yang telah lengkap menggunakan kostum rumbai untuk membawa lantunan dan tarian Akhokoy.
Mereka membawakan lantunan dengan bahasa tradisional yang digunakan di Sentani, yang kemampuannya hanya dimiliki oleh ketiga suku itu.
Itulah yang menjadikan Akhokoy hanya boleh dibawakan oleh masyarakat asal Kampung Yokiwa, dan tidak bisa dibawakan oleh masyarakat luar secara sembarang.
ADVERTISEMENT
Selain mengangkat kebesaran Kepala Adat, Akhokoy juga berfungsi sebagai pengingat bagi masyarakat agar tak takabur ataupun pongah.
Maka dari itu, peristiwa yang dilantunkan untuk melengkapi tarian Akhokoy terus diperbaharui, agar dapat relevan mengikuti perubahan generasi ke generasi.
Markus menyebut salah satu peristiwa terbaru yang dimasukkan dalam penampilannya di Istora Papua Bangkit, yaitu Banjir Bandang Sentani yang meluluhlantakkan Ibu Kota Kabupaten Jayapura.
Peristiwa itu melengkapi Akhokoy agar bisa mengingatkan masyarakat Sentani tak lagi berbuat zalim pada lingkungan, dan harus mau menjaga alam agar peristiwa memilukan itu tak lagi terulang.
Penari menghibur penonton saat Upacara Pembukaan PON Papua di Stadion Lukas Enembe, Kompleks Olahraga Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu (2/10/2021). Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
Pentingnya peran Akhokoy sebagai pedoman hidup dan juga pengingat yang mendarah daging pada masyarakat Sentani, menjadikan tarian itu sangat dijaga kelestariannya.
Agar peristiwa ini bisa dikenal masyarakat Nusantara secara luas, diperlukan restu dari masyarakat adat di Kampung Yokiwa.
ADVERTISEMENT
Dengan pertimbangan meramaikan dan menyukseskan PON Papua, akhirnya sanggar DNS diperbolehkan untuk menampilkan tarian khas dari Sentani itu.
“Karena PON adalah acara besar nasional, sehingga Ketua Adat memberikan izin. Anak-anak generasi muda (yang tergabung dalam NDS) diperkenankan mengenalkan budaya Kampung Yokiwa kepada masyarakat Nusantara. Sehingga masyarakat Nusantara mengenal Papua yang indah dan memiliki keragaman yang mendalam,” ujar Markus.

Tarian Akhokoy di Masa Kini

Atlet sepak bola Boaz Solossa menyalakan api Kaldron PON Papua saat upacara pembukaan di Stadion Lukas Enembe, Kompleks Olahraga Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu (2/10/2021). Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
Salah satu penari Akhokoy yang berada di bawah binaan DNS, yaitu Dinna Awoitauw, mengaku bahwa ia merasa bangga bisa mengenalkan tarian khas kampungnya kepada masyarakat Nusantara.
Tak hanya bisa mengenalkan keberagaman Papua lewat bentuk artistik, tapi juga ia bisa mempelajari secara mendalam tarian sakral ini.
Tak hanya dari seninya tapi juga dari kedalaman kulturalnya, sehingga sebagai generasi muda ia tetap bisa mengingat tempatnya mengakar.
ADVERTISEMENT
“Tarian Akhokoy ini sangat bagus. Lewat tarian Akhokoy kita mengetahui cerita rakyat yang dahulu terjadi. Ini diceritakan atau dikisahkan kembali melalui Tarian dan nyanyian Akhokoy,” kata dara muda itu.
Tak hanya untuk memahami akar dan kedalaman kulturnya, kini Akhokoy pun menjadi sarana anak-anak Kampung Yokiwa mengenalkan keragaman Bumi Cendrawasih pada Nusantara.
Misalnya pada 2016, Akhokoy pernah mengantarkan Sanggar NDS menjadi pemenang dari Konser Karawitan Anak Indonesia yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).
Akhokoy juga menjadi jembatan bagi para generasi muda Yokiwa bisa mengenal dunia lebih luas lagi.
Dengan datang dan membawakan Akhokoy ke daerah-daerah lain di Nusantara, anak-anak itu bisa belajar dan mendapatkan ilmu baru dari daerah lain di Bumi Pertiwi.
ADVERTISEMENT
Tentu harapannya Akhokoy bisa terus terjaga eksistensi hingga generasi mendatang. Tak hanya menjaga akar sejarah Kampung Yokiwa, tapi juga menjadi gambaran keindahan Bumi Cendrawasih di mata masyarakat Nusantara.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)