Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Asal Mula Angpao, Tradisi Bagi-bagi Uang Warga Tionghoa Saat Imlek
10 Februari 2021 14:00 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Angpao adalah amplop merah berisi sejumlah uang yang umumnya diberikan kepada anak-anak, anggota keluarga yang belum menikah, atau orang tua. Biasanya, angpao diberikan saat malam sebelum perayaan Imlek atau pagi hari saat bersembahyang di vihara.
Angpao diberikan dengan harapan, penerima angpao dilimpahkan rejeki dan keberuntungan selama Tahun Baru. Lantas, bagaimana asal mula tradisi memberi angpao?
Dilansir Says, tradisi pemberian angpao pertama kali dilakukan pada zaman dinasti Qin sekitar 221 SM hingga 206 SM. Pada saat itu, para orang tua di China memberikan sebuah koin yang diikat dengan benang merah untuk dibagikan kepada generasi muda. Angpao, pada zaman dinasti Qin dikenal sebagai ya sui qian.
ADVERTISEMENT
Ya sui qian memiliki arti koin untuk mengusir roh jahat. Koin yang diikat dengan benang merah itu dipercaya dapat melindungi penerimanya dari penyakit dan kematian. Seiring berkembangnya zaman, ya sui qian kemudian diganti dengan amplop merah.
Mulai sejak itulah, ya sui qian ditulis dengan frase yā suì qián dan homofon untuk suì yang berarti "usia tua" sebagai ganti dari makna "roh jahat". Jadi, koin yang diletakkan di dalam amplop merah sebagai simbol pengharapan umur panjang bagi anak-anak yang menerimanya.
Menurut cerita rakyat China, asal mula ya sui qian berasal dari kisah seorang iblis jahat bernama Sui. Konon, anak-anak yang kepalanya disentuh oleh Sui saat mereka sedang tidur, akan jatuh sakit dan meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Zaman dulu, orang tua di China akan terjaga sepanjang malam demi melindungi anak-anak mereka dari sentuhan roh jahat. Setiap hari, para orang tua selalu memanjatkan doa agar anak-anak mereka yang baru lahir berumur panjang dan diselamatkan dari gangguan setan yang terkutuk.
Kemudian, seorang peri menjelma sebagai delapan koin yang berada di dalam amplop merah untuk mengelabui iblis. Amplop merah yang diletakkan di bawah bantal itu akan memunculkan pancaran sinar yang sangat terang, ketika terjadi sesuatu dengan anak-anak tersebut.
Hingga akhirnya, Sui mendekat kepada pancaran sinar dari amplop merah yang berada di kepala anak kecil tersebut. Ternyata, sinar dari amplop itu membuat Sui kabur.
Kisah ajaib itu kemudian menyebar ke seluruh penjuru desa. Sejak saat itu, semua orang tua mulai membungkus koin dengan kertas merah untuk melindungi anak-anak mereka dari roh jahat. Namun, Seiring berjalannya waktu, angpao tidak lagi menjadi pelindung dari roh jahat, tetapi simbol harapan dan keberuntungan bagi anak-anak.
Di sisi lain, angpao ternyata tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Ada aturan khusus yang harus dilakukan bila ingin makna berbagi angpao bisa dirasakan.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi China, angpao dilarang diisi dengan uang bernilai ganjil. Sebab, angka ganjil identik dengan pemakaman.
Selain itu, angpao juga tidak boleh diisi dengan uang yang memiliki angka empat jika dijumlahkan. Menurut pemahaman tradisi China, angka empat memiliki makna kematian.
Dalam tradisi orang Tionghoa, seseorang wajib memberikan angpao terutama orang yang telah menikah. Sebab, pernikahan merupakan batas antara masa anak-anak dengan usia dewasa. Harapannya pemberian angpao dari orang yang telah menikah bisa memberikan nasib baik kepada orang yang menerima.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).