Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Asal Usul Suku Betawi, Rumah Bagi Seluruh Etnis Pendatang di Jakarta
22 Juni 2021 18:03 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:09 WIB
ADVERTISEMENT
Hari jadi Kota Jakarta diperingati setiap 22 Juni. Tahun ini, DKI Jakarta berusia 494 tahun. Pada hari HUT Jakarta , Ibu Kota dipenuhi dengan ondel-ondel yang dipajang sepanjang jalan pusat kota. Ondel-ondel merupakan pertunjukkan rakyat Betawi yang tampil dalam pesta rakyat.
ADVERTISEMENT
Kota Jakarta identik dengan Suku Betawi , yang merupakan suku asli Ibu Kota. Suku Betawi atau orang Betawi bermukim di Jakarta dan daerah-daerah penyanggahnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Dilansir laman resmi Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan, Suku Betawi terbentuk pada abad ke-17, merupakan hasil dari campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab, dan Portugis. Jakarta, yang terletak di pinggir pantai atau pesisir, dalam proses perjalanan waktu menjadi kota dagang, pusat administrasi, pusat kegiatan politik, pusat pendidikan, dan disebut kota budaya.
Proses perkembangan itu amat panjang, sejak lebih dari 400 tahun yang lalu. Sejak masa itulah Jakarta menjadi arena perbauran budaya para pendatang dari berbagai kelompok etnis.
Karena berasal dari berbagai latar belakang, penduduk ini mulai mencari identitas kelompok agar terbentuk masyarakat yang homogen dengan sendirinya. Nama 'Betawi' berasal dari kata 'Batavia' -- nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu.
ADVERTISEMENT
Anggota suku atau pendatang asing yang datang mulai berdiam di Jakarta untuk waktu yang cukup lama. Etnis pendatang yang pertama kali mendiami kota ini adalah orang Melayu, Jawa, Bali, Bugis, dan Sunda. Sedangkan, orang asing yang pertama kali tinggal di kota ini adalah Portugis, Cina, Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman.
Unsur-unsur budaya kelompok etnik atau bangsa itu berasimilasi dan melahirkan budaya baru yang tampak dalam bahasa, kesenian, kepercayaan, cara berpakaian, makan, dan lain-lain. Sebutan suku, orang, dan kaum Betawi mulai populer pada 1918, saat Mohammad Husni Tamrin membentuk ‘Kaum Betawi’.
Meski ketika itu penduduk asli belum dinamakan Betawi, tapi Kota Batavia mulai dijuluki sebagai "negeri" Betawi. Kemudian, kategori 'suku' pada kelompok etnis ini mulai dimunculkan dalam sensus penduduk pada tahun 1930.
ADVERTISEMENT
Menurut sejarah, asal mula penyebutan Suku Betawi berasal dari kesalahan penyebutan kata Batavia menjadi Betawi. Masyarakat Betawi secara geografis dibagi mejadi dua bagian, yaitu Tengah dan Pinggiran.
Masyarakat Betawi Tengah meliputi wilayah Tanjung Priok atau meliputi radius 7 km dari Monas. Wilayah ini mayoritas dipengaruhi oleh budaya Melayu dan agama Islam yang terlihat dalam kesenian Samrah, Zapin dan berbagai macam Rebana.
Sedangkan, dari segi bahasa, terdapat banyak perubahan vokal a dalam suku kata akhir bahasa Indonesia menjadi e, misal guna menjadi gune. Sementara itu, Masyarakat Betawi pinggiran, sering disebut orang sebagai Betawi Ora yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan.
Kaum Betawi Ora mayoritas dihuni oleh pendatang dari Pulau Jawa yang berprofesi sebagai petani yang menanam padi, pohon buah dan sayur mayur. Sedangkan, bagian Utara meliputi Jakarta Utara, Barat, Tangerang yang dipengaruhi kebudayaan Cina, misalnya musik Gambang Kromong, tari Cokek dan teater Lenong.
ADVERTISEMENT
Bagian Selatan meliputi Jakarta Timur, Selatan, Bogor, dan Bekasi yang sangat dipengaruhi kuat oleh kebudayaan Jawa dan Sunda. Sub dialeknya mengubah ucapan kata-kata yang memiliki akhir kata yang huruf a dengan ah, misal gua menjadi guah.
Hingga saat ini Betawi bukan hanya sekadar Suku. Akan tetapi jadi identitas Kota Jakarta dengan budaya khasnya, serta memiliki nilai sejarah yang panjang dan berharga bagi peradaban di Indonesia.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).