Mengenal Black Friday, Hari Belanja Sedunia yang Berawal dari Kisah Kelam

9 Desember 2022 7:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berbelanja saat Black Friday. Foto: PopTika/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbelanja saat Black Friday. Foto: PopTika/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Black Friday atau Jumat Hitam merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu warga dunia. Meski terkesan menyeramkan, Black Friday disambut dengan suka cita, karena diperingati sebagai Hari Belanja Sedunia.
ADVERTISEMENT
Di hari inilah, warga dunia khususnya di Amerika Serikat (AS) bisa berbelanja dengan mendapatkan banyak potongan harga menarik. Tak sampai di situ saja, pertokoan hingga pusat-pusat perbelanjaan akan buka hingga malam hari untuk menawarkan diskon besar-besaran.
Meski jadi hari yang paling ditunggu-tunggu, Black Friday nyatanya memiliki kisah yang pilu dan kelam jika ditelisik dari sejarahnya. Kabarnya, Black Friday berawal dari sebuah kisah perbudakan. Benarkah? Berikut ulasannya.

Apa Sih Black Friday?

Ilustrasi berbelanja saat Black Friday. Foto: Master1305/Shutterstock
Sebelum mengetahui sejarah atau asal-usul Black Friday, kamu perlu memahami dulu apa sih Black Friday itu?
Dilansir Britannica, Black Friday adalah hari setelah liburan Thanksgiving di Amerika Serikat. Black Friday merupakan hari yang dipenuhi dengan penawaran diskon besar yang menandai awal musim liburan.
ADVERTISEMENT
Sesuai namanya, Black Friday biasanya terjadi di hari Jumat pada akhir bulan November.
Untuk menarik pembeli sebanyak mungkin, banyak pedagang yang membuka toko mereka dalam waktu yang lama.
Namun, di balik diskon yang diberikan besar-besaran, tahukah kamu sejarah munculnya Black Friday?

Pesta Diskon Besar-besaran yang Berawal dari Perbudakan

Ilustrasi perbudakan. Foto: woff/Shutterstock
Dilansir History, istilah Black Friday berasal dari krisis keuangan yang parah di Negeri Paman Sam pada 24 September 1869 silam, akibat krisis komoditas emas. Saat itu, dua pemodal besar Wall Street bernama Jay Goul dan Jim Fisk, dikenal sebagai seseorang yang cukup nakal, karena bersekongkol untuk membeli emas sebanyak mungkin.
Mereka bekerja sama untuk menaikkan harga komoditas yang diperdagangkan di pasar modal dan hanya akan menjualnya ketika harganya terlalu tinggi. Namun, konspirasi ini akhirnya terbongkar dan membuat harga emas turun dan saham pun anjlok.
ADVERTISEMENT
Saat itulah banyak investor kehilangan uang, dari investor besar hingga investor skala kecil. Akibatnya, mereka terpaksa menjual portofolio mereka dengan harga terendah untuk menghindari kerugian lebih lanjut.
Ilustrasi perbudakan. Foto: Morphart Creation/Shutterstock
Kisah lain dari Black Friday adalah terkait jual beli budak yang terjadi pada 1800-an. Dikutip dari BBC, Black Friday merupakan hari di mana para pedagang budak, akan menjual budak-budak mereka dengan harga diskon untuk membantu pekerjaan pemilik perkebunan.
Saat itu, para pemilik perkebunan membutuhkan bantuan untuk menghadapi musim dingin yang cukup panjang.
Pada hari setelah Thanksgiving, petani di Amerika Serikat bagian selatan dapat membeli budak dengan harga diskon. Namun, banyak yang menyangsikan peristiwa tersebut.

Sejarah Black Friday

Selain dua hal tersebut, istilah Black Friday kabarnya juga mulai digunakan oleh polisi Philadelphia pada tahun 1950-an. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi ketika sejumlah besar orang berduyun-duyun datang ke kota untuk memadati jalan, sehari setelah perayaan Thanksgiving.
ADVERTISEMENT
Mereka saat itu ingin menikmati promo yang diberikan oleh sejumlah gerai pertokoan. Karena jumlah massa yang besar, saling berdesak-desakan hingga perkelahian untuk mendapatkan barang diskonan pun tak terelakan.
Ilustrasi berbelanja saat Black Friday. Foto: PopTika/Shutterstock
Lambat laun, istilah Black Friday mulai dikenal dan menjadi hari yang ditunggu-tunggu banyak orang.
Pada 2008, Black Friday mencetak sejarah terburuk. Seorang pria diinjak-injak hingga meninggal di swalayan Walmart, New York. Pria tersebut meninggal akibat sesak napas. Dua tahun sebelumnya, beberapa pembeli juga sempat mengalami luka-luka, karena kericuhan Black Friday.
Meski demikian, beberapa penjual berusaha mengubah istilah Black Friday menjadi Big Friday. Sebab, istilah tersebut dianggap mengandung konotasi negatif. Kendati demikian, usaha mereka tak membuahkan hasil
Pada 1966, istilah Black Friday semakin meluas lewat media cetak. Sejak saat itu, Black Friday pun kerap dikaitkan dengan hari belanja setelah Thanksgiving.
ADVERTISEMENT
Setelah toko online bermunculan, istilah ini mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. Istilah tersebut pun mulai digunakan di negara-negara lain.
Kini, Black Friday menjadi hari yang paling digemari setiap tahunnya. Momen tersebut kerap dimanfaatkan untuk membeli barang-barang yang diinginkan.