Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mengenal Desa Nunsaen, Salah Satu Desa Penghasil Tenun Terbaik di NTT
19 Desember 2018 7:40 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB

ADVERTISEMENT
Nusa Tenggara Timur (NTT) tak hanya dikenal dengan wisata bahari dan juga panorama alamnya yang indah. Tetapi, NTT juga memiliki salah satu desa tenun yang dikenal dengan nama Desa Nunsaen.
ADVERTISEMENT
Desa Nunsaen merupakan salah satu desa penghasil tenun yang terletak di Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang, NTT. Banyak hasil tenunan masyarakat Nunsaen yang laku terjual dan dibeli para wisatawan sebagai oleh-oleh setelah berkunjung dari tempat Wisata Alam Gunung Fatuleu.
Terletak sekitar 50 kilometer dari Kota Kupang, Desa Nunsaen dapat ditempuh dalam waktu paling cepat sekitar satu jam dengan menggunakan kendaraan roda empat. Belum ada kendaraan umum untuk menuju ke desa tersebut. Oleh karena itu, bagi kamu yang ingin menuju ke sana sebaiknya menggunakan transportasi pribadi atau menyewa kendaraan.
Hal ini juga yang kumparanTRAVEL lakukan saat berkunjung ke desa ini beberapa waktu lalu. Ketika sampai di Desa Nunsaen, hawa dingin yang menyelimuti Gunung Fatuleu berpadu dengan hangatnya sambutan masyarakat sekitar.

Di sana kumparanTRAVEL berkesempatan untuk melihat secara langsung proses pembuatan tenun dan menikmati keindahan Desa Nunsaen atas undangan Angkasa Pura I. Terlihat beberapa penenun yang sedang mengolah kain tenun dengan berbagai macam motif.
ADVERTISEMENT
Di Desa Nunsaen sendiri, saat ini hanya memiliki sekitar satu kelompok penenun yang terdiri dari beberapa orang saja. "Ada satu kelompok, yang terdiri dari 50 orang," ujar Kepala Dusun Desa Nunsaen, Milkeas Ato, saat berbincang dengan kumparanTRAVEL.
Lebih lanjut, Milkeas menuturkan bahwa masyarakat Desa Nunsaen sudah menenun sejak dahulu, bahkan ketika masih anak-anak. Setiap motif dari kain tenun yang dibuat sudah dipertahankan dan diwariskan secara turun-temurun.
"Dari dulu kita sudah diajarkan dari mulai anak-anak untuk menenun. Sehingga akhirnya dibentuk kelompok-kelompok penenun dan mempertahankan motif-motif yang ada di sini," kata Milkeas.

Sementara itu, lama pembuatan satu lembar kain tenun bisa menghabiskan waktu hingga beberapa minggu. Hal ini tergantung tingkat kesulitan dan motif yang juga mempengaruhi lamanya pembuatan kain tenun tersebut.
ADVERTISEMENT
"Paling cepat itu tiga minggu dan paling lama satu bulan. Ada banyak motif, seperti motif Fatuleu, motif TTS dari Kabupaten Soak, hingga Afuan" tambah Milkeas.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh salah satu penenun bernama Yusmina Tallas. Menurutnya, bahkan ada kain sepanjang dua meter yang dibuat selama kurang lebih tiga minggu.
Tak hanya itu, motif dari tiap kain tenun pun berbeda-beda. Motif ini juga yang menentukan harga dari kain-kain tenun itu.

"Ada kain sepanjang dua meter yang dibuat selama tiga minggu dan kain tersebut harganya sekitar Rp 1,6 juta, dan kain itu yang paling mahal," ujar Yusmina Tallas.
Akan tetapi, bagi kamu yang memiliki bujet terbatas dan tetap ingin membeli kain tenun di Desa Nunsaen, ada beberapa pilihan kain tenun yang bisa menjadi alternatif. Harga kain ini bervariasi, mulai dari yang termurah Rp 100 ribu, hingga yang paling mahal sekitar Rp 1,6 juta.
ADVERTISEMENT
"Kalau bunganya (motif) bagus itu lebih mahal, tingkat kesulitan membuat harga tenun yang berbeda-beda," ujar Milkeas.

Meski begitu, sudah banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke Desa Nunsaen untuk membeli kain tenun hasil tangan terampil perempuan Desa Nunsaen. Para wisatawan tersebut biasanya datang antara bulan Juli atau Agustus, yaitu ketika musim panas. Hal tersebut karena para penenun akan mulai menenun di musim panas dan jika musim hujan tiba, mereka akan pergi berkebun.
"Sudah banyak wisatawan lokal, biasanya mereka datang di bulan Juli atau Agustus," tutur Milkeas.
Tertarik untuk berkunjung ke Desa Nunsaen?