Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Tanggal 25 Maret mungkin menjadi hari yang dinanti-nanti seluruh umat Hindu. Sebab, di tanggal tersebut umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi .
ADVERTISEMENT
Namun, karena meluasnya penyebaran virus corona yang kian mengkawatirkan, pelaksaan rangkaian upacara Hari Suci Nyepi di beberapa kota harus diadakan di rumah. Seperti di Jakarta, Gubernur DKI Anies Baswedan, mengatakan bahwa pelaksanaan ibadah hanya diadakan di dalam rumah.
Sedangkan, Gubernur Bali , Wayan Koster menyatakan rangkaian Upacara Hari Suci Nyepi akan tetap berjalan, tapi dengan pembatasan petugas. Dalam instruksinya, Gubernur Bali juga melarang adanya pengarakan Ogoh-Ogoh.
Hari Raya Nyepi sendiri adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka yang jatuh pada tanggal pertama atau kesatu bulan ke-10 dalam kalender Hindu. Nyepi mengandung sebuah dialog spiritual yang dilakukan umat Hindu agar kehidupan selalu seimbang dan harmonis, sehingga ketenangan dan kedamaian hidup dapat terwujud.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti perayaan keagamaan lainnya, selama hari raya berlangsung, jalanan akan sepi, tidak ada aktivitas yang dilakukan, bahkan bandara dan toko pun ikut tutup selama perayaan Hari Raya Nyepi.
Meski dirayakan dengan berdiam diri, sebelum datangnya Hari Raya Nyepi, beragam rangkaian acara dilakukan umat Hindu untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Berikut rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi yang harus kamu ketahui.
1. Upacara Melasti
Berasal dari kata Mala yang berarti kotoran dan Asti membuang atau memusnahkan, upacara Melasti merupakan rangkaian upacara Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan segala kotoran badan dan pikiran (buana alit) dan segala bentuk perbuatan yang telah terjadi di masa lalu.
Dalam ritual Melasti, umat Hindu mengawalinya dengan memohon doa kepada Sang Hyang Widho agar mereka diberi kekuatan saat melaksanakan Nyepi. Selama melakukan ritual ini, umat Hindu akan melakukan sembahyang di laut.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan melasti ini biasanya dilakukan dengan membawa arca, pretima, barong yang merupakan simbolis untuk memuja manifestasi Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa diarak oleh umat Hindu menuju laut atau sumber air untuk memohon pembersihan dan tirta amertha (air suci kehidupan).
2. Tawur Agung dan Pangerupukan
Tawur Agung atau Tawur Kesanga adalah ritual suci sehari menjelang perayaan Hari Suci Nyepi yang jatuh pada hari Tilem Sasih Sesanga. Tawur diartikan membayar atau mengembalikan sari-sari yang telah diisap atau digunakan oleh manusia.
Kegiatan ritual Tawur Agung bertujuan untuk menyucikan alam semesta beserta isinya dan meningkatkan hubungan, serta keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana).
Ritual Tawur Agung diikuti dengan upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, menaruh obor di sekeliling rumah, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul kentungan hingga bersuara.
ADVERTISEMENT
Saat malam pengerupukan, biasanya tiap desa dimeriahkan dengan adanya pawai ogoh-ogoh yang diarak berkeliling desa yang disertai berbagai suara keras, seperti petasan dan keplug-keplugan, yaitu bom atau meriam khas Bali.
3. Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa dilaksanakan selama 24 jam, dari matahari terbit pukul 06.00 pagi hingga pukul 06.00 pagi keesokan harinya. Selama hari raya inilah umat Hindu tidak boleh melakukan berbagai aktivitas fisik selain yang berguna untuk penyucian jiwa.
Saat Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan empat pantangan yang disebut dengan Catur Brata Penyepian. Yaitu, Amati Geni, yang berarti tidak boleh menyalakan api, baik api fisik, maupun api dalam diri kita.
Berikutnya adalah Amati Karya, yang berarti kita tidak boleh bekerja atau melakukan aktivitas, kecuali bertujuan untuk penyucian diri, misalnya berdoa. Pantangan ketiga adalah Amati Lelungan yang diambil dari kata 'lelunga' atau bepergian. Selama menjalani pantangan ini umat Hindu tidak boleh bepergian ke luar rumah.
ADVERTISEMENT
Pantangan yang terakhir adalah Amati Lelanguan, yaitu tidak boleh bersenang-senang dengan menggunakan alat teknologi seperti televisi, radio, atau musik yang sifatnya menghibur. Dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian ini, maka umat Hindu diharapkan bisa berkonsentrasi dan fokus untuk kembali ke jati diri atau mulat sarira dengan cara melakukan perenungan dan meditasi.
4. Ngembak Geni
Ngembak geni berasal dari kata ngembak yang berarti mengalir dan geni yang memiliki arti api yang merupakan simbol dari Brahma (Dewa Pencipta). Prosesi terakhir ini jatuh pada Pinanggal ping kalih atau tanggal dua pada bulan ke-10 tahun Saka.
Ritual Ngembak Geni memiliki makna bahwa ritual nyepi yang dilakukan selama 24 jam dapat diakhiri, sehingga umat Hindu dapat beraktivitas seperti biasa. Ngembak Geni dilakukan mengunjungi kerabat dan saudara untuk mesima krama, bertegur sapa sambil mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan.
ADVERTISEMENT