Mengenal Ma'Nene, Ritual Mengganti Pakaian Mayat di Toraja, Sulawesi Selatan

9 April 2020 8:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ritual Ma'Nene Toraja, menggantikan baju mayat ratusan tahun Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ritual Ma'Nene Toraja, menggantikan baju mayat ratusan tahun Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Daya tarik pariwisata yang dimiliki Indonesia tak hanya dari keindahan alamnya saja, keragaman budaya Nusantara juga menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Indonesia. Salah satu destinasi yang bisa kamu kunjungi untuk melihat keberagaman budaya Indonesia adalah Tana Toraja di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Tana Toraja dikenal memiliki warisan budaya yang kaya dan keunikan tersendiri. Salah satu tradisi yang paling unik di Tana Toraja adalah Ma'Nene.
Ritual unik dan misterius ini merupakan kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal dunia ratusan tahun lalu. Walaupun saat ini ritual tersebut sudah jarang dilakukan, beberapa daerah, seperti Desa Pangala dan Baruppu masih rutin melaksanakan ritual tersebut setiap tahunnya.
Ritual Ma'Nene, mengganti pakaian jasad leluhur Foto: Shutter Stock
Upacara ritual yang dilaksanakan setiap bulan Agustus ini diartikan sebagai penguasa kekerabatan di antara mereka. Bahkan, ritual Ma'Nene sudah menjadi aturan standar tak tertulis yang selalu dipatuhi oleh setiap warga negara.
Prosesi ritual adat ini diawali dengan berkunjungnya anggota keluarga ke pemakaman leluhur yang dinamakan Patane. Kemudian para anggota keluarga mengambil jasad anggota keluarga yang tersimpan selama ratusan tahun.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, setelah dikeluarkan dari kuburan, jasad tersebut dibersihkan. Lalu, pakaian yang digunakan jasad tersebut digantikan dengan menggunakan kain atau pakaian baru.
Ma'Nene, ritual adat yang mengganti pakaian jasad leluhur Foto: Shutter Stock
Untuk jasad pria akan dikenakan pakaian yang rapi, lengkap mulai dari jas sampai kacamata. Sedangkan, untuk jasad wanita akan dikenakan gaun pengantin. Setelah pakaian baru terpasang, jasad tersebut dibungkus dan dimasukkan kembali ke Patane.
Kemudian prosesi adat ditutup dengan Sisemba. Sisemba merupakan momen silaturahmi antar keluarga di wilayah tersebut, yang dilakukan dengan makan bersama. Makanan yang dihidangkan pun tak boleh sembarangan disajikan, karena harus berasal dari sumbangan setiap keluarga leluhur.
Biasanya ritual Ma’Nene dilakukan serentak dengan anggota keluarga atau bahkan satu desa. Dalam penyelenggaraannya, Ma'Nene digelar tiga tahun sekali. Hal tersebut bertujuan agar sanak saudara yang merantau dapat berkunjung dan menjalani ritual adat.
Para jasad leluhur di Toraja berganti pakaian saat Ritual Ma'Nene Foto: Shutter Stock
Ritual Ma’Nene tidak hanya sekadar ritual memandikan jasad dan memakaikan pakaian baru. Ritual ini memiliki makna lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Sejarah ritual Ma'Nene dimulai saat seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek yang hidup di ratusan tahun lalu. Saat itu, ia sedang berburu ke hutan Pegunungan Balla.
Diceritakan bahwa di tengah perburuan, Pong Rumasek, warga Toraja, menemukan mayat manusia yang mati. Tubuh itu terbaring di tengah jalan di hutan lebat. Kondisinya menyedihkan.Tubuh mayat itu hanya tulang.
Melihat kondisi tersebut, hati Pong Rumasek tergerak, dan ia pun ingin merawat mayat itu. Kemudian, jasad tersebut terbungkus pakaian yang dikenakannya. Setelah dianggap aman, Pong Rumasek kemudian melanjutkan perburuannya.
Para anggota keluarga sedang mengganti pakaian jasad leluhur Foto: Shutter Stock
Konon, sejak kejadian itu, setiap kali Pong berburu binatang, ia selalu mudah mendapatkannya, termasuk buah-buahan di hutan. Hal aneh lainnya pun terjadi. Ketika Pong Rumasek pulang, tiba-tiba hasil panennya berlimpah, perkebunannya panen lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
ADVERTISEMENT
Sejak itu, setiap kali berburu ke hutan, Pong selalu bertemu dengan roh orang mati yang pernah ia rawat. Bahkan, pikirannya sering diajak berburu binatang yang digembalakan. Pada saat itu, Pong Rumasek berpikir bahwa tubuh orang yang telah meninggal dunia harus tetap dimuliakan, meskipun itu hanya tulang belulang.
Karena sejarah Pong Rumasek itulah, setelah panen pada bulan Agustus, tiap penduduk Baruppu selalu mengadakan ritual Ma`Nene, upacara pemakaman untuk menghormati leluhur, Pong Rumasek
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!