Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Mante, Suku Manusia Kerdil Misterius dari Pedalaman Aceh
15 Juni 2022 7:01 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Keberadaan Suku Mante di Aceh memang masih menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini. Selain keberadaanya yang misterius, Suku Mante sangat sulit untuk ditemukan.
ADVERTISEMENT
Meski sulit, keberadaan Suku Mante pernah tertangkap kamera pemotor yang kebetulan tengah melintas di sebuah pedalaman Aceh.
Dalam video berjudul "HEBOH ! Kaget ada orang telanjang di hutan Aceh", seorang pengendara motor trail yang tengah melintas berhasil menangkap penampakan seseorang yang diduga Suku Mante.
Video yang diunggah pada tahun 2017 itu pun sempat viral di media sosial dan membuat gempar.
Sebagai suku terasing, Suku Mante sangat jarang untuk berinteraksi dengan suku lainnya, terutama dengan gaya hidup manusia modern saat ini. Oleh karena itu, sangat sedikit informasi mengenai suku ini yang bisa diakses.
Meski demikian, kumparan berhasil merangkum beberapa hal menarik berkaitan dengan suku terasing yang mendiami pedalaman Aceh ini.
Suku Bertubuh Kerdil
Dalam video yang sebelumnya sempat viral di media sosial, Suku Mante diduga memiliki fisik atau perawakan yang berbeda dengan suku pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Suku Mante disebut memiliki tubuh yang terbilang pendek. Tingginya berkisar antara 60-70 cm dan yang paling tinggi hanya mencapai satu meter saja.
Rambutnya terurai panjang hingga pantat. Sebagian dari mereka bertelanjang. Mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar, serta wajah persegi dengan dahi sempit. Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek.
Dalam kesehariannya, suku pedalaman Aceh ini tidak memakai baju ketika melakukan aktivitas sehari-hari.
Hidup Terasing dan Berpindah-pindah
Meskipun jumlahnya sedikit dan terbilang hampir punah, namun keberadaannya diyakini masih ada di pedalaman hutan Aceh.
Karena tidak adanya bukti interaksi antara kelompok Mante dengan dunia luar, maka dapat dikatakan bahwa mereka merupakan etnis yang sengaja menjauh dari peradaban.
ADVERTISEMENT
Tempat hidup yang jauh di kedalaman hutan belantara Aceh semakin membuatnya terasingkan di kehidupan yang sudah modern ini. Selain itu, suku ini juga sengaja menghindar apabila bertemu dengan orang lain di dalam hutan.
Selain itu, karena menjadi suku pedalaman, Suku Mante hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat, mengikuti tempat di mana kebutuhan hidup bisa tercukupi seperti makanan dan air. Faktor lain yang menjadikan suku ini hidup secara nomaden adalah agar tidak mudah dijangkau suku lainnya.
Suku yang Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun
Suku Mante dipercaya sebagai generasi yang membentuk Suku Aceh pada awalnya. Suku ini bersama suku lainnya, yakni Lanun, Sakai, Jakun, Senoi dan Semang, merupakan cikal bakal suku-suku yang ada saat ini di Aceh.
ADVERTISEMENT
Suku pedalaman ini diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi.
Suku ini diperkirakan tersebar mulai dari belantara Aceh Timur, Aceh Besar, Pidie, hingga ke daerah Aceh Tengah atau biasa disebut dataran tinggi Gayo.
Mengutip laman Indonesia.go.id, Suku Mante diduga berkerabat dekat dengan Suku Batak, Gayo, dan Alas. Suku Mante mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke tempat-tempat lainnya.
Ada pula dugaan secara etnologi tentang hubungan Suku Mante dengan bangsa Funisia di Babilonia, atau Dravida di lembah Sungai Indus dan Gangga. Namun, hal tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya.
Sementara itu, dilansir dari Rimba Kita, awalnya nama Mante pertama kali diperkenalkan oleh Dr Snouck Hurgronje dalam bukunya, De Atjehers.
ADVERTISEMENT
Dia mengartikan Mante adalah istilah untuk tingkah kebodoh-bodohan dan kekanak-kanakan. Snouck sendiri mengaku belum pernah bertemu dengan Suku Mante.
Dalam bukunya, Snouck menyebut Mante adalah orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII. Pada abad XVIII, sepasang warga Suku Mante ditangkap, lalu dibawa ke Sultan Aceh.
Mereka tidak mau berbicara dan makan atau minum, akhirnya keduanya meregang nyawa. Namun, dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan.
Sementara itu, kamus lain Gayo-Indonesia tulisan antropolog Nelalatua, Mante diartikan kelompok suku terasing. Sampai saat ini, belum ada yang mampu mengkonfirmasi kebenaran cerita terkait keberadaan Suku Mante di Aceh.
Hingga kini keberadaan suku ini masih menjadi misteri dan diperbincangkan para sejarawan.
ADVERTISEMENT