Mengenal Peh Cun, Tradisi Makan Bakcang untuk Peringati Kematian Menteri China

14 Juni 2021 13:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim putra perahu naga Indonesia beraksi di Asian Games 2018. Foto: Antara/M N Kanwa
zoom-in-whitePerbesar
Tim putra perahu naga Indonesia beraksi di Asian Games 2018. Foto: Antara/M N Kanwa
ADVERTISEMENT
Duanwu Jie atau yang juga biasa disebut Peh Cun adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh etnis Tionghoa yang jatuh pada hari 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Tahun ini, Duanwu Jie dirayakan pada 14 Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Peh Cun merupakan festival penting dalam kebudayaan dan sejarah China. Dalam tradisi ini, biasanya diadakan festival makan bakcang dan balap perahu naga.
Peh Cun sendiri berasal dari Bahasa Hokkian yang dipendekkan dari Pe Leng Cun, yang memiliki arti "mendayung perahu naga". Tradisi ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, tapi di belahan dunia bagian barat, Festival Hari Bakcang dikenal juga sebagai Festival Perahu Naga atau Festival Dumpling.
Berdasarkan metafisika China, Hari Bakcang adalah hari di mana energi yang keluar paling kuat. Hal tersebut membuat festival ini juga dikenal dengan sebutan Festival Extreme Yang.
Bakcang Bakmi Tiga Marga. Foto: Toshiko/kumparan
Ada juga yang menyebutnya Double Kelima Festival, karena diadakan pada hari 5 dan bulan 5 kalender lunar. Hari Peh Cun berkaitan erat dengan sejarah seorang tokoh bernama Qu Yuan. Ia merupakan seorang sarjana patriotik dan menteri di negara Chu.
ADVERTISEMENT
Ia pandai bekerja sama secara diplomatik dengan kerajaan lain demi melawan agresi negara Qin. Hal ini membuat dirinya disukai oleh banyak kalangan.
Namun, suatu hari ia difitnah dan dibuang ke pengasingan atas tuduhan palsu yang meyakinkan raja bahwa menteri telah melakukan korupsi. Menurut legenda, ia melompat ke Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 menurut kalender China.
Warga keturunan Tionghoa menyalakan lilin ukuran besar saat sembahyang saat perayaan Tahun Baru Imlek 2572 di Vihara Avalokitesvara di Kasemen, Serang, Banten, Jumat (12/2). Foto: Syaiful Arif/ANTARA FOTO
Ritual bunuh diri tersebut dilakukan untuk memprotes korupsi yang menyebabkan jatuhnya negara Chu. Banyak penduduk desa yang pergi mencari jenazahnya di sungai menggunakan perahu.
Mereka melakukannya sambil melemparkan nasi dan makanan lain ke dalam sungai, dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak mengganggu jenazah sang menteri.
Kemudian untuk menghindari makanan dari naga dalam sungai tersebut, maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan yang kini dikenal sebagai bakcang. Inilah mengapa tradisi makan kue beras dan balap perahu naga muncul.
ADVERTISEMENT
Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Bentuk bakcang sebenarnya juga bermacam-macam, dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bakcang di dunia.
Warga melihat bakcang ayam dipajang saat digelarnya Festival Bakcang Ayam dan Lamang Baluo, di Padang, Sumatera Barat, Jumat (7/6). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Di Taiwan, pada zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, berbeda dengan bentuk yang saat ini kita lihat. Isinya pun bermacam-macam, bukan hanya daging, tapi juga sayur, sarikaya, dan gula.
Selain makan bakcang, tradisi Peh Cun juga dirayakan dengan balap perahu naga. Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman negara-negara berperang.
Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya, baik di China Daratan, Hong Kong, Taiwan, maupun di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta-peserta dari mancanegara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).