Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Wayang Potehi, Wayang Khas Tionghoa yang Keberadaannya Hampir Punah
14 Oktober 2020 16:13 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bernama wayang potehi, kesenian ini adalah salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari China bagian selatan. Menurut Pegiat Rumah Cinta Wayang, Dwi Woro Retno, wayang potehi sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang sudah hampir punah.
"Kedatangannya di Indonesia melalui suatu perjalanan panjang dari abad ke-5 dan kemudian punah ketika Presiden Soeharto melarang kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Namun, demikian adalah satu keberuntungan ketika Presiden Gus Dur menghapus larangan itu dan wayang potehi kembali hadir hanya sayangnya para pelakunya sudah mulai sepuh," kata Dwi dalam webinar beberapa waktu lalu.
Dwi menjelaskan, wayang potehi sendiri berasal dari kata 'pou' yang berarti kain, 'te' atau kantong, dan 'hi' yang berarti wayang. Sesuai namanya, wayang potehi merupakan wayang boneka yang terbuat dari kain.
ADVERTISEMENT
Dalam praktiknya, sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sendiri sudah berumur sekitar 3.000 tahun.
Asal-usul Wayang Potehi di Indonesia
Menurut catatan sejarah, diperkirakan kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin (265-420 Masehi) dan berkembang pada Dinasti Song (960-1279). Sedangkan wayang potehi masuk ke Indonesia (dulu Nusantara) melalui orang-orang Tionghoa yang masuk ke Nusantara pada sekitar abad 16 sampai 19.
Bukan sekadar seni pertunjukan, wayang potehi bagi etnik Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.
"Biasanya wayang potehi digelar di klenteng-klenteng dan menjadi salah satu kegiatan ritual bagi masyarakat Tionghoa," lanjut Dwi.
ADVERTISEMENT
Dulunya wayang potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik China, seperti legenda dinasti-dinasti yang ada di China, terutama jika dimainkan di kelenteng. Akan tetapi saat ini wayang potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik.
Pada masa masuknya pertama kali di Nusantara, wayang potehi dimainkan dalam dialek Hokkian. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun kemudian juga dimainkan dalam bahasa Indonesia.
Sayangnya, wayang potehi kini berada diambang kepunahan karena para pelakunya yang sudah berada pada usia senja. Oleh sebab itu, ia bersama Komunitas Rumah Cinta Wayang yang terletak Depok pernah menggelar beberapa kegiatan untuk melestarikan kesenian tersebut
"Kami punya kegiatan setiap bulan minggu keempat di Taman Kaldera (sebelum adanya pandemi). Bagaimana warga Depok dan sekitarnya pada saat belum pandemi dan juga Jakarta, anak-anak sekolah itu bisa nonton wayang potehi secara langsung," kata Dwi.
ADVERTISEMENT
Mereka pun menggelar pertunjukan wayang secara rutin, khususnya wayang-wayang yang hampir punah seperti wayang beber, wayang kulit China-Jawa, wayang potehi dan sebagainya
Hanya saja, kegiatan tersebut kini terpaksa ditunda karena adanya pandemi. Meski begitu, Dwi pun mengungkapkan pihaknya telah mengubah penyelenggaraan wayang tersebut secara daring atau online melalui webinar wayang potehi.
Ia juga mengucapkan terima kasih khususnya kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Travel.co yang telah menginisiasi program heritage virtual tour untuk memperkenalkan wayang potehi ke khalayak yang lebih luas.
"Walau di masa pandemi ini kita harus semua kreasi tetap hadir di tengah pandemi melalui potehi virtual dan yang penting juga wayang sebagai warisan dunia yang sudah ditetapkan oleh UNESCO," kata Dwi.
ADVERTISEMENT
"Kalau bukan kita siapa lagi kalau tidak sekarang kapan lagi. Roh dari bangsa Indonesia adalah budaya jadi kita harus bekerja keras untuk tetap membuat berbagai produk budaya di Indonesia itu ada di hati setiap warga negara Indonesia dan yang penting juga 'tak wayang maka tak sayang'," pungkasnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )