Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenal Wayang Suket, Kerajinan Khas Purbalingga yang Terbuat dari Rumput
22 Agustus 2024 10:15 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, enggak hanya wayang kulit saja, tahukah kamu ternyata ada kesenian wayang lain yang juga berkembang di Pulau Jawa? Ialah wayang suket, kesenian tradisional asal Purbalingga ini juga tak kalah unik.
Sesuai namanya, wayang suket (dalam bahasa Jawa yang berarti rumput) ini tidak terbuat dari kulit kerbau, seperti wayang kulit pada umumnya. Menurut seniman wayang suket, Galih Asakti, sesuai namanya wayang suket adalah kerajinan tangan tradisional yang terbuat dari rumput-rumput liar yang telah dibuat sedemikian rupa.
Menariknya lagi, kepada kumparan, Galih bercerita bahwa wayang suket memiliki sejarah yang cukup panjang. Keberadaan wayang suket tak terlepas dari peranan Kasan Wikrama Tunut, atau yang juga dikenal dengan Mbah Gepuk yang berasal dari Desa Bantargebang, Purbalingga.
ADVERTISEMENT
"Sejarahnya itu wayang suket penemunya Mbah Gepuk, itu seorang petani dan punya ternak, kalau enggak salah kerbau atau sapi," kata Galih, saat ditemui kumparan di Plataran Borobudur Resort & Spa, Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Mbah Gepuk yang juga seorang seniman dikatakan Galih sangat menyukai karya seni. Ketika menggembala sapi tersebut, Mbah Gepuk mengisi waktu luangnya dengan mencabuti rumput.
"Nah, pas menggembala di sawah itu, kan (kerbau atau sapinya) sering ditungguin sambil iseng-iseng nyabutin rumput. Tercetus lah, iseng-iseng membuat dan menganyam rumput jadi seperti ini," lanjut Galih.
Sebelum menekuni wayang suket, Mbah Gepuk juga dikenal sebagai pendalang dalam pertunjukan ebeg atau kesenian kuda lumping.
Mbah Gepuk mahir memainkan wayang golek dan juga mendalang. Kemampuan itulah yang akhirnya mendorongnya untuk membuat wayang dari tangannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Wayang suket merupakan karya seni Mbah Gepuk ketika merenung di ladang.
Sementara itu, dilansir laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, wayang suket pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat melalui ajang Perkemahan Wira Karya Nasional (PWN) pada tahun 1990.
Perkemahan tersebut dilakukan di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Mbah Gepuk pada saat itu menjajakan wayang suket sebagai cenderamata. Sejak saat itu, wayang suket dipamerkan di sejumlah kota, seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Solo. Nama "Gepuk" diambil dari proses pemukulan (gepuk, dalam bahasa Jawa) rumput, sebelum dianyam menjadi wayang.
Proses Pembuatan Wayang Suket
Dalam acara media trip rangkaian Pagelaran Sabang Merauke 2024, kumparan berkesempatan untuk merasakan langsung pengalaman membuat wayang suket ini. Bahan-bahan membuat wayang suket ini terbilang sederhana, karena hanya memerlukan rumput kering.
ADVERTISEMENT
Meski terbilang sederhana, proses pembuatan wayang suket ini terbilang cukup rumit, karena memerlukan kesabaran dan juga ketangkasan jari-jemari tangan dalam mengolah rumput-rumput tersebut, agar bisa berbentuk wayang.
"Kalau wayang suket pembuatannya kalau sudah mahir satu hari jadi, tapi kalau masih belajar paling sehari bisa nganyam tangannya saja," kata Galih.
Karena terbatasnya waktu, kumparan akhirnya berhasil menyelesaikan separuh dari bagian wayang, yaitu mulai dari kepala, tubuh, hingga tangannya.
Ada beberapa tahapan pembuatan wayang suket ini. Wayang suket khas Purbalingga dibuat dengan bahan dasar rumput kasuran. Rumput tersebut memiliki bentuk panjang dan relatif lebih kokoh daripada jenis lain.
Rumput tersebut disebut sebagai rumput kasuran, karena biasanya hanya tumbuh pada bulan Sura atau Suro dalam kalender Jawa.
ADVERTISEMENT
"Terus kita bikin layu, keringkan, tapi jangan terkena paparan sinar matahari langsung kita angin-angin kan. Setelah itu baru bisa kita buat dianyam, dirajut dengan kita pakai sedikit-sedikit air untuk melemaskan supaya mudah untuk dibentuk," ujar Galih.
Galih menambahkan, semakin besar wayang yang dibuat, maka semakin lama pula proses pembuatannya. Adapun, wayang suket paling besar yang pernah ia buat memiliki ukuran sekitar 70 cm.
Untuk kamu yang tertarik membuat wayang sukesuket, experience ini bisa didapatkan ketika sedang menginap di Plataran Borobudur Resorts & Spa dengan melakukan request terlebih dahulu. Meski begitu, Galih juga membuka pelatihan di rumahnya atau di Balai Desa.
"Kita kerja sama dengan Balai Ekonomi Desa (Balkondes), bangunan semacam joglo seperti ini. Kalau mancanegara biasanya ke rumah langsung dengan apa adanya," ujar Galih.
ADVERTISEMENT
Untuk ikut pembuatan wayang suket ini, tarifnya Rp 25 ribu sudah mendapatkan satu wayang.