Menilik Asal-usul Salam Tempel, Tradisi Bagi-bagi Uang Saat Lebaran

5 Mei 2021 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak-anak menerima bahagia salam tempel dari sanak-saudaranya. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak-anak menerima bahagia salam tempel dari sanak-saudaranya. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran tinggal menghitung hari. Kemeriahan perayaan Lebaran ini diramaikan dengan beragam tradisi, salah satunya bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR) atau salam tempel.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang lebih tua dan memiliki penghasilan sendiri dengan membagikan uang kepada sanak saudara, khususnya yang masih dalam kelompok usia anak-anak dan orang tua. Nominalnya beragam, tergantung si pemberi.
Biasanya, angpao akan diselipkan oleh sih pemberi ke tangan anak-anak saat mereka bersalaman atau prosesi sungkeman. Tradisi bagi-bagi uang ini terus dilakukan secara turun-temurun dan menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu bagi anak-anak saat hari Lebaran.
Ilustrasi THR (Tunjangan Hari Raya). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Bukan cuma di Indonesia, tradisi ini juga terdapat di negara Islam lainnya, salah satunya Uni Emirat Arab. Tradisi bagi-bagi uang ini ternyata memiliki sejarah panjang bagi umat Islam. Di Uni Emirat Arab, salam tempel dikenal sebagai EIdiyah.
Tradisi memberikan uang tunai tersebut dilakukan pada hari-hari raya besar, seperti Idul Fitri atau Idul Adha. Dilansir The National, tradisi ini dimulai pada awal abad pertengahan, ketika Khalifa Fatimiyah membagikan uang, pakaian, makanan kepada warga yang sudah lansia dan anak-anak saat Lebaran.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, pada akhir periode Ottoman, Eidiyah merujuk pada sejumlah uang pecahan kecil. Uang itu diberikan kepada orang tua dan anak-anak oleh anggota keluarga yang telah berpenghasilan atau orang yang lebih tua.
Ilustrasi mudik saat lebaran. Foto: Shutter Stock
Meski sudah terjadi lama dan turun-temurun, Eidiyah di Uni Emirat Arab bukanlah tradisi yang universal. Tak seluruh keluarga melakukan hal yang sama pada anak-anak atau kerabat mereka yang berusia muda.
Seiring berkembangnya zaman, Eidiyah tidak hanya berupa uang. Banyak anggota keluarga yang mengubah THR atau Eidiyah menjadi smartphone baru atau konsol video game. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengajari anak-anak mereka untuk mengubah nilai uang dengan bentuk investasi finansial.
"Tradisi Ramadhan semakin berubah seiring dengan munculnya globalisasi," kata Sammy Badran, Asisten Profesor Ilmu Politik di Departemen Studi Internasional Universitas Sharjah yang bekerja meneliti tren sosial.
Ilustrasi membagikan THR Ramadhan. Foto: Shutter Stock
Ia menganalogikannya sama seperti hadiah yang diberikan oleh orang-orang Amerika pada anak-anak mereka saat Natal, dengan Eidiyah ketika Idul Fitri. Kebiasaan ini kemudian dilirik oleh berbagai bisnis untuk dikomersialkan.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, bukan berarti Eidiyah atau salam tempel yang menggunakan uang tunai sudah ditinggalkan dan menggantikannya dengan barang 'kekinian'. Ada orang tua yang lebih memilih menggunakan uang tunai ketika memberikan salam tempel, untuk mengajarkan anaknya soal mengatur keuangan.
"Di sisi lain, ada orang tua yang menggunakan tradisi Eidiyah sebagai cara untuk mengajar anaknya tentang pengelolaan uang dan menabung untuk masa depan," jelasnya.
Di Indonesia sendiri, tradisi bagi-bagi THR untuk anak-anak saat Lebaran pun diartikan sebagai sebuah penghargaan bagi mereka yang telah berhasil menjalankan ibadah puasa selama 30 hari. Karena reward inilah, tujuan dari tradisi bagi-bagi THR juga adalah untuk memotivasi anak-anak untuk lebih semangat dalam menjalankan ibadah puasa di tahun-tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).