Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menilik Atraksi Bambu Gila, Tradisi Khas Tanah Maluku yang Kental Nuansa Mistis
15 April 2020 18:54 WIB
ADVERTISEMENT
Puluhan orang bergerak tak tentu arah membawa sebilah bambu berukuran sekitar 2,5 meter yang konon dirasuki roh halus. Roh-roh tersebut konon yang membuat batang bambu seakan-akan menggila yang semakin lama semakin sulit untuk dikendalikan.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Warisan Budaya Kemdikbud.go.id, bambu gila atau yang juga dikenal dengan nama Buluh Gila dan Bara Suwen ini menjadi salah satu tradisi yang kental dengan nuansa magis.
Pertunjukan ini bisa ditemui di dua desa, yaitu Desa Liang, Kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Sedangkan, di Provinsi Maluku Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini pun bisa dijumpai di beberapa daerah di Kota Ternate dan sekitarnya.
Walaupun belum ditemukan sumber sejarah yang jelas mengenai keberadaan kesenian tersebut, tetapi kisahnya sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Kepulauan Maluku.
ADVERTISEMENT
Sebelum pertunjukan dimulai, terlebih dahulu disiapkan sebuah bambu suanggi yang memiliki panjang sekitar 2,5 meter dengan lebar sekitar 8 sentimeter. Bambu ini diambil dari hutan, dan sudah terlebih dahulu melewati ritual khusus oleh para tetua adat.
Bambu yang digunakan merupakan bambu lokal. Namun, pemilihan dan pemotongan bambu tidak sembarangan, karena dibutuhkan perlakuan khusus.
Pawang terlebih dahulu meminta izin dari roh yang menghuni hutan bambu tersebut. Bambu kemudian dipotong dengan dilakukan ritual adat.
Barulah, bambu dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa, kemudian dihiasi kain pada setiap ujungnya.
Bambu kemudian dipotong menjadi tujuh ruas, dan tiap-tiap bagian akan dipegang oleh seorang pemain. Potongan bambu tersebut kemudian diletakkan di dada masing-masing pemain. Peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesenian ini adalah kemenyan dan jahe.
ADVERTISEMENT
Sebelum pertunjukan dimulai, pertama-tama pawang akan membakar kemenyan yang ditaruh di dalam sebuah tempurung kelapa, sambil membaca mantra dalam "bahasa tanah" yang merupakan salah satu bahasa tradisional Maluku. Kemudian asap kemenyan diembuskan pada batang bambu yang akan digunakan.
Jika menggunakan jahe, maka jahe tersebut akan dikunyah oleh sang pawang dan sambil membacakan mantra, lalu disemburkan ke bambu.
Kemenyan atau jahe ini konon berfungsi untuk memanggil roh para leluhur, sehingga memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh tersebutlah yang membuat batang bambu seakan-akan menggila dan semakin lama semakin kencang, serta sulit dikendalikan.
Ketika pawang membacakan mantra berulang-ulang, si pawang lantas berteriak, “gila, gila, gila!”. Atraksi bambu gila pun dimulai.
ADVERTISEMENT
Alunan musik khas tradisional Maluku, seperti tifa, genderang, hingga gong mulai dimainkan. Bambu pun terlihat bergerak sendiri, ketika pawang mengembuskan asap dan menyemburkan jahe ke batang bambu.
Para pria yang memeluk bambu mulai mengeluarkan tenaga mereka untuk mengendalikan kekuatan guncangan bambu. Ketika irama musik mulai dipercepat, bambu bertambah berat dan menari dengan kekuatan yang ada di dalamnya.
Atraksi bambu gila baru akan berakhir saat para pemain pingsan di arena pertunjukan. Kekuatan mistis bambu gila juga tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar oleh sang pawang.
Permainan bambu gila kini biasanya dimainkan dalam upacara adat seperti pernikahan. Termasuk juga dalam acara besar yang ada di Maluku.
ADVERTISEMENT
Kini, bambu gila masih dimainkan oleh masyarakat Maluku di tengah gempuran zaman yang semakin modern. Bahkan, atraksi ini juga tak hanya dimainkan oleh masyarakat Maluku saja, tetapi juga masyarakat daerah lain.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!