Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Menjamah Damai dan Asri di Desa Penglipuran, Bali
5 November 2018 20:46 WIB
Diperbarui 11 Desember 2019 11:06 WIB
ADVERTISEMENT
Siang itu, Kamis (1/11) jam belum menunjukan jam 10.00 waktu setempat, tetapi cuaca sudah sangat panas. Mentari memancarkan sinarnya begitu terik, tapi angin yang berhembus cukup sejuk.
ADVERTISEMENT
Ya, pagi itu kumparanTRAVEL baru saja menginjakan kaki di Desa Penglipuran. Satu dari sekian banyak desa yang tersebar di Pulau Dewata, Bali.
Kami memutuskan untuk datang ke sini berbekal rasa penasaran. Sebab, Desa Penglipuran mampu menyabet gelar sebagai desa terbersih di dunia pada 2016 lalu.
Dari rasa penasaran itu, akhirnya kami menuju ke desa yang berada di Bangli. Sesampainya di sana, kami pun langsung melangkahkan kaki ke dalam.
Kedatangan kami disambut dengan deretan rumah penduduk yang berjejer rapi. Rumah itu memiliki desain tradisional yang berbaris rapi di bagian kiri dan kanan dari ujung ke ujung.
Tiap rumah dilengkapi dengan informasi singkat mengenai jumlah penghuninya. Ada pula informasi mengenai jumlah laki-laki dan perempuan yang tinggal di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa rumah warga juga terlihat mendirikan usaha. Ada yang berjualan minuman atau makanan ringan, hingga berjualan tas rotan.
Rumah ini berderet di pinggiran jalan yang kian menanjak. Sementara jalanannya sendiri terbuat dari batu alam dan di bagian pinggir dihiasi bunga berbagai warna.
Di sepanjang jejeran rumah itu juga terdapat janur yang menjulang tinggi. Sayangnya, janur tersebut sepertinya sudah lama. Terlihat dari warnanya yang kian menghitam dan layu.
"Harusnya kalau ke sini pas Hari Raya Galungan mbak, janurnya bagus, terus ramai wisatawan. Apa lagi bule-bule seneng banget lihatnya," ucap Ahis, driver yang setia mengantar kami selama di Bali.
Selama kami berada di sana, suasana desa sangat sunyi. Selain itu, penduduknya juga sangat ramah kepada siapa saja. Setiap kami berpapasan, senyum langsung menyimpul di ujung bibirnya.
Desa Panglipuran sendiri bebas dari polusi, karena kendaraan tidak bisa melintas di sini. Jadi, siapa saja yang membawa kendaraan harus memarkirkannya di tempat yang sudah disediakan. Hal inilah yang membuat nyaman ketika berwisata di sini.
ADVERTISEMENT
Hebatnya, desa wisata yang kerap dibanjiri wisatawan itu tetap terjaga kebersihannya. Sebab, penduduk setempat melengkapi desa dengan tempat sampah untuk sampah organik, maupun non organik agar wisatawan tidak buang sampah sembarangan.
Jadi, wajar saja jika Desa Penglipuran mampu menyabet penghargaan itu. Sejauh mata memandang kami juga tidak melihat sedikit pun sampah atau coretan tangan jahil yang mengotori bangunan.
Dan selama berjalan-jalan di Desa Penglipuran, tak sedikit wisatawan yang memadati. Mulai dari rombongan anak sekolah hingga wisatawan dari Prancis juga mampir ke sini.
Apa kamu pernah berkunjung ke Desa Penglipuran juga?