Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dikenal pula sebagai Masjid Deli, Masjid Raya Al Mashun berlokasi di Jl. Sisingamangaraja No. 61, Mesjid, Kec. Medan Kota.
Warna biru dan kuning yang digunakan pada bangunan masjid menjadi salah satu ciri budaya Melayu yang disematkan dalam Masjid Raya Al Mashun.
Biaya ini dikeluarkan dari kantong pribadi Sultan Deli IX atau yang dikenal pula sebagai Sultan Ma´moen Al Rasyid Perkasa Alam Syah.
Ada kisah menarik dari segi pemilihan lokasi masjid ini. Menurut kisah yang dituturkan oleh H. Rodwan AS, Sekretaris II BKM Masjid Raya Al Mashun, Sultan Deli IX tak sembarangan memilih tempat untuk dijadikan lokasi masjid, apalagi mengingat ia memiliki banyak relasi (datuk) di berbagai daerah kota Medan.
ADVERTISEMENT
Maka untuk menghindari terjadinya kecemburuan antara satu pemilik daerah dengan yang lainnya, Sultan Deli IX membuat sebuah kesepakatan. Bahwa sultan akan memilih lokasi masjid berdasarkan tempat jatuhnya layangan yang ia buat.
Kesultanan kemudian membuat sebuah layangan yang pada badannya dititipkan surat Al Fatihah. Layangan kemudian dinaikan dengan bantuan angin.
Setelah layangan berada di tempat yang tinggi, talinya disentak dengan keras, agar layangannya jatuh. Tanah tempat jatuhnya layangan itulah yang dijadikan sebagai lokasi Masjid Raya Al Mashun.
Masjid ini dikenal sebagai masjid tertua di Kota Medan, karena dibangun pada 1906 dan selesain pada 1909. Masjid Raya Al Mashun kemudian diresmikan pada 15 September 1909.
Karena masjid merupakan rumah ibadah bagi umat Islam, maka kamu yang hendak berkunjung diharapkan mengenakan pakaian yang rapi dan sopan. Bagi para wanita, ada baiknya kamu membawa kain penutup kepala. Kalaupun tidak membawa, nantinya pihak pengurus masjid akan memberikan kain untuk kamu gunakan tepat di kawasan pintu masuk.
Kemewahan Masjid Raya Al Mashun bukan hanya terlihat dari besar gedung dan luas tanahnya saja. Tetapi juga dari interior maupun perabotan yang digunakan. Barang-barang untuk membangun masjid seperti mimbar, tiang marmer, ubin, lampu hias dan kaca patri didatangkan secara langsung dari Italia.
Arsitektur Masjid Raya Al Mashun menggabungkan gaya Turki, Arab, Eropa, dan India. Masjid itu didesain oleh JA Tingdeman, seorang arsitek asal Belanda yang dipanggil secara langsung oleh sultan.
Untuk menjaga kebersihan masjid, kamu bisa meninggalkan alas kaki di bangunan sebelah kiri masjid. Di tempat tersebut, kamu juga akan menemukan toilet dan tempat berwudhu, sehingga akan memudahkan dirimu ketika hendak beribadah di sana.
Masjid Al Mashun menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah dan religius yang bisa kamu sambangi saat melancong ke Kota Medan . Masjid itu juga menjadi ikon Kota Medan yang heterogen, sekaligus simbol toleransi antar umat beragama.
ADVERTISEMENT
Tak heran, kapan pun kamu datang ke sana, akan senantiasa menemukan wisatawan dalam maupun luar negeri bertandang dan melihat keindahannya. Tertarik?