Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menjelajah Dunia lewat Cita Rasa Otentik di Restoran Michelin Singapura
9 Agustus 2023 14:55 WIB
·
waktu baca 12 menitDiperbarui 3 Januari 2024 10:50 WIB
Ibarat denyut nadi, kuliner adalah pusat kehidupan Singapura . Kamu tidak akan benar-benar merasakan kehidupan negara ini bila belum mencicipi makanan dalam penjelajahan di sana. Ya, kuliner dari Negara Singa ini bukan sekadar persinggahan untuk mengisi perut saja, tapi cita rasanya bisa menyihir lidah dan hatimu terpesona.
Saat berpetualang rasa di Singapura, kamu bisa merasakan hidangan yang kaya akan rempah, hidangan fusion dengan cita rasa meledak di lidah, hingga hidangan kaki lima dengan rasa restoran bintang lima. Semuanya ada di Singapura!
Tidak mengherankan, sebab, Singapura merupakan persimpangan dari berbagai budaya. Keragaman ini turut membuat negara ini kaya rasa.
Tapi di mana sajakah itu?
Rekomendasi Restoran Michelin di Singapura
Mari kita memulai petualangan rasa Singapura dengan melipir ke jalan Tras. Di sana ada restoran fine dining khas Prancis bernama Euphoria yang mendapat penghargaan Michelin—sebuah penghargaan tertinggi dalam dunia kuliner.
Bukan restoran biasa, Euphoria mengusung konsep Gastro Botanica yang merupakan teknik memasak ala Prancis yang dikembangkan oleh chef bintang satu Michelin, Chef Jason Tan. Ciri khas makanannya adalah menggunakan bahan-bahan nabati, seperti sayur, umbi-umbian, rempah-rempah, dan buah-buahan.
Tak hanya menghadirkan makanan dengan unsur nabati biasa, Jason Tan bahkan menjadikan bawang bombai sebagai tema utama hidangan. Tak hanya itu, lewat Restaurant Euphoria, Jason Tan juga memperkenalkan menu Gastro Botanica 2.0. Menurut Tan, menu tersebut memiliki makna mengurai dan menonjolkan unsur sayuran, umbi, rempah, dan buah-buahan pada setiap makanan.
Salah satu sajian yang sayang dilewatkan yaitu Cévennes Onion yang terbuat bawang dari Prancis dengan rasa lembut dan tidak pahit. Selain itu, Euphoria juga menghidangkan makanan mewah seperti oignon Jamboree, dengan Cévennes Parfait, Pickled Pearl Onions, Yellow Onion Purée, Charred Onion, dan Kombu Broth bersama dengan Oscietra Caviar. Kemudian selain sayuran, ada pula Maine Lobster dengan Carrot, Five Spice, Saffron dan A Legume Broth With White Wine di restoran ini.
Selain keunikan rasanya, pengunjung juga disuguhkan interior restoran yang ciamik bertema bumi. Desain tersebut terinspirasi dari sayuran yang merupakan pokok hidangan pada restoran Euphoria.
Untuk dapat mencicipi hidangan di restoran ini, kamu harus melakukan reservasi terlebih dahulu lewat situs web resminya restaurant-euphoria.com . Namun perlu diingat, restoran ini hanya bisa melayani kamu di jam-jam tertentu saja. Saat makan siang, Euphoria buka dari pukul 12:30 hingga 14:00 dan makan malam mulai pukul 18:00 hingga 23:00 waktu Singapura.
Setelah kenyang, lanjutkan perjalananmu ke Garden by the Bay dan masuk ke area Flower Dome dengan atap kaca yang estetik. Di sini kamu bisa melanjutkan petualangan rasamu di Marguerite, restoran yang mengusung konsep back-to-nature dan mendapatkan gelar Michelin Star.
Saat melangkahkan kaki ke dalam restoran, ada rasa damai yang membuat pikiran kita jadi rileks. Bagaimana tidak, restoran ini dipenuhi dengan handmade ceramics, botanical artwork, sleek furniture, dan meja marmer. Belum lagi pemandangan Flower Dome yang rimbun, membuat suasana restoran ini semakin romantis dan intim.
Sang pemilik, Michael Wilson, bukan sembarang orang. Ia adalah koki ternama asal Melbourne, Australia, yang terkenal dengan masakan kontemporer dan mengedepankan sustainability. Di Marguerita, kamu bisa menikmati Seven Course Tasting Menu yang semuanya terinspirasi dari alam.
Salah satu hidangan yang estetis di Marguerita adalah heirloom carrots dari Prancis. Hidangan ini dimasak perlahan dengan jus wortel kemudian digulung dalam bubur wortel panggang dan gula muscovado. Selain makanan, restoran ini juga menyajikan teh fermentasi dan clarified juices yang menyegarkan.
Untuk menikmati setiap sajian di Marguerita, kamu harus melakukan reservasi terlebih dahulu di sini .
Puas bersantap di Marguerite, beristirahatlah di Hotel Raffles Singapura dan lanjutkan kembali petualangan rasamu esok di Le Dame de Pic untuk menikmati santapan teatrikal yang spektakuler dari Anne Sophie.
Anne Sophie adalah salah satu koki wanita top dunia yang memiliki sepuluh bintang Michelin di seluruh restorannya. Singapura menjadi tempat dia memulai debutnya di Asia pada tahun 2019. Ia pun membawa Le Dame de Pic asal London ke negeri ini.
Bicara soal Le Dame de Pic Singapura, kamu pasti akan teringat dengan film Alice in Wonderland. Dekorasi lampu gantung emas, kursi stan beludru merah muda, cermin antik berukuran besar, dan sconce dinding tampak seperti dongeng di film tersebut.
Saat duduk, kamu akan disuguhkan dengan salah satu hidangan amuse bouche yang terlihat seperti terumbu karang. Saat digigit, tangy flavour menyegarkan terasa meledak di mulut.
Lanjut ke main course, makarel dan kaviar yang lembut dan kombinasi rasa asin dengan rasa kayu yang bersahaja akan memanjakan mata dan selera makanmu. Selain itu, cobalah lobster biru dari Brittany, yang memiliki sensasi “laut” di mulut yang luar biasa, serta Saga Wagyu yang sangat empuk.
Bila bersantap wagyu, jangan menolak bila pramusaji menawarkan cheese platter. Kombinasi daging dengan aneka keju akan membawa kamu langsung ke Prancis dan merasakan Joie de Vivre (kebahagiaan hidup) yang sesungguhnya.
Setelah puas berada di negeri dongeng La Dame de Pic, mampirlah ke kawasan Dempsey Hill. Di sana, ada restoran Burnt Ends yang menawarkan modern Australian barbeque.
Sejak dibuka pada tahun 2013, meja Burnt Ends sangat sulit di reservasi. Bukan tanpa alasan mengapa tempat ini tak menampung banyak tamu, sebab Burnt End menawarkan dapur terbuka yang menjadi 'gong' dari pengalaman makan unik Ini. Kamu akan merasa eksklusif karena makanan langsung disuguhkan oleh para koki.
Belum lagi interior yang disuguhkan, langit-langit yang tinggi, meja panjang dengan pemandangan dapur terbuka, dan interior kayu yang merepresentasikan tema restoran ini—hidangkan dibakar dengan kayu bakar yang membuat pengalaman bersantap terasa istimewa.
Di Burnt Ends, kamu bisa memesan area kursi yang diinginkan. Pertama, ada counter seats yang menawarkan pengalaman bersantap dengan live cooking bersama para koki. Kedua, ada main dining area yang cocok untuk keluarga atau rombongan 3-4 orang.
Ketiga, ada cocktail bar yang pas untuk kamu yang ingin sekedar santai sambil menikmati aneka minuman. Terakhir ada study room yang bisa dimanfaatkan untuk meeting atau kegiatan bisnis lainnya.
Mumpung di Burnt Ends, mari memulai petualangan rasa dengan mencicipi beef cigars, roti gulung renyah yang diisi dengan daging sapi. Setiap gigitannya terasa renyah di mulut.
Lanjutkan petualangan rasamu di restoran ini dengan mencoba the karubi ssamjang, daging sapi yang lezat dipasangkan dengan saus khas Korea. Kamu akan merasakan rasa Asia yang akrab di lidah. Hidangan ini juga sangat cocok untuk menemani harimu yang panjang.
Ada juga flat iron, burnt onion, dan bone marrow. Di panggang hingga setengah matang, menu ini sangat memanjakan lidah dan perut. Selain daging ada juga menu ayam, kamu bisa mencicipi chicken and peri peri sandwich.
Ayamnya sangat empuk dan dibalut dengan saus peri peri meresap. Tumpukan roti yang menjepitnya membuat hidangan ini terasa dengan sempurna.
Selain hidangan yang gurih, Burnt Ends juga menyediakan aneka kue, roti, dan cookies. Sudah siap coba? Yuk, reservasi dari jauh-jauh hari di sini .
Setelah barbekuan, mari bersantap hidangan lokal Singapura yang telat diakui oleh UNESCO di Labyrinth. Sama seperti restoran-restoran di atas, restoran yang berada di Esplanade Mall ini juga mendapatkan gelar Michelin Star.
Dibuka pada 2014, sang pemilik, Chef LG Han melakukan inovasi dengan mengembangkan street food jadi makanan modern. Tak heran bila restoran ini banyak menyajikan berbagai hidangan tradisional khas Singapura yang biasanya dapat kamu temukan di Hawker Center namun dengan nuansa fine dining.
Bahkan, 90 persen dari menu Labyrinth ini dibuat dari bahan-bahan lokal yang membuatnya mendapatkan penghargaan Sustainable Restaurant Award 2021.
Hidangan andalan Labyrinth yaitu Chili Crab yang disajikan dengan kepiting lokal goreng dan es krim. Ada juga Orh Luak yang dibuat dari sous vide egg, oyster foam, dan tambahan cabai mayo untuk membuatnya terasa pedas dan otentik.
Untuk menghilangkan dahaga, kamu bisa memesan signature menu seperti Bak Kut Teh atau Hainan Kopi Tales.
Keluar dari Esplanade Mall, lanjutkan petualangan rasamu ke The Coconut Club yang berada di Beach Road. Sejak dibuka pada 2016 dan sukses mendapatkan gelar Michelin Star, The Coconut Club berhasil mengambil hati para foodie dengan hidangan nasi lemaknya yang dibuat dari White Sutera, santan kelapa spesial milik The Coconut Club yang terbuat dari santan kelapa Kampong dan Mawa, diolah dengan mesin khusus milik The Coconut Club.
Ada tiga paket nasi lemak yang bisa kamu temukan di sini, yaitu paket ayam goreng berempah, paket kembong, dan paket otah, semuanya disajikan dengan nasi yang dimasak dengan santan kelapa, serta telur goreng, kacang, timun, ikan teri, dan sambal yang akan memberikan kesan mendalam di lidahmu.
Selain nasi lemak, The Coconut Club juga menyajikan pilihan side dish lainnya seperti ketam masak lemak cili api, hidangan ini dibuat dari kepiting yang dimasak dengan kari santan kelapa dan kunyit yang pedas. Ada juga cendol, dan pilihan kue yang lezat sebagai hidangan penutup.
Selain nasi lemak, ada satu hidangan lagi yang pasti terlintas di benak semua orang ketika berkunjung ke Singapura, yakni nasi ayam hainan. Bila ingin mencicipi hidangan yang satu ini, mampirlah ke Tian Tian Hainanese.
Restoran dengan gelar Michelin Star ini bahkan punya tiga gerai di Singapura dengan lokasi yang berbeda. Ada di Maxwell Food Centre, Pari Burong, dan Clementi Ave. Semua lokasi ini selalu dipadati pengunjung.
Bersiaplah untuk berdiri lama demi mendapatkan nasi ayam hainan dengan tekstur daging yang sangat empuk dan beraroma harum nan gurih. Tapi tak perlu khawatir, restoran ini punya sistem antrian yang adil.
Tak kalah dengan ayamnya, nasinya sangat beraroma berkat rebusan jahe dan bawang putih. Bila tak suka dengan kulit ayam, Tian Tian Hainanese juga menyediakan nasi lemak tanpa kulit.
Untuk pecinta pedas, Tian Tian Hainanese juga selalu menyediakan sambal yang bisa kamu siram langsung ke ayam atau kuahnya.
Tenang, petualangan rasamu di Negeri Singa tak berhenti sampai di sini saja. Kamu bisa melanjutkan perburuan di The Blue Ginger yang berlokasi di Tanjung Pagar. Restoran dengan gelar Michelin Star ini menawarkan hidangan peranakan yang unik dan terkenal dengan rasa pedas dan asam yang pas.
Restoran ini memiliki dua lantai dengan nuansa yang berbeda. Bila di lantai satu nuansa lebih kasual, lantai dua restoran ini justru lebih intim dengan ornamen-ornamen karya seniman lokal yang membuat getaran Peranakan lebih terasa.
Sebagai permulaan, kamu bisa mencicipi Ngoh Hiang, makanan khas The Blue Ginger yang diisi dengan daging babi dan udang cincang. Meski teksturnya yang tidak terlalu garing, hidangan ini tetap terasa renyah dan juicy di mulut.
Menu pembuka selanjutnya yang sayang dilewatkan adalah Kueh Pie Tee yang isinya terdiri dari rebung rebus, lobak, udang dan sambal.
Beralih ke hidangan utama, ada rendang daging sapi yang berisikan potongan lembut daging tulang kering dalam kari kental yang harum dengan aroma seperti jahe, serai, daun jeruk, ketumbar, dan jintan. Ada juga ayam panggang yang menjadi signature di restoran ini. Hidangan ini terbuat dari potongan paha ayam yang dipanggang hingga menjadi makanan manis berasap.
Lalu yang tidak kalah menggiurkan adalah hidangan Kerabu Laksa, Nonya Noodles, dan Nasi Goreng Buah Keluak.
Puas bersantap, manjakan lidahmu dengan Chendol, hidangan penutup klasik peranakan ini dibuat dengan jeli rasa pandan dan kacang merah dalam santan yang dimaniskan dengan gula melaka. Esnya sangat halus dan jelinya terasa segar.
Selain di Tanjung Pagar, kamu juga bisa menemukan The Blue Ginger di Great World. Restoran ini juga menerima tamu tanpa reservasi.
Dari peranakan, lanjutkan petualangan rasamu ke Bismillah Biryani yang kini punya tiga gerai di Singapura. Ada di kawasan Dunlop, Shenton, dan juga College Ave West.
Sesuai namanya, restoran ini menyajikan nasi Briyani dan masakan khas Pakistan dan India yang punya daya tarik tiada duanya. Bahkan restoran ini punya papan nama bertuliskan probably the best biryani anywhere yang memiliki makna mungkin ini biryani terbaik di manapun.
Bukan tanpa alasan mereka berani menuliskan slogan tersebut. Pasalnya memang restoran ini diberi anggukan Michelin Star.
Selain nasi biryani, ada beberapa hidangan lain yang perlu kamu cicipi di restoran ini, seperti Fish Biryani, Double Chicken Biryani, Pure Vegetable Biryani, Kid Goat Biryani, dan Lamb Shank Biryani.
Mereka juga terkenal dengan kebabnya termasuk Boneless Chicken Tandoori, Mutton Shami Kebab, Mutton Seekh Kebab dan Chicken Chapli Kebab. Semuanya ingin dicoba!
Puas bersantap di makanan khas Pakistan dan India, akhiri perjalanan bersantapmu di Negeri Singa dengan melipir ke restoran Putien yang tak jauh dari Rain Vortex Bandara Changi. Sebetulnya selain di Bandara, kamu juga bisa menemukan restoran ini di kawasan lain. Ya, mereka ada 19 gerai di Singapura.
Pencinta masakan China pasti tak asing dengan Putien. Restoran ini didirikan tahun 2000 di Kitchener Road, Singapura. Putien terkenal dengan hidangan khas masyarakat Putian di Provinsi Fujian, China.
Tim Michelin menyadari keberadaan restoran ini pada tahun 2016 dan mengakui gerainya di Hong Kong Causeway Bay sebagai Bib Gourmand Restaurant, dan memberikan satu Bintang Michelin ke gerai Kitchener Road secara berurutan setiap tahun.
Putien menawarkan ratusan menu, termasuk banyak olahan babi. Namun tak perlu bingung, restoran ini menaruh daftar 10 menu andalannya di halaman depan buku menu sehingga memudahkan kamu untuk memilih.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah Putien Lor Mee. Menu ini diberi keterangan tambahan Best Seller of Main Course. Lor mee tersaji dalam mangkuk putih cukup besar meski kamu memesannya dalam ukuran small. Sajian populer di Singapura dan Malaysia ini memakai mee Hokkien sebagai bahan utamanya.
Terlihat kuah kental merendam mie bersama irisan sawi, potongan daging ayam, kerang, dan udang jumbo yang jadi primadona. Kepulan asap lalu menyeruak saat kamu mengaduk mie beraroma gurih ini.
Slurpp! Lor mee hangat terasa gurih memuaskan. Cita rasa gurihnya alami dan sederhana. Sepertinya diramu dari pati jagung, telur, dan berbagai rempah alami. Kalau mau pedas, Putien punya sambal homemade menyegarkan yang bisa ditambahkan.
Menyantap lor mee makin enak disuap bersama potongan udang yang masih juicy. Bagi pencinta kerang juga akan terpuaskan dengan selipan daging kerang yang kenyal. Ada pula sensasi mengasyikkan saat harus mencongkel daging kerang dari cangkangnya
Untuk menyegarkan dahaga, cobalah menyesap Chinese Loquat and Fritilary Bulb Tea with Rock Sugar yang tersaji dengan teko plus gelas mungil. Teh ini diracik dari buah populer di Putian yaitu loquat.
Buah dan bunga loquat direbus perlahan dengan gula batu. Hasilnya teh beraroma bunga segar dengan rasa manis yang lumayan legit.
Mulai dari wisata kuliner mencicipi sajian tradisional lokal, merasakan pengalaman fine dining mewah, hingga mampir ke restoran yang dukung gaya hidup sehat dan berkelanjutan, Singapura adalah surganya! #VisitSingapore #SingapuraBanget.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio