Menjelajah Lawang Sewu Lewat Tur Virtual, Seru Juga!

9 Juni 2020 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Lawang Sewu, Semarang Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Lawang Sewu, Semarang Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Mewabahnya COVID-19 membuat berbagai tempat wisata harus ditutup sementara untuk meminimalisir penyebaran virus tersebut. Tak terkecuali salah satu tempat wisata ikonik di Semarang, yaitu Lawang Sewu.
ADVERTISEMENT
Untuk itulah, demi mengobati rasa rindu traveler yang ingin segera jalan-jalan kembali, Blibli bekerja sama dengan Kawisata menghadirkan tur virtual Lawang Sewu. Tur virtual tersebut merupakan bagian dari kategori terbaru Tour & Travel Blibli yang memungkinkan pelaku industri pariwisata dan pelanggan memenuhi kebutuhan wisata meskipun di tengah pandemi COVID-19.
"Melalui Virtual Tour, Blibli memungkinkan pelaku industri pariwisata, khususnya para travel agent dan tour guide, untuk menjalankan roda bisnis mereka meskipun di tengah pandemi. Selain itu, kami ingin mengobati kerinduan berwisata para pelanggan yang kini dapat dilakukan secara remotely melalui wisata virtual," terang Theresia Magdalena, VP of Blibli Tour & Travel Category, dalam keterangan resminya.
kumparan berkesempatan untuk mengikuti tur virtual ini pada Selasa (9/6). Melalui zoom, peserta diajak menikmati suasana Lawang Sewu kala sore hari.
ADVERTISEMENT
Tur dimulai dari mengunjungi bagian depan Lawang Sewu. Andry Rizki Pradana, guide yang menemani kami dalam tur virtual ini mulai menjelaskan asal usul Lawang Sewu.
Bagian luar Lawang Sewu. Foto: Andari Novianti/kumparan
Lawang Sewu sendiri berasal dari julukan (paraban Bahasa Jawa) yang diberikan masyarakat Semarang. Lawang memiliki arti pintu dan Sewu memiliki arti seribu, sebuah toponim terhadap bangunan ini sejak berpuluh tahun lalu, karena mempunyai pintu yang jumlahnya sangat banyak.
"Lawang Sewu artinya banyak, bisa diartikan juga nuwun sewu, candi sewu," ujar Rizky.
Memiliki 928 daun pintu, 425 kusen, dan 114 ruang kerja, kami kemudian diajak untuk melihat sumur yang berada di sebelah kiri bagian depan Lawang Sewu. Sumur yang memiliki kedalaman ratusan meter itu sudah berada sejak tahun 1904 dan masih beroperasi dengan baik hingga kini.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, jika kamu datang langsung ke Lawang Sewu, sumur tersebut kadang tertutup untuk umum. Namun, dalam tur virtual ini, Rizky sengaja memperlihatkannya pada peserta tur.
"Sumur ini memang tidak dibuka setiap hari karena untuk menjaga higienitasnya yang masih mengalirkan air dengan baik ke toilet-toilet yang ada di sekitar Lawang Sewu," terangnya.
Bagian luar Gedung B Lawang Sewu. Foto: Andari Novianti/kumparan
Puas melihat sumur berumur ratusan tahun tersebut, kami diajak untuk bergeser melihat toilet yang tak kalah historisnya. Toilet yang juga berada di bagian depan Lawang Sewu itu dibangun pada masa Belanda. Bahkan, wastafelnya pun masih terdapat cap merek Amsterdam.
Toilet yang klasik dengan detail ubin berwarna kemerahan itu juga menjadi spot foto favorit wisatawan. Meskipun terkesan tua, toilet tersebut terlihat Instagramable.
ADVERTISEMENT
Ketika keluar dari toilet, kami kemudian melihat pohon mangga besar yang menurut Rizky merupakan pohon abnormal berusia 102 tahun. Meskipun sudah berusia satu abad, pohon mangga jenis lalijiwo ini masih menghasilkan buah yang banyak.
"Pohon ini masih menghasilkan mangga berukuran kecil dan manis luar biasa," kata Rizky.
Tak berlama-lama, kami kemudian menuju gedung utama yang merupakan Gedung A. Lawang Sewu sendiri saat ini memiliki dua gedung utama, yaitu Gedung A dan Gedung B.
Kaca patri di Lawang Sewu. Foto: Andari Novianti/kumparan
Di Gedung A, kami diajak memasuki ruang utama dan menaiki tangga menuju kaca patri yang juga menjadi spot foto favorit wisatawan. Kaca patri yang merupakan ornamen lukisan mengandung ungkapan yang terinspirasi dari karya seniman berkebangsaan Belanda, J.L. Schouten dari Studio T. Prinsenhof.
ADVERTISEMENT
Kaca patri ini memiliki makna yang melambangkan kemakmuran dan keindahan alam Tanah Jawa, beserta keragaman hayati, kekayaan flora dan fauna, serta perpaduan seni budaya dan timur. Di samping itu, dilukiskan pula figur Dewi Fortuna yang menyimbolkan keberuntungan, serta Dewi Venus yang diasosiasikan sebagai perempuan cantik yang penuh rasa cinta.
"Kedua dewi melambangkan ikatan kepada alam dan bumi pertiwi yang melindungi keselamatan transportasi kereta api," tutur Rizky.
Setelah puas melihat kaca patri, kami naik ke lantai 2 yang jarang dibuka untuk umum. Di lantai 2 ini terdapat ruangan pemimpin pada masa Belanda yang didominasi oleh warna putih dan cokelat.
Naik ke lantai 3, kami disambut dengan ruangan kosong yang diisi banyak jendela. Lantai 3 hanya berfungsi sebagai filter udara panas dari paparan sinar matahari, sehingga tidak ada aktivitas di sana.
Besi penyangga di lantai 3 Gedung A Lawang Sewu. Foto: Andari Novianti/kumparan
Namun menariknya, di lantai 3 ini terdapat bekas tembakan mortir yang masih membekas hingga sekarang. Tembakan itu tidak sampai meledak, tapi mengenai besi-besi penyangga yang ada di lantai 3.
ADVERTISEMENT
"Tembakan itu terjadi pada 10 Oktober 1945 tapi tidak sampai meledak, hanya mengenai besi-besi ini," tutur Rizki.
Puas berkeliling di Gedung A, Rizky kemudian mengajak kami untuk melihat-lihat Gedung B. Tak hanya berbeda, Gedung B yang dibangun 12 tahun setelah Gedung A itu juga masih didominasi warna putih dan banyak pintu di dalamnya.
Lorong di Gedung B Lawang Sewu. Foto: Andari Novianti/kumparan
Tak terasa, Gedung B merupakan akhir dari perjalanan tur virtual ini. 60 menit sudah kumparan menikmati setiap detail Lawang Sewu yang bahkan sebelumnya tidak bisa dilihat jika mengunjungi tempat tersebut secara langsung.
Tur virtual Lawang Sewu yang digelar Kawisata ini masih bisa kamu nikmati hingga 30 Juni mendatang. Untuk kamu yang berminat untuk mengikuti tur virtual Lawang Sewu ini bisa membelinya di Blibli.com atau menghubungi kontak yang ada di Instagram @kawisata. Harga tur virtual Lawang Sewu dibanderol Rp 25 ribu.
ADVERTISEMENT
Tertarik merasakan tur virtual ini?