Kampung Batik Laweyan

Menyelami Makna di Balik Indahnya 5 Motif Batik Khas Yogyakarta dan Solo

30 September 2021 18:41 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengrajin yang sedang membuat batik Kampung Batik Laweyan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengrajin yang sedang membuat batik Kampung Batik Laweyan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Indonesia tak hanya dikenal dengan keindahan destinasi wisatanya yang memukau. Lebih dari itu, ada pula beragam kebudayaan hingga kerajinan yang bisa dijumpai dari Sabang sampai Merauke. Salah satunya adalah batik.
ADVERTISEMENT
Selain dikenal dengan motifnya yang khas, kerajinan yang hanya ada #DiIndonesiaAja ini juga memiliki sejarah yang panjang. Awalnya, batik hanya dikenakan secara terbatas di lingkungan keraton sebagai pakaian raja dan pengikutnya. Namun, seiring berjalannya waktu, batik terus diproduksi untuk dipakai oleh berbagai kalangan.
Bahkan, batik juga menjadi kain tradisional pertama Indonesia yang dinobatkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi oleh UNESCO pada 2009. Menyadari besarnya potensi kain Nusantara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno pun berencana menjadikannya sebagai suvenir pada event-event berskala internasional.
“Nantinya kain-kain yang dihasilkan masyarakat akan dijadikan souvenir bagi kontingen atau peserta G20 (Kelompok Duapuluh). Diharapkan bisa membuka lapangan kerja bagi 400 orang masyarakat desa,” kata Menparekraf Sandiaga Uno.
Ilustrasi kain batik. Foto: Shutter Stock
Enggak hanya itu, keragaman motif batik Indonesia merujuk pada kekayaan nilai filosofis yang menjadi karakter setiap daerah. Ibarat lukisan kehidupan, kamu bahkan bisa menemukan makna filosofis yang terkandung dalam sebuah kain batik. Beragam filosofis serta sejarah panjang dari kain batik inilah sebagai dasar adanya Hari Batik Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum menyelami makna di balik indahnya motif batik khas Indonesia. Yuk, follow akun Instagram @pesonaid_travel agar kamu selalu mendapatkan informasi ter-update soal pariwisata hingga beragam produk kreatif lokal yang ada #DiIndonesiaAja.

1. Motif Batik Kawung, Yogyakarta: Kesucian dan Panjang Umur

Motif batik kawung yang khas. Foto: Shutter Stock
Dari sekian banyak motif batik yang ada di Indonesia, salah satu yang sangat terkenal adalah batik kawung. Dalam kebudayaan Jawa, batik kawung memiliki motif unik yang terinspirasi dari bulatan menyerupai buah kawung atau aren yang dibelah menjadi dua dan disusun secara geometris.
Kawung berasal dari kata dalam bahasa Jawa, “kwangwung” atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai “kumbang tanduk”.
Mengutip beberapa sumber, motif batik kawung memiliki makna yang sangat dalam, yakni kemurnian, kesempurnaan, dan kesucian. Sementara itu, jika dikaitkan dengan kata “Suwung” yang berarti “kosong”, maka motif batik kawung dapat ditafsirkan sebagai pengendalian diri yang sempurna atas hasrat duniawi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, ‘kekosongan’ ini akan membuat seseorang menjadi lebih rendah hati, tak ingin menonjolkan diri, dan membiarkan segala hal yang ada di sekitarnya berjalan sesuai kehendak alam.
Bahkan, Semar yang ditafsirkan sebagai manusia titisan dewa dan berakhlak bijaksana selalu mengenakan kain dengan motif batik kawung. Biasanya motif-motif kawung diberi nama berdasarkan besar kecilnya bentuk bulat lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu, dan/atau kombinasi dengan motif batik lain.
Beberapa motif batik kawung adalah batik kawung picis, batik kawung bribil, batik kawung sen, dan sebagainya. Selain itu, jenis motif batik kawung terbagi lagi jika dilihat dari desainnya, yakni batik kawung beton, batik kawung geger, batik kawung kopi, dan lain sebagainya.

1. Motif Batik Parang, Yogyakarta dan Solo: Keberanian dan Pantang Menyerah

Ilustrasi para perempuan yang tengah mengenakan kain batik motif parang rusak. Foto: Shutter Stock
Selain motif batik kawung, Yogyakarta juga masih punya motif batik yang tak kalah unik, yakni batik parang. Tak hanya dari Kota Pelajar, batik parang juga berasal dari Solo, Jawa Tengah. Nama dari batik ini berasal dari kata “Pereng” yang berarti “lereng” atau “tebing”.
ADVERTISEMENT
Motif batik ini merupakan simbol dari ombak laut, karena memiliki pola geometris membentuk huruf “S” yang saling terhubung dan tidak terputus membentuk diagonal. Batik ini melambangkan simbol dan semangat saat turun ke medan perang, penuh keberanian, dan pantang menyerah seperti ombak yang memecah karang.
Motif batik peninggalan Kerajaan Mataram ini mengandung nilai sekaligus petuah agar manusia tidak mudah menyerah terhadap segala yang terjadi dalam kehidupan. Selain itu, motif batik parang juga melambangkan kewibawaan, kekuasaan, dan kebesaran.
Motif ini pada zaman dahulu tidak bisa digunakan oleh sembarang orang, kecuali Raja, Kesatria Kerajaan, dan keluarga Keraton yang boleh memakai batik parang.
Adapun jenis dari motif parang meliputi parang rusak, parang barong, parang kusuma, parang kletik, parang curiga, parang slobok, dan lainnya. Jenis-jenis tersebut dipakai dengan beberapa ketentuan.
ADVERTISEMENT
Misalnya parang kletik memiliki arti sebagai parang yang sangat kecil dan biasa digunakan oleh Putri dan anak perempuan Raja. Sementara itu, parang gendreh memiliki ukuran medium dan biasa digunakan oleh Ratu dan anak laki-laki Raja.

3. Motif Batik Sekar Jagad, Yogyakarta dan Solo: Keragaman

Motif batik sekar jagad. Foto: Shutter Stock
Sekar jagad adalah salah satu motif batik yang cukup populer di Indonesia. Motif batik ini berasal dari Solo dan Yogyakarta.
Sekar jagad diambil dari kata “kar” yang dalam bahasa Belanda berarti peta dan “jagad” dalam bahasa Jawa yang berarti dunia, sehingga bermakna peta dunia. Selain makna tersebut, ada pula yang mengatakan bahwa batik sekar jagad berasal dari kata sekar yang berarti bunga dan jagad berarti dunia.
ADVERTISEMENT
Secara harfiah, sekar jagad dimaknai sebagai gambaran keindahan dari keragaman berbagai jenis suku bangsa di muka bumi ini.
Ciri dari motif sekar jagad adalah bentuknya yang digambarkan sebagai peta dunia, hal ini terlihat dari adanya garis-garis lengkung yang menyerupai bentuk pulau yang berdampingan satu sama lain.
Motif ini tergolong unik, karena terlihat seperti tidak beraturan sebagaimana halnya batik lain yang memiliki pola berulang dan teratur. Batik sekar jagad itu sendiri ditandai dengan adanya isen-isen (berasal dari kata isi) di dalam “pulau-pulau” beraneka ragam motif, misalnya kawung, truntum, lereng, flora fauna, dan lain sebagainya.
Sekar jagad memang dikenal sebagai batik dari Jogja dan Solo, dengan ciri khas warna cokelat sogan. Namun, saat ini sudah berkembang ke daerah lain seperti Kebumen, Tulungagung, Pamekasan Madura, Probolinggo, Bali, dan lain sebagainya. Masing-masing daerah memberikan kekhasan dengan motif dan warna tertentu.
ADVERTISEMENT

4. Motif Batik Sidoasih, Yogyakarta: Lambang Kasih Sayang

Ilustrasi motif batik sido asih. Foto: Shutter Stock
Batik motif sidoasih merupakan jenis batik yang sering dikenakan dalam acara-acara pernikahan adat Jawa.
Motif sidoasih memiliki karakteristik tersendiri. Polanya dinamakan dengan pola semen, yaitu berasal dari kata semi (bersemi). Pola tersebut diwakili oleh muatan gambar tanaman atau gunung.
Sidoasih berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “sido” yang berarti jadi, terus menerus, atau berkelanjutan, dan “asih” yang berarti kasih sayang.
Makna dari motif sidoasih adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama. Motif batik sidoasih biasanya kerap dipakai pada upacara pernikahan, dengan harapan pengantin akan membangun kehidupan rumah tangga yang penuh cinta kasih.

5. Motif Batik Truntum, Solo: Kasih Sayang

Motif batik tuntrum. Foto: ANTARANEWS
Motif batik truntum adalah motif batik lainnya yang bisa kamu temukan #DiIndonesiaAja. Motif batik satu ini diambil dari kata “tumaruntum” yang berarti tumbuh dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Batik bergambar kuntum atau kembang di langit ini memiliki falsafah ‘cinta yang tumbuh kembali’. Alasannya, dahulu Permaisuri dari Sunan Pakubuwana III, Raden Kanjeng Ratu Kencana, sedih atas keputusan sang sunan untuk memperistri selir agar mendapatkan keturunan.
Untuk mengusir kesedihannya, sang Ratu mulai membatik dengan membuat motif batik bintang. Ia mempersembahkan batik truntum ini sebagai bentuk rasa sayang kepada sang Raja. Akhirnya sang Raja pun mengurungkan niatnya untuk memperistri selir.
Itulah sebabnya motif batik ini dianggap sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, serta semakin lama terasa subur dan berkembang. Karena maknanya ini, kain bermotif truntum juga biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan.
Tak hanya indah, ternyata berbagai motif batik kebanggaan Indonesia sarat akan filosofi dan nilai-nilai kehidupan yang mendalam, ya. Selain motif di atas, tentunya masih banyak motif batik lain yang ada #DiIndonesiaAja.
ADVERTISEMENT
Ketika nanti sudah bisa berkunjung ke berbagai daerah #DiIndonesiaAja untuk berburu batik, jangan lupa untuk tetap mematuhi dan disiplin protokol kesehatan 6M di mana pun kamu berada, ya! Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.
Selain itu, jangan lupa juga untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 yang saat ini sedang berlangsung di seluruh daerah di Indonesia. Vaksinasi akan membuat kamu dan keluarga lebih terlindung dari virus corona yang saat ini sedang menyebar.
Sambil menunggu waktu yang tepat untuk memulai perjalanan kamu, selama #DiRumahAja untuk mengisi waktu luang, yuk ikutan PUKIS atau Pesona Punya Kuis yang diadakan pada hari selasa di setiap pekannya! Caranya mudah banget, lho! Kamu tinggal follow akun Instagram @pesonaid_travel, lalu like postingan PUKIS terbaru pada feed. Jawab pertanyaan pada caption di kolom komentar dan jangan lupa mention tiga temanmu untuk ikutan kuis ini.
ADVERTISEMENT
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten