Metkayina di Avatar: The Way of Water Terinspirasi dari Suku Bajo, Indonesia

20 Desember 2022 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Poster Film AVATAR. Foto: Disney
zoom-in-whitePerbesar
Poster Film AVATAR. Foto: Disney
ADVERTISEMENT
Saat ini sekuel film "Avatar: The Way of Water" sedang menjadi bahan pembicaraan. Setelah menunggu selama 13 tahun, sekuel yang digarap oleh James Cameron akhirnya tayang di bioskop.
ADVERTISEMENT
Dalam film tersebut terdapat adegan keluarga Sully (salah satu pemerannya), melarikan diri dari hutan di mana mereka tinggal ke Metkayina.
Metkayina sendiri adalah orang Na'vi samudera, yang dipimpin oleh Tonowari (Cliff Curtis) dan Ronal (Kate Winslet).
Dilansir Slash Film, Metkayina hidup dan berburu di dalam dan di sekitar air. Mereka juga telah mengembangkan sirip dan ekor menjadi lebih tebal untuk berenang.
Adegan di film 'Avatar' Foto: Facebook @Avatar
Menariknya, dalam wawancaranya bersama National Geographic, sutradara Avatar, James Cameron, mengungkapkan Metkayina terinspirasi beberapa budaya pribumi di dunia, salah satunya Suku Bajo dari Indonesia.
"Metkayina adalah semacam budaya asli daerah. Mereka menyimpang dari hutan berbasis darat Na'vi (dari film pertama) mungkin puluhan ribu tahun yang lalu dan secara fisik lebih beradaptasi dengan lautan," kata James Cameron.
ADVERTISEMENT
James Cameron menambahkan dirinya ingin menciptakan budaya di sekitar lautan Pandora yang memiliki landasan di masyarakat pribumi yang berada di dunia nyata, khususnya orang Polinesia, Sama-Bajau (Suku Bajo) di Indonesia, serta Maori di Selandia Baru.
James Cameron melakukan banyak penelitian yang berkaitan erat dengan lautan. Lalu, dirinya juga melihat orang Sama-Bajau, orang di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit.

Sedikit Cerita tentang Suku Bajo Indonesia

Ilustrasi Suku Bajo di Indonesia. Foto: Reza Zaenong/Shutterstock
Suku Bajo sendiri merupakan etnis asal Asia Tenggara, yang kehidupannya cukup kental dan berdampingan dengan laut.
Saat ini Suku Bajo berada dan tersebar di beberapa perairan Sulawesi, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara, hingga ke pantai timur Sabah (Malaysia), dan Kepulauan Sulu (Filipina).
ADVERTISEMENT
Dilansir situs resmi Kemendikbud, rumah yang mereka tempati kebanyakan berada di tepi pantai atau di atas perairan laut dangkal, lalu diberi tiang pancang agar terhindar dari gelombang pasang. Belum lagi dinding rumah Suku Bajo berbahan dasar kayu dan atapnya terbuat dari rumbia.
Saat ingin melakukan kegiatan sehari-hari, biasanya Suku Bajo akan menggunakan perahu. Biasanya perahu tersebut diletakkan di pelataran rumahnya masing-masing.
Ilustrasi Suku Bajo di Indonesia. Foto: Rosyid A Azhar/Shutterstock
Perahu itu biasanya juga digunakan oleh Suku Bajo untuk mencari nafkah. Masalah mata pencaharian, mayoritas masyarakat Suku Bajo bekerja sebagai nelayan.
Biasanya, mereka mencari ikan dengan cara-cara tradisional, seperti memancing menggunakan kail, menjaring, dan juga memanah. Hasil tangkapan akan dijual kepada masyarakat di sekitar pesisir atau pulau terdekat.
ADVERTISEMENT
Selain mencari ikan, sebagian masyarakat suku Bajo juga telah belajar budidaya beberapa komoditas bahari, seperti lobster, ikan kerapu, atau udang.