Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Midfa Al Iftar, Tradisi Meledakkan Meriam Tanda Berbuka Puasa di Timur Tengah
21 April 2020 16:03 WIB
ADVERTISEMENT
Ramadhan akan tiba beberapa hari lagi. Di Indonesia, tradisi masyarakat dalam menyambut dan mengisi Ramadhan berbeda-beda tiap daerah.
ADVERTISEMENT
Memukul bedug di masjid saat azan maghrib, menjadi salah satu tradisi Ramadhan yang sering dilakukan di Indonesia. Namun, bagaimana masyarakat di negara-negara lain dalam menyambut dan mengisi kegiatan di bulan Ramadhan?
Selama bulan suci Ramadhan , waktu berbuka puasa di banyak negara Timur Tengah ditandai dengan menembakkan meriam. Tradisi ini dikenal sebagai midfa al iftar.
Tradisi ini diketahui mulai dilakukan lebih dari 200 tahun lalu di Mesir. Sebelum munculnya arloji atau suara azan di televisi yang mengumumkan waktunya maghrib. Kala itu, pemimpin Ottoman, Khosh Qadam, yang menguji meriam tak sengaja menembakkannya saat matahari terbenam.
Kemudian, penduduk mengira bahwa suara yang terdengar di penjuru Kota Kairo itu merupakan cara baru untuk memberi tahu waktu berbuka puasa. Melihat hal itu, sang putri Hajja Fatimah meminta kepada Sultah Qadam agar menjadikan hal itu tradisi berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, meriam tersebut ditempatkan di dataran tinggi Muttaqam dekat Benteng untuk mengumumkan waktu berbuka puasa. Tradisi ini kemudian diikuti banyak negara di Timur Tengah, seperti Kota Sharjah di Uni Emirat Arab , dan Lebanon.
Abdul Aziz Al Mussalam, direktur divisi warisan budaya di Departemen Kebudayaan Sharjah, mengatakan bahwa Syekh Sultan bin Saqr Al Qasimi memperkenalkan tradisi tersebut ke Sharjah pada masa pemerintahannya pada tahun 1924.
"Dulu ada empat iftar midfa di emirat, satu di benteng Sharjah tua dan tiga lainnya ditempatkan di depan benteng di Kalba, Khor Fakkan dan Dhaid," kata Mr Al Mussalam.
Sampai tahun 1970-an, masjid-masjid di wilayah UEA belum dilengkapi pengeras suara. Maka, ketika seorang imam ingin mengumandangkan azan, mereka harus memanjat ke atas menara. Maka dari itu, meriam sangat diandalkan untuk mengumumkan waktu berbuka puasa .
ADVERTISEMENT
“Meriam ini akan menembakkan tiga kali untuk mengumumkan kedatangan Ramadhan dan Idul Fitri. Adapun mereka yang tinggal jauh dari kota, senapan ditembakkan untuk mengingatkan mereka tentang peristiwa itu," ujar Al Mussalam.
Tradisi meledakkan meriam atau midfa al iftar akhirnya dihentikan pada tahun 1980. Namun, tradisi itu kembali dilakukan sejak tahun 1995.
Saat ini, pihak kepolisian Sharjah bertanggung jawab untuk menjalani tradisi tersebut. Tradisi midfa al iftar dilakukan di tepi laut Al Majaz, salah satu dari sembilan lokasi meledakkan meriam di UEA.
Sedangkan, di Dubai tradisi meledakkan meriam diperkenalkan oleh Sheikh Rashid bin Saeed, Wakil Presiden Uni Emirat Arab pada awal 1960-an. Hingga saat ini, tradisi itu masih dilaksanakan dan berada dalam pengawasan kepolisian Dubai.
ADVERTISEMENT
Lebanon juga menjadi negara di Timur Tengah yang masih menjalankan tradisi yang dibuat oleh Sultan Qadam. Kekaisaran Ottoman Lebanon akhirnya menggunakan tradisi ini untuk memberitahukan masuk waktu iftar kepada para penduduk.
Tradisi ini sempat ditakutkan akan menghilang di tahun 1983, setelah adanya penyerangan yang mengakibatkan beberapa meriam diambil paksa dan dianggap sebagai senjata.
Akan tetapi akhirnya tentara Lebanon berhasil mengembalikan fungsinya dan masih berlanjut hingga kini, memunculkan nostalgia pada generasi tua yang dapat mengingat masa-masa Ramadhan saat mereka kecil dulu.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!