Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mereka adalah wanita dari suku Yao, di Huang Luo, China. Sejak 3.000 tahun yang lalu, mereka memiliki tradisi tersendiri untuk rambutnya.
Dilansir China Highlight, bagi mereka, panjang rambut tidak hanya sekadar sampai pundak atau punggung. Lebih dari itu, mereka bisa memanjangkan rambutnya hingga lebih dari 1,5 meter.
Menariknya lagi, rambut super panjang para wanita suku Yao tidak pernah dipotong seumur hidup. Ada alasan kenapa wanita suku Yao tidak pernah memotong rambutnya.
Menurut legenda, ribuan tahun lalu ada seorang wanita suku Yao yang menggunakan rambut panjangnya untuk mencambuk pria yang melamar tetapi tidak cocok dengan dirinya.
Sampai sekarang, para wanita Yao hanya memotong rambutnya sekali seumur hidup, yaitu saat mereka memasuki usia 18 tahun.
ADVERTISEMENT
Pemotongan rambut ini pun tak bisa dilakukan sembarangan. Wanita Yao mempunyai ritual khusus yang akan disaksikan oleh masyarakat.
Mereka akan menyimpan potongan rambutnya untuk disatukan kembali dengan rambutnya yang panjang. Mereka akan menyambungnya secara tradisional menggunakan kepangan atau anyaman yang rumit. Hal ini merupakan tradisi turun temurun yang diberikan dari seorang ibu pada anak perempuannya.
Selain itu, wanita Yao juga memiliki cara tersendiri untuk membedakan wanita yang sudah menikah dan belum. Mereka yang sudah menikah akan menata rambutnya menjadi gelungan atau konde di bagian depan kepala. Sedangkan mereka yang belum menikah akan menutup rambut panjangnya ini menggunakan scarf.
Rambut Suku Yao Jadi Sumber Mata Pencaharian Utama
Sebagai mahkota, wanita Yao memperlakukan rambutnya dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Saking berharganya, zaman dulu desa Huang Luo memiliki aturan lokal untuk para pria.
ADVERTISEMENT
Jika mereka melihat rambut wanita yang belum menikah digerai, pria tersebut harus melayani keluarga wanita yang ia lihat selama tiga tahun. Namun, aturan itu kini sudah tidak berlaku lagi.
Selain itu, meski mereka tetap menjalankan tradisi, di era modern ini, wanita Yao yang masih muda diperbolehkan untuk memotong rambut. Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yang berusia 20 tahunan dan meninggalkan desa untuk bersekolah di kota.
Para tetua desa juga tidak keberatan dengan hal tersebut. Sebab, menurut mereka, memanjangkan rambut adalah pilihan setiap wanita.
Selain itu, bisa dibilang, di era modern ini rambut para perempuan Yao sudah menjadi semacam sumber penghasilan. Desa Huang Luo sudah menjadi tujuan wisata yang menawarkan keunikan rambut wanita suku Yao sebagai atraksi utamanya.
ADVERTISEMENT
Mereka juga akan menunjukkan pada pengunjung bagaimana mereka merawat dan menata rambutnya. Bahkan juga membuat demo keramas di hadapan para penonton.
Untuk melihat rutinitas warga, pengunjung akan dikenakan tiket masuk yang nantinya dijadikan sebagai penghasilan utama dari Desa Huang Luo.
Seperti wanita pada umumnya, wanita suku Yao juga melakukan perawatan untuk menjaga rambut mereka tetap sehat dan terawat. Meski tidak menggunakan perawatan modern, ada cara dan ramuan tersendiri untuk mencuci rambut mereka.
Setiap keramas, wanita suku Yao menggerai rambutnya dan dicelupkan ke dalam sebuah wadah berisi ramuan sampo tradisional. Mereka juga membuat samponya dari campuran air beras, jahe, kulit jeruk bali, teh bran, dan akar fleeceflower.
Mereka merebus semua bahan-bahan alami tersebut dalam sebuah panci. Setelah dimasak beberapa menit, sampo tradisional itu akan dihilangkan uap panasnya lalu disimpan dalam kontainer untuk difermentasi selama tiga sampai empat hari sebelum digunakan.
ADVERTISEMENT
Sampo tradisional ini menjadi rahasia kecantikan alami dari rambut panjang perempuan Yao. Ramuan ini juga yang membuat rambut mereka bahkan tetap hitam legam dan berkilau meski usia mereka sudah menua. Untuk menjaganya tetap lurus dan rapi, mereka juga menggunakan sisir khusus dari kayu.
Kabar gembiranya, jika berkunjung ke Desa Huang Luo, wisatawan diperbolehkan untuk membeli sampo tradisional ini.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )