Mudik Lebaran 2021 Dilarang, PHRI: Tren Staycation Diprediksi Meningkat

30 Maret 2021 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tamu hotel sedang berjemur di tepi kolam renang. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tamu hotel sedang berjemur di tepi kolam renang. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Pemerintah resmi melarang mudik Lebaran 2021 guna mencegah penyebaran virus corona di masa vaksinasi. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memprediksi adanya larangan mudik tahun ini membuat tren staycation meningkat.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani, mengatakan pihaknya tidak menampik kemungkinan adanya masyarakat yang beralih berlibur ke hotel untuk staycation, karena larangan mudik tahun ini dari pemerintah.
Ilustrasi mudik Lebaran. Foto: Shutterstock
"Mungkin ada kondisi yang lebih baik kalau bicara staycation, mungkin ada sedikit peningkatan (dibandingkan tahun lalu)," kata Hariyadi, seperti dilansir dari Antara, Selasa (30/3).
Hariyadi menjelaskan, telah dimulainya proses vaksinasi kepada sebagian masyarakat, termasuk tenaga kesehatan dan orang-orang lanjut usia, bisa jadi mempengaruhi keberanian masyarakat untuk staycation.
Ilustrasi keluarga staycation. Foto: Shutter Stock
Kendati demikian, saat ini pihaknya belum melihat ada efek berarti antara larangan mudik dengan peningkatan jumlah staycation. Belum terlihat ada peningkatan, karena masyarakat belum mulai membuat pemesanan.
Tahun lalu, larangan mudik tidak langsung mempengaruhi keputusan masyarakat untuk memilih staycation. Ada kemungkinan orang-orang beralih liburan di hotel, tapi ada juga kemungkinan orang tetap berada di rumah saja.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini kita tidak tahu persis, mungkin nanti lebih berimbas ke daerah-daerah yang sifatnya resort," ujar Hariyadi.
Larangan mudik tahun ini akan membuat kondisi sama seperti libur lebaran tahun lalu. Ekspektasi daerah-daerah yang biasa menjadi daerah tujuan wisata untuk mendapat pemasukan akhirnya tidak terpenuhi, karena sumber pemasukan mereka berkurang akibat keterbatasan ruang gerak masyarakat.
"Yang jelas bukan hanya sektor hotel, tapi akan berimbas ke sektor lain, retail pasti terpukul, transportasi juga," katanya.

Larangan Mudik Pengaruhi Tingkat Okupansi Hotel

Ilustrasi kamar hotel. Foto: Shutter Stock
Dalam kondisi normal sebelum pandemi, hotel-hotel yang berada di tempat tujuan orang-orang biasa mudik sambil berwisata, seperti Bandung, Solo, Malang dan Yogyakarta rata-rata punya tingkat okupansi 70-90 persen saat libur lebaran.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekarang mungkin hanya separuhnya," tutur Hariyadi.
Agen wisata sudah mulai mempromosikan mengganti suasana bekerja dari rumah menjadi bekerja dari hotel. Dia belum tahu apakah hal tersebut bisa diadaptasi bulan depan, sehingga masyarakat bisa tertarik untuk melewatkan bulan puasa di hotel.
Ilustrasi wisatawan yang sedang traveling di tengah pandemi. Foto: Dok. Pegipegi
"Yang kita lihat, orang lebih tertarik untuk ke luar kota kalau work from hotel, bukan di tempat yang sama dengan rumahnya, jadi cenderung ke luar kota," kata Hariyadi.
Saat ini, yang paling penting adalah menggerakkan orang untuk mau beraktivitas. Itulah alasannya PHRI dan Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menggandeng AirAsia Indonesia untuk meluncurkan paket liburan terjangkau sebagai bentuk dukungan terhadap pemulihan ekonomi.
Kerja sama yang dimulai pada 27 Agustus 2020 tersebut merupakan program paket liburan gabungan antara penjualan tiket pesawat AirAsia tujuan domestik dengan pilihan hotel-hotel yang merupakan anggota PHRI, khususnya di destinasi-destinasi wisata yang diterbangi maskapai tersebut.
Ilustrasi wisatawan yang mematuhi protokol kesehatan di Bali. Foto: Shutter stock
Promosi yang telah diluncurkan adalah paket perjalanan ke Danau Toba melalui Medan atau mengunjungi Mandalika di Lombok dengan harga mulai Rp 699 ribu, termasuk tiket penerbangan pulang pergi dari Jakarta dan menginap di hotel selama 2 hari dan 3 malam.
ADVERTISEMENT
"Kami lihat dulu ada gerakan atau tidak, kalau memang banyak yang berminat, kami akan pertimbangkan lebih lama lagi durasi tinggalnya," ujar Hariyadi.
Hariyadi menambahkan, Pulau Bali menjadi prioritas agar kembali pulih, karena selama ini pendapatan terbesarnya dari wisatawan mancanegara yang belum bisa leluasa masuk akibat pembatasan.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)