Mumifikasi Hingga Menari Bareng Jenazah, Ini 7 Ritual Pemakaman Unik di Dunia

30 Mei 2021 7:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pembawa peti di Ghana yang mengangkat peti mati sambil menari Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembawa peti di Ghana yang mengangkat peti mati sambil menari Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ritual pemakaman adalah momen penghormatan terakhir bagi orang-orang terkasih yang pergi lebih dulu. Di dunia, pemakaman tidak hanya dilakukan dengan menguburkan jenazah orang yang sudah meninggal, tetapi juga ada ritual atau tradisi unik yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Ritual ini pun dilakukan bukan tanpa alasan. Sebab, banyak dari masyarakat yang percaya bahwa ritual pemakaman bisa mengantarkan jenazah untuk menuju surga.
Mulai dari tradisi membiarkan mayatnya dimakan burung, hingga menari bareng jenazah. Berikut kumparan rangkum tujuh tradisi pemakaman unik di dunia.

1. Pemakaman Langit, Tibet

Ritual pemakaman langit ala penduduk Tibet. Foto: Shutterstock
Tradisi yang disebut 'bya gtor' atau Jhator yang berarti 'sedekah untuk burung' ini biasa dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di Provinsi Qinghai, Tibet, Mongolia Dalam, dan Mongolia.
Ritual pemakaman langit merupakan ritual unik yang tak biasa, bahkan dirasa kurang manusiawi. Sebab, jenazah orang yang sudah meninggal akan dijadikan santapan burung-burung besar.
Mayat akan dibedah dan dipotong-potong sebelum diletakkan di ruang terbuka. Nantinya, potongan tubuh jenazah ini akan dimakan oleh burung-burung nasar hingga habis.
ADVERTISEMENT
Dimulai sejak dini hari, kerabat diperbolehkan mendampingi mendiang, tetapi tidak boleh melihat langsung prosesi tersebut. Prosesi ini dipercaya sebagai bentuk amal terakhir mendiang di muka bumi.

2. Menari Bareng Jenazah, Madagaskar

Famadihana dikenal pula sebagai tradisi membalik tulang Foto: Shutter Stock
Selanjutnya, Ritual Famadihana adalah sebuah tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Madagaskar. Dalam tradisi ini, mereka akan mengganti kain yang digunakan untuk mengubur mayat sanak saudara atau keluarga.
Perayaan ini akan diikuti dengan pesta besar, tarian dan iringan musik meriah, sembari meminta berkah dari mendiang.
Dikenal juga sebagai 'tradisi membalik tulang', Famadihana diyakini dapat mempertahankan hubungan antara orang yang hidup dan mati.

3. Peti Fantasi, Ghana

Selain Madagaskar, Ghana juga punya ritual pemakaman unik yang masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi tersebut bernama Adebuu Adekai.
ADVERTISEMENT
Abebuu Adekai bisa dibilang sebagai 'kotak peribahasa' dan dirancang secara khusus untuk mengubur orang yang meninggal di Ghana.
Penduduk Ghana percaya bahwa kehidupan tetap akan berjalan meski mereka sudah tidak lagi berada di dunia, sehingga peti mati harus dapat menjadi tempat yang baik untuk melewati masa transisi tersebut. Oleh karena itu, bagi penduduk Ghana merayakan kematian sama pentingnya dengan merayakan kehidupan.
Bentuk dari peti mati ini bermacam-macam, tergantung keinginan dan kebutuhan. Biasanya peti mati tersebut dibentuk sesuai dengan status sosial, keahlian, atau pekerjaan bagi almarhum, misalnya lobster, singa, elang, pesawat, hingga mobil.

4. Mumifikasi Diri, Jepang

Berikutnya ritual pemakaman unik juga bisa kamu temukan di Jepang. Ritual pemakaman unik ini bernama Sokushinbutsu atau tradisi mumifikasi para biksu atau biarawan Jepang.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini adalah proses keras dan panjang yang mengantarkan para biksu menuju alam kematian. Ada tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 1.000 hari, yang pada akhirnya akan mengubah tubuh menjadi mumi.
Selama hampir sembilan tahun, biksu yang menjalani proses ini harus dipastikan tetap hidup sampai menjadi mumi. Setelah seorang biksu memutuskan untuk melakukan mumifikasi diri, ia akan memasuki tahap pertama.
Dia akan mengubah pola makannya, tidak makan apa pun selain kacang, biji, dan buah beri. Diet ketat ini dikombinasikan dengan aktivitas fisik yang sama ketatnya.
Selama 1.000 hari pertama ini, biksu tersebut akan kehilangan lemak tubuhnya dengan cepat. Kemudian, 1.000 hari berikutnya, biksu hanya akan memakan kulit kayu dan akar dalam jumlah yang semakin dikurangi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, aktivitas fisik diganti dengan meditasi selama berjam-jam. Akibatnya, para biksu akan kehilangan lebih banyak lemak dan otot tubuh. Proses untuk menjadi kurus ini bertujuan untuk mencegah pembusukan tubuh setelah kematian.
Sebelum menjalani proses terakhirnya untuk menjadi sokushinbutsu, biksu itu akan meminum teh yang terbuat dari getah pohon urushi. Getah ini biasa digunakan sebagai pernis untuk mangkuk atau perabot dan sangat beracun.
Selanjutnya para biksu akan dimasukkan ke dalam makam batu. Mereka akan membunyikan lonceng setiap hari, sampai lonceng tersebut terhenti yang menandakan bahwa mereka tak lagi bernapas.
Makam batu akan ditutup hingga kurun waktu 1.000 hari sebelum dibuka untuk proses verifikasi mumifikasi.

5. Manik-manik Kematian, Korea Selatan

Munculnya undang-undang yang dikeluarkan Pemerintah Korea Selatan terkait penggusuran kuburan setelah 60 tahun membuat penduduknya memilih cara yang kreatif dan unik. Ya, manik-manik.
ADVERTISEMENT
Penduduk Negeri Ginseng itu memutuskan untuk mengubah jenazah keluarga atau sanak saudaranya menjadi manik-manik. Manik-manik tersebut dibuat dari abu jenazah yang telah dikremasi.
Cara ini dianggap mampu menjaga mendiang untuk tetap dekat dengan keluarga. Manik-manik kematian berbentuk kerikil kecil warna-warni, seperti merah muda, biru kehijauan, atau hitam berkilauan.
Nantinya, manik-manik kematian akan ditempatkan dalam wadah kaca atau piring. Tampilannya yang indah menjadikan manik-manik kematian dapat juga digunakan sebagai hiasan dalam rumah.

6. Rambu Solo, Tana Toraja

Tradisi Rambu Solo di Toraja. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Rambu Solo adalah sebuah ritual pemakaman yang dilakukan oleh penduduk Toraja untuk menyempurnakan kematian para jenazah. Upacara ini bertujuan mengantarkan arwah keluarga atau sanak keluarga yang meninggal, untuk kembali dan berkumpul dengan arwah nenek moyang dalam satu kawasan peristirahatan.
ADVERTISEMENT
Dalam praktiknya, Rambu Solo menjadi salah satu upacara adat terbesar penduduk Toraja. Keluarga jenazah yang melakukan perayaan ini akan menyembelih kerbau dalam jumlah banyak dan membuat perayaan secara besar-besaran.
Alasan Rambu Solo disebut sebagai tradisi penyempurnaan kematian adalah karena seseorang hanya akan dianggap sudah benar-benar meninggal apabila tradisi ini telah dilakukan.
Jika Rambu Solo belum dilaksanakan, maka jenazah akan dianggap seperti orang yang sakit atau lemah. Mereka akan diperlakukan selayaknya manusia yang masih hidup, seperti diajak mengobrol, diberi makan dan minum.

7. Makam Gantung, Suku Ifugao

Suku Ifugao atau Igorot di Filipina punya ritual pemakaman unik. Sama seperti Suku Toraja, Suku Ifugao juga punya tradisi unik memakamkan orang yang sudah meninggal di sekitar tebing.
ADVERTISEMENT
Mengutip BBC, sebelum mayat diletakkan di peti mati, mayat itu ditempatkan di 'kursi kematian' yang terbuat dari kayu, diikat dengan daun dan sulur, serta ditutupi dengan selimut.
Tubuh yang membeku itu kemudian diasapi untuk menunda proses pembusukan, seiring sanak keluarga memberikan penghormatan selama beberapa hari.
Menurut pemandu Suku Igorot, Siegrid Bangyay, di masa lalu anggota keluarga harus mematahkan tulang jenazah tersebut untuk dimasukkan ke dalam peti mati sepanjang 1 meter dalam posisi janin. Namun, kini peti mati menggantung cenderung lebih besar dan panjangnya sekitar 2 meter.
Sebelum peti jenazah diangkut ke tebing, pelayat membiarkan cairan dari bungkusan mayat yang membusuk menetes ke tubuh mereka. Hal ini dipercaya akan membawa keberuntungan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ritual yang berasal dari 2.000 tahun lalu ini diyakini membawa mereka yang semakin dekat dengan roh leluhurnya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)