Musamus: Lanskap Alam yang Hanya Ada di Merauke

25 November 2023 8:57 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Musamus di Merauke, Papua Selatan. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Musamus di Merauke, Papua Selatan. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
ADVERTISEMENT
Lanskap alam berupa tanah menjulang ini dikenal dengan nama Musamus dan hanya bisa kamu temukan di Merauke, Papua Selatan. Musamus juga dikenal dengan sebutan 'rumah semut'. Namun, artinya bukan rumah yang dibuat oleh semut, melainkan dibuat hewan sejenis rayap.
ADVERTISEMENT
Jenis rayap yang membuat Musamus ini tergolong rayap yang tidak merugikan manusia. Sebab, mereka menciptakan sendiri rumahnya yang terbuat dari tanah, rumput kering, hingga air liur rayap.
Jika dilihat lebih jelas, Musamus berbentuk seperti gundukan tanah yang menjulang tinggi, di dalamnya membentuk lorong-lorong dengan rongga kecil.
Musamus di Merauke, Papua Selatan. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Rumah yang dibangun rayap ini bisa berdiri kokoh, teksturnya kasar, dan sangat keras jika dipegang. Jika dilihat dari jauh, Musamus terlihat seperti arca, karena memiliki bentuk yang unik.
Kumparan pun berkesempatan mengunjungi sebuah destinasi wisata bernama Wisata 1000 Musamus yang berada di Salor Indah, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, belum lama ini. Di sana, setidaknya terdapat kurang lebih 1.000 Musamus yang berdiri di tanah seluas 29 hektare.
ADVERTISEMENT
Pengelola Kelompok Sadar Wisata Salor, Darmadi, menyebut Musamus tertinggi yang ada di tempat wisata ini mencapai 3 meter dan sudah ada sejak bertahun-tahun lamanya.
Pengelola Kelompok Sadar Wisata Salor, Darmadi. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Darmadi menjelaskan bahwa kemunculan Musamus yang hanya ada di Merauke, terjadi tergantung pada jenis tanah dan semutnya.
"Waktu itu ada mahasiswa ke sini, dia penelitian. Kemunculan Musamus tergantung tanah dan jenis semutnya. Kalau orang Jawa bilang semutnya itu rayap. Kalau ini (yang ada di salor) sudah mati. Artinya karena dia terganggu, dulunya bagus, gangguannya karena sentuhan tangan manusia. Dulu warnanya (kalau masih hidup), itu kuning atau merah," jelas Darmadi.
"Sekarang yang seperti ini (Musamus yang ada di Wisata 1.000 Musamus) sudah gak ada penghuninya. Ini bisa ada bertahun-tahun, ini ada yang bahkan 3 meter. Usianya ada yang sampai 20 tahun. Terus tumbuh sampai segede ini," sambungnya.
Musamus di Merauke, Papua. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Destinasi Wisata 1.000 Musamus di Salor Indah juga menjadi sasaran wisatawan yang harus dikunjungi saat berada di Merauke. Meskipun, jaraknya ke tempat wisata tersebut tidaklah dekat, dari Kabupaten Merauke, kamu harus menempuh waktu sekitar 2 jam untuk menuju ke sana.
ADVERTISEMENT
Namun, Darmadi menyebut akhir-akhir ini tempat Wisata 1.000 Musamus tidak lagi menjadi favorit masyarakat sekitar. Hal ini karena tak adanya variasi wisata yang bisa dinikmati, selain Musamus.
"Kalau dari yang awal-awal dulu bisa 40-100 orang per minggunya. Sekarang, ya memang cenderung sepi, karena di sini nggak ada perubahan, nggak ada yang lain, kan," jelasnya.
Musamus di Merauke, Papua. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Pembangunan daerah Wisata 1.000 Musamus pun sebenarnya diinisiasi oleh mahasiswa yang tengah meneliti. Awalnya, tempat tersebut telah terlebih dahulu viral di media sosial. Setelah itu, mahasiswa bersama dengan warga kampung Salor Indah mengorganisir daerah tersebut menjadi tempat wisata.
"Sebenarnya ini ditemui sama masyarakat sendiri, karena dunia maya. Dari komunitas Musamus ini mereka penasaran, lalu ke sini. Akhirnya, dia bekerja sama dengan warga kampung untuk dijadikan wisata atau bagaimana. Mereka penelitian dan dihitung Musamus ini ada berapa, bisa mencapai seribu. Akhirnya, dinamakan 1.000 Musamus. Ini total luasnya ada sekitar 29 hektare," pungkas Darmadi.
ADVERTISEMENT