Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pantheon disebut sebagai bangunan Romawi kuno terbaik yang sangat terpelihara. Tak cuma keindahan arsitekturnya yang membuat turis terpukau, tapi juga karena sejarah dan fungsinya yang berubah, dari kuil dewa Romawi menjadi gereja Katolik.
Dilansir CNN, Pantheon adalah bangunan tertua di dunia yang masih digunakan hingga hari ini. Sejak abad ke-7, gedung ini difungsikan sebagai gereja Katolik Roma. Dibangun sekitar 125 Masehi (M) oleh kaisar Romawi Publius Aelius Hadrianus, bangunan ini adalah properti ketiga yang dibangun pada zaman itu.
Pantheon pertama terbakar sekitar tahun 80 M dan dibangun kembali tidak lama setelah itu, tetapi disambar petir dan terbakar lagi sekitar 110 M. Nasib buruk bangunan tersebut menyebabkan desas-desus bahwa Pantheon ialah bangunan yang dikutuk.
ADVERTISEMENT
Fasad atau bagian muka bangunan bermotif Yunani kuno, dengan pintu masuk serambi yang menampilkan puncak segitiga dan kolom menjulang. Interiornya dibuat lapang, ditutup dengan kubah yang hingga saat ini masih menjadi kubah beton tanpa penyangga terbesar di dunia.
Fungsi Pantheon
Nama Pantheon berarti "semua dewa", meski secara umum dianggap sebagai situs pemujaan yang didedikasikan untuk dewa Romawi, fungsi aslinya sebenarnya tidak diketahui.
Dengan sedikit penyebutannya dalam teks-teks kuno, para sejarawan agak bingung. Meski bisa menjadi kuil, bangunan Romawi biasanya merupakan bangunan serbaguna, kata Lynne Lancaster, seorang sejarawan arsitektur dan pendidik humaniora.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi di Pantheon sulit untuk dikatakan," kata Lynne.
Legenda mengatakan, Pantheon adalah situs tempat pendiri Roma, Romulus, naik ke surga. Yang lain percaya Pantheon adalah tempat kaisar Romawi dapat berkomunikasi dengan para dewa.
ADVERTISEMENT
Apa pun fungsinya, seperti banyak prestasi arsitektur Romawi, strukturnya menjadi "simbol penting dari kekuatan kekaisaran," kata Luca Mercuri, direktur Pantheon saat ini.
Memang, arsitektur Romawi pada masa itu mewujudkan kekayaan, kekuatan, dan martabat. Berabad-abad kemudian, arsitek neoklasik merujuk kombinasi serambi dan kubah Pantheon untuk mengilhami bangunan mereka dengan nilai-nilai yang sama, dari US Capitol di Washington, DC, hingga Somerset House di London.
Pembangunan Pantheon
"Oculus seakan membiarkan (Pantheon) terbuka ke langit," kata Lynne.
ADVERTISEMENT
"Tapi itu juga menunjukkan penguasaan geometri dan konstruksi-bahwa mereka bisa membangun kubah pada skala sedemikian besar dan presisi, nyaris untuk memamerkan kemampuan."
Selama Abad Pertengahan, para pemimpin agama meragukan kesucian Pantheon. Mereka percaya Pantheon dibangun para iblis karena desain bangunannya yang aneh. Namun nyatanya bangunan kuno ini itu bukan dikerjakan setan, namun rekayasa konstruksi.
Meskipun marmer putih, kuning, ungu, dan hitam diimpor dari sekitar Mediterania, bahan utama pembangunannya ialah beton-penemuan Romawi-yang memungkinkan arsitek menyingkirkan kolom penahan beban dan membangun kubah yang lebar.
Salah satu trik untuk membuat kubah besar yang stabil adalah dengan menggunakan batu yang semakin ringan dalam campuran beton saat mencapai puncak. Batu bata berat dapat digunakan di bagian dasarnya, dengan batuan vulkanik ringan yang kenyal ditempatkan di sekitar oculus.
ADVERTISEMENT
Meski Pantheon telah mengungkapkan beberapa rahasia desainnya, Lancaster mengatakan, masih ditemukan keajaiban dalam detailnya. Seiring berlalunya waktu, matahari menyinari sekitar interior kubah, memancarkan cahaya di atas kisi-kisi yang tenggelam seperti jam matahari raksasa.
"Itu salah satu dari sedikit tempat di dunia (di mana) Anda benar-benar dapat menyaksikan Bumi berputar."
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).