Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Paper Sign, Cara Baru Dapat Tambahan Uang Buat Traveling
11 Februari 2017 10:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Masih ingat dengan fenomena menuliskan pesan di sebuah kertas saat naik gunung (paper sign)? Pesan ini biasanya ditujukan untuk orang tersayang lengkap dengan nama mereka kemudian difoto dan diunggah ke media sosial.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini sempat menimbulkan kontroversi karena banyak kertas-kertas pesan yang akhirnya dibuang dan mengotori alam.
Namun tidak semua orang bertindak tidak bertanggung jawab seperti itu. Beberapa menjadikan hobi traveling mereka sebagai bagian dari usaha untuk mendapatkan kucuran dana lewat bisnis paper sign.
Paper sign di Indonesia sendiri mulai merebak sejak 2015. hingga saat ini sudah banyak travelers yang menawarkan jasa untuk menuliskan pesan di kertas dan mengabadikan potongan pesan tersebut di tempat yang mereka kunjungi.
Anda mungkin pernah melihat foto seperti di atas viral di Twitter atau Instagram. Paper sign kini menjadi ladang usaha yang rupanya cukup menjanjikan.
Pandhu Waskitha misalnya. Pria asal Jakarta ini memanfaatkan paper sign sebagai bagian untuk bisa terus menikmati hobinya travelling.
ADVERTISEMENT
Dengan membuka akun Line@ Backpacker Tampan, Pandhu memulai 'bisnis' paper sign pada 2015 saat ia berkunjung ke India. Pandhu bercerita ide paper sign ini ia dapat saat keuangannya mulai menipis dalam perjalanan keliling Nepal dan India.
"Aku cuma bawa 3 juta untuk 30 hari. Nggak tahu, modal nekat saja. ATM kosong melompong, dan nggak punya kartu kredit," ujar Pandhu mengawali ceritanya kepada kumparan.
Meski sempat meminjam uang kepada temannya di Indonesia, Pandhu kembali mengalami kesulitan keuangan usai perjalanan di New Delhi. Ia mendapat inspirasi untuk mendapatkan dana tambahan tanpa harus meminjam uang saat melihat foto yang ia unggah di Taj Mahal.
"Saat itu aku nge-post; 'bagi siapa yang mau namanya ditulis dan di fotoin dengan background Ladakh, silahkan transfer sejumlah uang dan email gw secepatnya'. Nggak diduga, dalam waktu satu jam aku dapat 20 pesanan lebih!" Ujar Pandhu yang mendapat limpahan dana hingga bisa membiayai perjalanannya pulang kembali ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pandhu sendiri enggan menyebutkan jumlah pendapatan dari paper sign ini. Pandhu juga menolak menyebutnya sebagai bisnis.
"Aku nggak mau menyebut ini sebagai bisnis. Ini cara untuk tetap bisa travel dan survive," ujar pria yang tinggal di wilayah Kebayoran ini.
Tentu perjalanan dan usaha paper sign-nya ini tak selalu mulus. Pandhu mengaku banyak pesanan yang hit and run, istilah dalam dunia online shop di mana pembeli menghilang saat dimintai pembayaran.
"Banyak yang hit n' run. Dia sudah request, udah aku fotoin, pas aku mau kirim foto kan selalu aku chat dulu sebelumnya, mereka nggak ada kabar," tutur Pandhu.
Cerita lain muncul lagi-lagi saat ia ada di India. Seorang pemesan paper sign memberikan tantangan untuk Pandhu agar ia berfoto dengan paper sign tanpa mengenakan pakaian.
ADVERTISEMENT
"Dia berani bayar Rp 500 ribu. Karena waktu itu aku lagi krisis banget di India, I took that challenge," ujar Pandhu.
Meski begitu, Pandhu tetap optimis paper sign ini bisa jadi salah satu cara untuk bisa menikmati traveling tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Terbukti sepanjang dua tahun terakhir sudah beberapa tempat di Asia Tenggara ia sambangi, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Ia juga sempat menuliskan keseruan perjalanannya dengan merilis buku berjudul 'Bucket List: Khayal-khayal Dahulu, Keliling Dunia Kemudian.'
Tertarik mencoba?