Pariwisata Indonesia Diperkirakan Merugi Rp 38,2 Triliun karena Virus Corona

13 Februari 2020 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menparekraf Wishnutama dengan Menhub Budi Karya membalas pertanyaan wartawan Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menparekraf Wishnutama dengan Menhub Budi Karya membalas pertanyaan wartawan Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mewabahnya virus corona memberikan dampak yang sangat besar. Bukan hanya di negara asal atau kawasan-kawasan yang terjangkit, tetapi juga Indonesia yang notabene masih terbilang aman dari virus yang diberi nama COVID-19 tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam rapat koordinasi yang digelar di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menparekraf Wishnutama Kusubandio sempat menyebutkan bahwa pariwisata Indonesia diperkirakan merugi hingga Rp 38,2 triliun karena virus corona.
Namun, jumlah itu hanya berupa perkiraan, belum menjadi angka pasti dengan mengacu pada pendapatan devisa 2019 dari wisma asal China. Pada awak media, Wishnutama mengaku bahwa ia baru bisa memberikan angka pasti apabila wabah virus corona sudah berhenti.
"Jadi memang ini mengukurnya tidak sesederhana kalau ini sudah selesai atau jelas, gitu, ya. Tapi yang kita tahu, dari Tiongkok, tahun 2019 wisatawannya 2 juta. (Jumlah wisman) 2 juta itu artinya kalau di-translate ke devisa 2,8 miliar dolar Amerika," kata Wishnutama, Kamis (13/2).
Ilustrasi virus corona. Foto: Shutter Stock
Tak sampai di situ saja, virus corona juga memberikan efek samping berupa keinginan wisata yang cenderung menurun. Tren yang menurun itu berdampak pula pada kondisi negara yang menjadi hub seperti Singapura dan Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi, menurut penuturan pria yang akrab disapa Mas Tama itu, bulan Februari hingga Maret merupakan booking period atau masa-masa terbaik untuk melakukan pemesanan. Kekhawatiran terhadap virus corona tentu saja akan memberikan imbas terhadap jumlah wisatawan pada liburan musim panas.
"Februari sampai maret ini booking period. Sekarang, kan, lagi happening-nya orang lagi mau liburan musim panas, nih. Ini juga akan punya dampak. Misalnya April selesai, nih, (virus coronanya) dampaknya ada imbas ke summer holiday. Karena orang beli tiket itu bukan sekarang beli besok berangkat. Apalagi kalau yang cari tiket murah dan sebagainya," jelasnya lagi.
Pemandangan di Huwaga, Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Foto: Shutter Stock
Salah satu bukti penurunan jumlah wisatawan akibat virus corona bisa kamu temukan di Bali. Berdasarkan data yang diterima Kemenparekraf dari perhotelan di Bali sudah ada penurunan jumlah reservasi.
ADVERTISEMENT
"Sementara kalau info dari perhotelan di Bali sudah ada. Rata-rata saja, sudah ada tren menurun. Booking juga menurun, kan kelihatan. Sudah kelihatan dari booking online, kita sudah bisa pelajari," tambah Wishnutama lagi.
Untuk mengatasi kerugian yang lebih besar lagi, Wishnutama menyebutkan bahwa ia telah bekerja sama dengan beberapa kementerian terkait seperti Kemenhub dan Kemenkeu. Ia juga telah berkoordinasi dengan PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia).
Menparekraf Wishnutama dan Menhub Budi Karya menggelar rapat koordinasi bersama maskapai penerbangan Foto: Dok. Kemenparekraf
Kerja sama tersebut diyakini Wishnutama dapat memberikan satu perspektif yang sama bagi berbagai kementerian agar saling bahu-membahu dalam menyelesaikan tantangan.
Salah satu usulan terbaru yang dihadirkan Kemenparekraf bersama dengan Kemenhub adalah memberikan insentif kepada pelaku wisata di Indonesia.
Upaya pemberian insentif ini dinilai dapat membantu stakeholders industri pariwisata untuk tetap survive. Hanya saja bentuk insentif yang akan diberikan tersebut masih dalam proses diskusi.
ADVERTISEMENT