Pariwisata Sepi Akibat Virus Corona, Tour Guide Punya Waktu untuk Menambah Skill

6 Maret 2020 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pak Deni, Pemandu Wisata dari HPI Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pak Deni, Pemandu Wisata dari HPI Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
Mewabahnya virus corona sering kali dikaitkan dengan kerugian, baik dari segi ekonomi maupun pariwisata. Penurunan jumlah kedatangan wisatawan, kosongnya objek wisata yang biasanya ramai pengunjung, hingga penangguhan penerbangan jadi berita sehari-hari bagi traveler.
ADVERTISEMENT
Padahal nyatanya di balik seluruh kerugian itu, ada dampak positif yang bisa dinikmati pelaku wisata. Pemandu wisata yang terbiasa memandu tanpa henti jadi punya waktu kosong untuk refreshing.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Indonesian Tour Leaders Association Tetty DS. Ariyanto, dalam pembicaraannya bersama kumparan. Wabah virus corona memang bikin dia mesti mengalami cancelation dari tur yang mestinya ia pandu, sehingga ia tak bekerja.
"Tapi dampak positifnya gini, dampak positifnya mungkin saat-saat sekarang ini saya gunakan untuk menambah skill saya, kan, (mumpung) ada waktu nih. Jadi kita bisa refresh lagi, kita belajar lagi, atau kita mungkin bisa inspeksi tempat-tempat baru," jelasnya antusias saat dihubungi lewat sambungan telepon, Jumat (6/3).
Ilustrasi Pemandu Wisata Foto: Dok, shutterstock
Dengan cara ini, Tetty mengatakan pemandu wisata jadi akan memiliki tambahan insight baru untuk ditawarkan bagi grup yang akan mereka pimpin. Mulai dari lokasi atau tempat wisata yang baru hingga atraksi seru yang wajib didatangi.
ADVERTISEMENT
Menganalogikan kondisi ini seperti mobil yang butuh ganti oli saat sudah lelah bekerja, begitulah Tetty mengibaratkan momen-momen ini. Itu sebabnya waktu-waktu sekarang juga dianggap Tetty menjadi momen yang tepat bagi asosiasi pemandu wisata untuk menggenjot wawasan dan pengetahuan para guide.
Mulai berinvestasi pada Sumber Daya Manusia (SDM), misalnya dengan cara memberikan latihan atau training. Sehingga pemandu wisata bisa mengembangkan skill mereka masing-masing.
"Kan, sekarang aku jadi ada waktu, nih. Jadi kita harus melihat positifnya adalah untuk SDM sendiri. Kayak mesin, kan, pasti aus, pasti perlu masuk bengkel untuk ganti oli dan sebagainya. Anggap aja lagi masuk bengkel dulu. Yuk, kita ganti oli, kita recharge," kata Tetty sambil tertawa.
Tono, pemandu wisata, menjelaskan daur hidup lebah pada wisatawan asal Malaysia Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Di luar itu, hantaman epidemi virus corona juga dianggap Tetty menjadi sebuah pembelajaran, terutama bagi pariwisata. Sejak dulu, tidak ada yang pernah menyangka bahwa wabah penyakit bisa membuat seluruh dunia lesu.
ADVERTISEMENT
Berkaca pada kejadian yang pernah ada, sering kali orang-orang hanya membuat langkah antisipasi untuk kerusuhan, politik, dan ekonomi. Karenanya, Tetty berharap berdasarkan hal tersebut, orang-orang bisa memetakan risiko yang bisa terjadi baik dari segi bisnis maupun profesi.
"Kita kan tadinya enggak mikir bisa begitu. Jadi sekarang waktunya kita harus memetakan, risiko apa lagi, ya, yang akan mempengaruhi bisnis maupun profesi kita. Now it's the time. Supaya kita bisa melenggang lebih jauh lagi," pungkas Tetty.