Penantian Panjang Kembalinya Ribuan Benda Pusaka Indonesia dari Belanda

3 Desember 2020 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Museum Nasional Indonesia Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Museum Nasional Indonesia Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setelah menanti hingga empat tahun, 1.500 benda seni dan bersejarah yang hilang pada masa kolonial akhirnya kembali ke Indonesia. Kembalinya koleksi-koleksi barang seni mulai dari keris Bugis, batik, wayang, hingga senjata ini tentu akan membawa warna baru dalam deretan barang bersejarah yang dimiliki Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penantian panjang tersebut bukan tanpa sebab. Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, menyebut, kepulangan benda-benda bersejarah milik Indonesia ini sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2015. Namun, proses repatriasi ini amat pelik karena adanya perbedaan regulasi di antara Pemerintah Belanda dengan Pemerintah Indonesia sebelum akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk melakukan negosiasi.
Akhir tahun lalu, Pemerintah Indonesia membawa pulang 1.499 koleksi benda bersejarah Indonesia dari Museum Nusantara Delft, Belanda. Koleksi-koleksi itu tiba di Museum Nasional, Jakarta, pada 23 Desember 2019.
Sebelum 1.499 benda tersebut tiba di Tanah Air, sebilah keris Bugis buatan tahun 1900-an diberikan sebagai sebagai simbolisasi pengembalian benda-benda bersejarah Indonesia ke tempat asalnya. Keris Bugis yang beberapa bagiannya berlapis emas ini diserahkan oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, kepada Presiden Joko Widodo dalam kunjungan resminya ke Indonesia 23 November 2016.
Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono Foto: Alfaddillah /kumparan
Kepulangan 'si anak hilang' itu menambah deretan benda sejarah Indonesia yang dikembalikan oleh Belanda. Keris Bugis tersebut kemudian diserahkan Sekretariat Presiden (Setpres) secara resmi kepada Museum Nasional Indonesia pada 27 Agustus 2019. Hingga kini, secara keseluruhan total ada 1.500 benda bersejarah yang sudah berada di pangkuan Ibu Pertiwi.
ADVERTISEMENT
“Satu keris itu menjadi momen dan simbol tamu negara, Perdana Menteri dengan Bapak Presiden hadir untuk menyerahkan, dengan niat untuk mengembalikan mungkin hampir 1.500 dan seterusnya. Itu benda-benda bersejarah milik Indonesia yang pernah tersimpan,” kata Heru dalam Webinar bertajuk "BRI Dukung Upaya Pemerintah Lestarikan Sejarah dan Budaya Indonesia.”
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Museum Nasional, Siswanto, menyebut repatriasi kali ini merupakan yang terbesar dan bersejarah. Upaya pengembalian benda bersejarah pusaka Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1968.
Belanda juga mengembalikan naskah Negarakertagama, karya Mpu Prapanca, salah satu bukti sejarah pembangunan Majapahit dan Singasari. Dilanjutkan dengan pengembalian payung dan pelana Diponegoro pada 1978.
Kepala Museum Nasional Siswanto Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Saat itu Belanda Museum Nusantara di Delft merupakan tempat penyimpanan benda-benda seni dan bersejarah yang berasal dari kepulauan di Indonesia. Benda-benda tersebut menjadi bahan pembelajaran bagi para calon birokrat Belanda yang akan dikirim ke Hindia Belanda pada masa kolonial.
ADVERTISEMENT
Pada masa itu, orang-orang yang kembali dari Hindia Belanda membawa benda-benda tersebut dan diberikan kepada museum. Sebelum ribuan benda-benda bersejarah itu dipulangkan, mereka harus melewati beberapa proses. Salah satunya diperlukan sebuah studi untuk menentukan keaslian benda-benda bersejarah itu dengan adanya repatriasi.
Sebab, walau bagaimanapun negara memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa benda-benda tersebut asli dan memang memiliki nilai sejarah. Dari pihak Pemerintah Belanda pun perlu memastikan keseriusan Pemerintah Indonesia untuk merawat 1.500 benda bersejarah itu setelah dikembalikan.
Repatriasi juga menuntut sinergi lintas kementerian. Sebut saja Kemenkeu dan Kemendikbud yang turut dilibatkan untuk membantu tokoh-tokoh sejarah dalam melakukan penelitian. Harapannya, ketika tiba di Indonesia, benda-benda bersejarah yang sebelumnya menghuni museum di Belanda dapat menjadi bahan pembelajaran dan penelitian yang dalam jangka panjang juga berperan melahirkan generasi ahli sejarah di Tanah Air.
Ilustrasi keris yang tersimpan di museum Foto: Dok. Wikimedia Commons
Kini, keris Bugis dan 1.499 benda bersejarah lainnya siap menghuni rumah barunya di Museum Nasional. Siswanto menyebut, keris merupakan benda sejarah yang istimewa karena memiliki nilai historis yang tinggi dan sangat identik dengan perjuangan.
ADVERTISEMENT
“Generasi muda di Indonesia biar melek sejarah. Perjuangan itu tidak mudah dan sudah pasti melalui berbagai rintangan dan negosiasi. Ini nilai-nilai yang kita angkat di Museum Nasional, jadi selain bahan (keris) yang berharga tetapi juga nilai sejarahnya,” kata Siswanto.
Sebagai upaya menggali informasi tentang warisan sejarah yang sangat berharga, pemerintah berencana untuk melakukan sinergi, di mana tim peneliti dari Belanda akan berkolaborasi dengan tim peneliti Indonesia. Dengan begitu, terdapat interaksi untuk saling bertukar pengetahuan, bertukar pengalaman yang pada akhirnya bisa menghasilkan informasi valid akan sejarah dari benda pusaka atau barang seni peninggalan masa lalu.
Siswanto menjelaskan, bahwa repatriasi ini memerlukan proses panjang dan hati-hati. Artinya, tim kurator harus jeli dalam penerimaan dan memilih benda-benda pusaka yang dibawa ke Belanda pada masa penjajahan kala itu. Mulai dari keasliannya hingga seberapa besar nilai sejarah yang dimiliki benda tersebut.
ADVERTISEMENT
‘’Kemudian bagaimana nanti mengkomunikasikan nilai-nilai yang kita kembalikan itu kepada masyarakat, karena tanggung jawab kita jangan sampai yang kita terima nanti ternyata barang palsu atau mungkin nilai sejarahnya kurang atau mungkin dulu perolehannya kurang. Jadi ada beberapa yang harus kita penuhi sebelum repatriasi. Tentunya ini proses sejak awal hingga sampai ke pangkuan Ibu Pertiwi,’’ ujar Siswanto.
Pemerintah optimistis penyerahan benda bersejarah yang akan menambah koleksi Museum Nasional itu membuat masyarakat antusias. Pada dasarnya, sebut Siswanto, masyarakat Indonesia sangat menantikan benda-benda yang terbuat dari emas atau benda-benda yang berharga, seperti berlian atau batuan yang lain hadir di etalase museum.
Ilustrasi keris Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Ia mencontohkan selama ini artefak sejarah seperti arca Prajnaparamita mampu menyedot perhatian publik karena nilai historisnya yang luar biasa. Setelah membuat benda-benda tersebut kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, pemerintah berencana bernegosiasi dengan negara lain untuk memulangkan benda sejarah milik Indonesia. Namun, Siswanto menyebut saat ini pemerintah masih berfokus untuk melakukan repatriasi benda sejarah yang diambil Belanda pada masa penjajahan dulu kala.
ADVERTISEMENT
“Sementara untuk negara-negara yang memiliki koleksi Indonesia, yang sudah intens untuk komunikasi itu baru dengan Belanda. Barusan juga ada semacam diskusi ada kesepakatan untuk next-nya, jadi pengembalian koleksi itu. Cuma belum detail dan belum ada deal di antaranya (negara lain), mungkin pemerintah sana juga perlu diskusi antar-museum. Kemudian, terutama dari inisiasi kedutaan besar Belanda di Indonesia kita sudah mulai ada arah lampu hijau ke sana. Itu Belanda, negara yang lainnya belum,” ujar Siswanto.
Repatriasi benda-benda bersejarah Indonesia sejalan dengan visi BRI untuk berkomitmen mendukung pelestarian budaya. Setiap tahun, BRI mengadakan parade Nusantara yang menampilkan beragam kegiatan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, BRI juga berperan aktif mendukung produk-produk kerajinan berbasis budaya melalui pembiayaan bagi para pelaku UMKM di tingkat ekspor maupun nasional.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).