Penculikan hingga Demi Keintiman Seksual, Ini Sejarah di Balik Bulan Madu

22 Januari 2023 9:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bulan Madu. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bulan Madu. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bulan madu menjadi kegiatan yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang baru saja menikah. Semuanya terasa indah dan manis, apalagi bepergian bersama orang yang kamu sayangi.
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya, bagaimana sejarah bulan madu? Apakah memang di balik itu semua, bulan madu memiliki kisah yang indah dan manis?
Siapa sangka, konon bulan madu memiliki sejarah yang cukup mengerikan. Dilansir New York Post, gagasan tentang bulan madu sebenarnya sudah ada sejak abad kelima di sejumlah budaya Eropa, ketika waktu masih diukur dalam siklus bulan.
Ilustrasi Bulan Madu. Foto: Shutterstock
Pada pernikahan mereka, pasangan pengantin disajikan mead yang merupakan anggur madu beralkohol, untuk diminum bersama.
Mead diyakini sebagai afrodisiak, sehingga pasangan diharapkan untuk minum anggur selama 30 hari, agar cukup mabuk untuk membangun keintiman seksual.
Pasangan kemudian diharapkan akan mengandung anak pertama mereka selama waktu ini. Begitu banyak sejarawan percaya bahwa istilah "bulan madu" lahir dari konsep ini.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, ternyata ada beberapa sejarah bulan madu yang dipercaya oleh para sejarawan. Menurut beberapa sejarawan, bulan madu adalah perkawinan dengan penculikan.
Ilustrasi Bulan Madu. Foto: Shutterstock
Konon, dulu pengantin pria akan menyembunyikan pengantin wanita yang mereka culik selama berbulan-bulan, sampai keluarga mereka berhenti mencarinya atau sang wanita hamil, dan pada saat yang sama dianggap sudah terlambat untuk membatalkan pernikahan.
Diyakini beberapa pria miskin melakukan ini untuk menghindari keharusan membayar mas kawin kepada keluarga wanita di daerah-daerah, seperti China, Amerika Selatan, Asia Timur dan Selatan, Afrika, dan beberapa komunitas gipsi Eropa.
Dilansir Refinery 29, ada juga yang memiliki kisah berbeda. Penulis Richard Huloet dan Samuel Johnson, pada abad ke-16 menciptakan istilah “hony mone” untuk jangka waktu yang singkat setelah pernikahan ketika pasangan bahagia.
Ilustrasi Bulan Madu. Foto: Shutterstock
Mereka percaya semuanya menurun dari sana, dengan alasan bahwa kebahagiaan dengan cepat memudar ketika kenyataan pernikahan terjadi.
ADVERTISEMENT
Namun, kini semua kebiasaan berubah. Sebab, bulan madu kini menjadi momen untuk pasangan menghabiskan liburan bersama. Ada pula pasangan yanv memanfaatkan bulan madu untuk mengunjungi keluarga atau teman mereka yang tidak bisa datang saat acara pernikahan.
Tak hanya itu, wartawan pada awal 1900-an dengan gembira menggambarkan bulan madu sebagai perjalanan yang penuh petualangan di balon udara, karavan, kapal selam, mendaki gunung, dan berlayar ke Kutub Selatan.