Perdana! Pria Ini Turun dari Puncak Gunung Everest Sambil Naik Paralayang

28 Mei 2022 7:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ilustrasi paragliding di Everest. Foto: calvin86/Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi paragliding di Everest. Foto: calvin86/Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Seorang pendaki asal Afrika Selatan punya ide gila untuk menikmati keindahan Puncak Everest, salah satu gunung tertinggi di dunia. Jika kebanyakan orang memilih jalur pendakian yang sama, ia memilih cara yang berbeda yaitu terbang menggunakan parasut. Unik!
ADVERTISEMENT
Pria bernama Pierre Carter, berhasil mencetak rekor sebagai orang pertama yang turun dari Puncak Everest menggunakan paralayang. Ia berhasil mendaki gunung berketinggian 8.849 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut lalu turun dengan parasutnya.
Ilustrasi paragliding di Everest. Foto: Matteo Arteni/Shutterstock.
Carter akhirnya berhasil mendarat dengan selamat di salah satu titik basecamp pendakian yang ada di Gunung Everest. Tim ekspedisi yang menaungi Carter, mengatakan bahwa ia berhasil membuka potensi wisata olahraga baru yang ada di Everest yang kini tak hanya mendaki, tetapi juga bisa dilakukan dengan paralayang.
"Itu sebuah penerbangan yang keren untuk turun. Mulai dari di atas awan, kemudian menembus awan, dan turun," kata Carter seperti dikutip dilansir AFP.

Cerita Carter Mendaki Puncak Everest

Ilustrasi pendaki Gunung Everest. Foto: AFP
Carter menceritakan pengalaman pendakian uniknya yang ia lakukan pada pertengahan Mei 2022 tersebut. Sebelum turun dari Puncak Everest, ia harus mendaki ke puncak terlebih dulu.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 55 tahun tersebut, memulai penerbangan paralayangnya di titik dekat puncak. Tepatnya, pada ketinggian hampir 8.000 meter (26.247 kaki).
Dalam pendakiannya tersebut, Carter juga harus memastikan aspek keselamatan mulai dari peralatan dan juga alat-alat paraglidingnya.
Ilustrasi paragliding di Everest. Foto: Vadim Petrakov/Shutterstock
Tak sembarangan, ia juga harus memperhatikan kondisi cuaca yang ada di sana.
Kondisi cuaca menghalangi Carter untuk sampai ke puncak Everest setinggi 8.849 meter (29.032 kaki). Dia pun memulai penerbangannya dari punggungan South Col sekitar tengah hari.
Setelah semuanya aman, Carter terbang dengan kecepatan sekitar 80 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, dia hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk mendarat di dekat basecamp Gorakshep pada ketinggian 5.164 meter.
"Lepas landas selalu sulit dengan posisi yang semakin tinggi. Glider-mu terkadang tak bisa terbang dengan mudah," kata Carter.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, hal tersebut tidak menyulitkannya karena Carter merupakan salah satu pendaki berpengalaman.
Ia telah mendaki sejak remaja dan langsung tertarik pada paralayang.

Sudah Mendaki ke Tujuh Puncak Dunia

Pendaki di Gunung Denali Foto: National Park Service
Sejak 2005, Carter telah menyelesaikan pendakian lima dari tujuh puncak dunia. Dia memulainya dari Gunung Elbrus di Rusia.
Ia mencapai puncak Denali Alaska pada tahun 2016 dan mencoba turun dengan paralayang. Hanya saja, dirinya gagal mengantongi izin untuk terbang dan kemudian mewujudkannya di Gunung Vinson di Antartika.
Jika dirunut, sebelumnya tiga pendaki yang menuruni Everest dengan paralayang. Tetapi, semuanya tanpa izin pemerintah.
Pendaki melihat puncak Gunung Everest dari Gokyo Valley saat sore hari Foto: Shutter Stock
Alpinist dan pilot Prancis Jean-Marc Boivin adalah orang pertama yang melakukan paralayang turun dari Everest pada tahun 1988.
Lalu, ada sepasang suami istri Prancis melakukan penerbangan tandem dari puncak pada tahun 2001 dalam suatu prestasi yang diulang satu dekade kemudian oleh sepasang pendaki Nepal.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah pertama kalinya Nepal mengeluarkan izin terbang di pegunungannya," kata Sherpa Dawa Steven dari Asian Trekking.
Sherpa berharap lebih banyak pendaki yang mengikuti Carter musim depan. Hal itu agar otoritas Nepal segera mempermudah izin paralayang dari Himalaya.
"Banyak pendaki yang juga paraglider dan gagasan memanjat dan turun dengan terbang semakin populer," kata Sherpa.
"Pihak berwenang seharusnya melihat ini sebagai cara untuk meningkatkan industri pariwisata Nepal, terutama setelah COVID-19," pungkasnya.