Perkembangan Bandara Blimbingsari dari Masa ke Masa

16 Oktober 2017 20:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bandara Blimbingsari Banyuwangi (Foto: Conelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bandara Blimbingsari Banyuwangi (Foto: Conelius Bintang/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dipungkiri, bandara adalah instrumen penting dalam perkembangan pariwisata sebuah daerah. Sama halnya dengan Banyuwangi, Bandara Blimbingsari memegang peranan penting dalam pariwisata Banyuwangi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perekonomian daerah.
ADVERTISEMENT
Sejak diresmikan pada 2010 lalu, Bandara Blimbingsari terus berkembang dengan sejumlah inovasi. Dahulu, bandara ini hanya menerima empat kali penerbangan. Penerbangan ini hanya dilayani oleh dua maskapai yakni Wings Air dan Garuda Indonesia dengan transit melalui Surabaya, Jawa Timur.
Kehadiran bandara, ikut mendorong kemajuan ekonomi dan berbagai sektor lain seperti pertanian dan pariwisata di Banyuwangi. Meski begitu, dalam perjalanannya, pembangunan Bandara Blimbingsari memiliki sekelumit cerita unik.
Saat itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dinilai sebagai sosok yang pro kapitalis. Penyebabnya, Azwar lebih memilih penggunaan dana APBD untuk membangun bandara ketimbang membangun infrastruktur desa seperti perbaikan jalan hingga lampu penerangan yang belum menyala.
Meski begitu, Azwar mengaku punya alasan kuat tetap memilih membangun bandara. ia menilai adanya bandara bisa menggerakkan perekonomian serta meningkatkan investasi yang masuk ke Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
"Padahal jalan pikiran kami, kalau bandara ini jadi akan ada investor masuk, investor masuk akan memberikan lapangan pekerjaan buat orang miskin," ujar Azwar.
Prediksinya terbukti, jumlah penumpang Bandara Blimbingsari pun makin bertambah setiap tahunnya. Tahun 2011 jumlah penumpang bandara yang hanya 7.826 sudah menyentuh 110.234 penumpang di tahun 2015. Peningkatan ini sejalan dengan pendapatan per kapita Banyuwangi yang terus naik dari tahun 2011-2015 yakni dari Rp 23,61 juta menjadi Rp 37,78 juta.
Pesawat mendarat di Bandara Blimbingsari (Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat mendarat di Bandara Blimbingsari (Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi)
Peningkatan juga terjadi pada jumlah wisatawan yang mengunjungi Banyuwangi. Di tahun 2010, jumlah wisatawan domestik berkisar di angka 500 ribu orang pertahunnya. Tahun 2015, jumlah wisatawan domestik Banyuwangi melonjak hingga menyentuh angka 1,4 juta orang per tahunnya.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan jumlah wisatawan mancanegara. Jika pada tahun 2010 wisatawan mancanegara sudah hampir menyentuh angka satu juta orang pertahunnya, maka di tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara sudah melewati angka 1,8 juta orang pertahun.
Seiring dengan meningkatnya popularitas pariwisata Banyuwangi, Bandara Blimbingsari kini memperbanyak jadwal penerbangan menjadi enam kali sehari. Tiga di antaranya merupakan penerbangan langsung dari Jakarta-Banyuwangi dan tiga lainnya rute Surabaya-Banyuwangi. Rute penerbangan Jakarta-Banyuwangi dilayani oleh Nam Air sebanyak dua kali sehari dan Garuda Indonesia satu kali sehari.
Bandara Blimbingsari juga memiliki fasilitas terminal private jet atau jet pribdai. Fasilitas ini ditujukan bagi pesawat-pesawat dengan kapasitas di bawah 30 tempat duduk. Tidak jarang, satu hingga dua jet pribadi terparkir di pelataran pesawat (apron) Bandara Blimbingsari.
ADVERTISEMENT
Jumlah ini bisa bertambah seiring dengan rencana perluasan apron yang ditargetkan dimulai pada tahun ini.
Mengenal Bandara Blimbingsari Banyuwangi (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal Bandara Blimbingsari Banyuwangi (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)