Pertama di Dunia, Venesia Akan Terapkan Biaya Masuk dan Sistem Reservasi Turis
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang dilakukan pemerintah adalah kota ini akan menjadi yang pertama di dunia sebagai kota yang memerlukan biaya masuk. Nantinya, mereka harus melakukan reservasi sebagai izin untuk memasuki Venesia.
Dilansir CNN, mulai Januari 2023 mendatang, turis yang melakukan reservasi untuk melakukan kunjungan Venesia akan dikenakan dengan biaya masuk.
Wali Kota Venesia, Luigi Burgnaro, mengatakan melalui akun Twitter-nya bahwa sistem pemesanan adalah jalan yang tepat untuk diambil demi manajemen pariwisata yang lebih seimbang.
"Kami akan menjadi yang pertama di dunia untuk eksperimen yang sulit ini," tambahnya.
Anggota dewan yang bertanggung jawab untuk pariwisata, Simone Venturini, mengatakan dalam beberapa minggu Venesia akan meluncurkan website untuk turis yang akan melakukan pemesanan secara online.
ADVERTISEMENT
"Musim panas ini dimungkinkan untuk memesan perjalanan sehari, dan pada tahun 2023 kami akan memulai kontribusi di accesso atau biaya masuk," kata Simone Venturini.
Nantinya, di tahun 2022 ini turis akan diminta untuk mengisi sistem pemesanan ini secara sukarela. Namun, tahun 2023 sistem ini akan dijalankan secara wajib.
Sistem pemesanan ini akan memberikan para turis kesempatan untuk memprediksi berapa banyak orang yang akan datang di hari itu.
Untuk biaya masuk yang akan diterapkan mulai bulan Januari 2022 lalu, para turis harus membayar 3 euro atau setara Rp 46.704 saat low seasons. Sementara itu, untuk peak seasons, turis harus mengeluarkan biaya 10 euro atau setara dengan Rp 155.682 untuk bisa masuk ke Venesia.
ADVERTISEMENT
Biaya tersebut akan dikenakan untuk turis yang akan berkunjung secara daytrippers atau tidak menginap. Namun, untuk yang bermalam di Venesia biaya tersebut akan dibebaskan.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah daytrippers yang terkenal turun ke kota, menghabiskan sedikit uang untuk bisnis lokal, dan meninggalkan sampah mereka di sana.
“Pesan yang ingin kami sampaikan adalah bahwa Venesia adalah kota yang hidup dengan lambat, dengan ritme yang berbeda dari tempat lain. Itu rapuh, unik, dan perlu pendekatan dari pihak pengunjung yang tidak masuk, mengambil foto, dan meninggalkan," kata Simone Venturini.
"Saya pikir banyak kota Eropa lainnya yang tinggal dengan jumlah daytripper yang signifikan memperhatikan kami untuk memahami dengan cara apa mereka dapat memperkenalkan skema serupa," tambahnya.
ADVERTISEMENT