PHRI: Okupansi Hotel di Jakarta Turun saat Libur Nataru, Hanya 20-30 Persen

27 Desember 2024 8:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kamar hotel. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kamar hotel. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengemukakan okupansi hotel di Jakarta saat libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Jika dibandingkan dengan hari biasa, okupansi hotel di Jakarta cenderung mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Hal itu pun disampaikan langsung oleh Ketua Umum PHRI, Hariyadi BS Sukamdani.
"Jakarta itu selalu rendah, kalau pada momentum libur Nataru," kata Hariyadi seperti dikutip dari Antara.
Sejumlah kendaraan bermotor melintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta. Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Hariyadi menjelaskan bahwa rata-rata okupansi hotel di Jakarta pada momentum libur Nataru berkisar 20-30 persen. Hal ini dikarenakan Jakarta bukan kota tujuan wisata.
Menurutnya, jika dibandingkan hari normal atau hari kerja tingkat okupansi hotel di Jakarta jauh lebih tinggi, yakni rata-rata di atas 70 persen dari kamar yang disediakan.
"Surabaya dan Jakarta itu sama, kalau momentum libur okupansi hotel rendah," katanya.

Okupansi Hotel di Kota Tujuan Wisata

Ilustrasi kamar hotel. Foto: Edvard Nalbantjan/Shutterstock
Berbeda dengan kota-kota besar lainnya, Hariyadi mengatakan bahwa okupansi cenderung mengalami peningkatan terutama di daerah tujuan wisata, seperti Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Bali. Peningkatan okupansi hotel di kota-kota tersebut rata-rata sekitar 70-90 persen.
ADVERTISEMENT
"Untuk daerah yang terdapat objek wisata, okupansi hotel bisa mencapai 90 persen. Sedangkan yang cukup jauh dari objek wisata dan pusat kota berkisar 70 persen," ujarnya.
Ilustrasi Yogyakarta. Foto: Dok. Kemenparekraf RI
Khusus di Yogyakarta dan Bali, ada peningkatan yang cukup signifikan. Ini dikarenakan akses ke kedua daerah itu semakin mudah dan murah.
"Yogyakarta setelah adanya tol fungsional terdapat peningkatan, begitu juga di Bali karena tiket pesawat tidak naik terlalu tinggi," pungkas Hariyadi.