PHRI: Pergerakan Wisatawan saat Lebaran Diprediksi Menurun

14 April 2025 11:50 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tamu hotel. Foto: Dragon Images/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tamu hotel. Foto: Dragon Images/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memprediksi tren pergerakan wisatawan saat libur Lebaran di tahun 2025 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran, mengatakan bahwa hal ini berdasarkan data yang diperoleh dari para anggota PHRI yang ada di daerah.
ADVERTISEMENT
"Kita sedang melakukan survei juga untuk ini, tapi secara ringkas kalau kita dengarkan dari beberapa katakan para PHRI dari daerah, trennya itu menurun yang pasti, jika dibandingkan tahun 2024," ujar Yusran seperti dikutip dari Antara pada Senin (14/4).
Yusran menjelaskan bahwa penurunan tidak hanya terjadi pada pergerakan wisatawan melainkan tingkat okupansi hotel dan juga lama tinggal wisatawan (length of stay) di destinasi wisata.
Ilustrasi lobby hotel di Mercure Jakarta Gatot Subroto. Foto: Dok. Mercure Jakarta Gatot Subroto
"Kemudian lama daripada peningkatan okupansi, jumlah hari peningkatan okupansi itu pendek, cuma tiga atau empat hari habis itu okupansinya langsung di-drop drastis, misalnya dari angka 80 persen atau 90 persen itu bisa di-drop drastis ke 20 persen sekarang rata-rata bahkan ada yang di bawah itu," lanjut Yusran.
ADVERTISEMENT
Yusran menyatakan tren penurunan itu dapat dilihat dari persentase penggunaan seluruh moda transportasi yang sudah diakui pemerintah turun menjadi 30 persen.
Tren penurunan juga terjadi pada sisi akomodasi seperti hotel dan restoran yang disebabkan oleh adanya penurunan daya beli masyarakat. Fenomena tersebut sangat disayangkan karena biasanya masyarakat berupaya sebisa mungkin untuk dapat mudik ke kampung halaman.
Ilustrasi Days Hotel by Widham Singapura. Foto: Dok. Days Hotel
"Kalau kita bicara daya beli terganggu kita perhatikan memang situasi ekonominya tidak bagus. Banyak kayak PHK, terus masalah dinamika, kebijakan dalam negeri yang juga masih belum kondusif," ungkap dia.
Penyebab lain yang ia soroti yakni adanya permasalahan pinjaman online (pinjol) yang kasusnya semakin meningkat. Pinjol menurutnya semakin membuktikan bahwa situasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan memicu sebagian masyarakat memilih untuk tidak ikut mudik.
ADVERTISEMENT
Yusran melanjutkan memang ada beberapa daerah yang tingkat okupansinya melonjak, namun tren itu tidak akan bertahan lama meski periode libur Lebaran kali ini cukup panjang. Misalnya seperti area Pulau Jawa yang mencakup Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur, juga Bali serta Sumatera Barat yang mengalami pergerakan wisatawan lintas provinsinya cukup tinggi.
"Permasalahan kita bahwa tingkat okupansi yang diharapkan itu memang bisa berlangsung lama, tapi karena kita mengalami low season yang parah sekali waktu bulan puasa, ternyata targetnya juga enggak tercapai dan yang paling penting lagi setelah lonjakan tersebut turunnya juga langsung drastis ke bawah," kata Yusran.

Upaya yang Dilakukan PHRI

Ruang meeting Serenity 1 di The Suites, Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Selain sedang melakukan survei, PHRI dalam mengatasi hal tersebut sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dan berkoordinasi dengan pihak Kementerian Pariwisata. Namun, adanya efisiensi anggaran membuat kementerian dan lembaga mengalami kesulitan dalam menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan hotel dan restoran seperti biasanya.
ADVERTISEMENT
Padahal menurutnya, kegiatan pemerintah dapat menjadi pemasukan yang cukup besar bagi beberapa daerah yang tidak memiliki banyak destinasi wisata seperti Makassar.
PHRI pun sudah bersurat kepada Menteri Keuangan hingga Presiden Prabowo Subianto untuk mendiskusikan masalah tersebut.
Dalam kesempatan itu, Yusran berharap pemerintah dapat mendorong investor untuk membangun sarana akomodasi di sekitar destinasi wisata, seperti periode sebelumnya melalui diperkenalkannya lima Destinasi Super Prioritas (DSP).
Ilustrasi menutup tirai kamar hotel. Foto: Quality Stock Arts/Shutterstock
Sektor akomodasi juga akan tumbuh apabila pemerintah banyak menyelenggarakan acara seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua.
"Kita sepakat dengan efisiensi tapi efisiensinya harus juga dilakukan hati-hati agar tidak terdampak terhadap keberlangsungan dari akomodasi itu sendiri. Bukan kita berarti tidak mau inovatif untuk mencari pasar baru, tapi untuk jangka pendek tentu harus ada hal yang mesti, yang bisa menyelesaikan itu adalah pemerintah itu sendiri," kata dia.
ADVERTISEMENT
Yusran turut menekankan bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat untuk membenahi sektor pariwisata Indonesia baik dari sisi regulasi, investasi maupun penguatan peran pariwisata bagi perekonomian nasional.