Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Pengalaman traveling akan semakin seru dengan dokumentasi gambar. Di era teknologi makin canggih, banyak traveler yang enggak mau ribet untuk bawa kamera besar dan hanya mengandalkan ponsel.
ADVERTISEMENT
Oppo Reno2 hadir untuk menjadi penerus smartphone seri Reno perdana. Kamera kembali menjadi sektor yang paling ditonjolkan dan diandalkan di Reno2, tapi ini bukan urusan kamera depan saja, melainkan kamera belakang yang mampu mengakomodir kebutuhan fotografi cahaya rendah dan video yang epik.
Reno2 memiliki empat kamera yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Kamera utamanya 48 MP dengan bukaan f/1.7, lalu ada kamera 13 MP (f/2.4) telephoto, 2 MP Mono Portrait dengan kemampuan depth sensor, serta 8 MP (f/2.2) ultra-wide angle.
Di Indonesia, Oppo Reno2 dibanderol Rp 8 juta dengan RAM 8 GB dan memori internal 256 GB.
Beberapa waktu lalu, kumparan berkesempatan mengunjungi komunitas Baduy Dalam dan Baduy Luar. Berada di Kampung Ciboleger, Lebak, Banten, Baduy Luar dikenal sebagai gerbang utama menuju komunitas Baduy Dalam. Â
ADVERTISEMENT
Sebetulnya tidak banyak yang berbeda di antara Baduy Dalam dan Baduy Luar. Keduanya sama-sama tinggal dalam wilayah Baduy, memiliki ciri fisik, bahasa, dan mata pencaharian yang sama, yaitu bertani, berkebun, mengolah hasil hutan, dan menjual hasil bumi keluar Baduy.Â
Tapi, jika Baduy Dalam masih menggenggam teguh adat dan menjalankan aturan adat, modernisasi justru terasa saat berada di Baduy Luar. Di kawasan ini, segala macam bentuk kehidupan modern telah diterima, seperti telepon genggam, alat kebersihan berbahan kimia, hingga masuknya aliran listrik.Â
Dalam segi busana, Baduy Luar memiliki perbedaan dengan Baduy Dalam. Pakaian adat sehari-harinya didominasi warna hitam dengan ikat kepala biru tua bermotif batik, baju komprang, dan celana selutut.Â
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk perempuan, dalam kesehariannya mereka mengenakan kebaya sederhana berwarna hitam, cokelat tua, atau biru tua. Suasana kelonggaran komunitas Baduy Luar terlihat pada tampilan kesehariannya, baik ketika di rumah maupun ketika bekerja di ladang.
Terlepas dari berbagai dinamika zaman yang dianut masyarakat Baduy Luar, kawasan ini merupakan jantung perekonomian seluruh masyarakat Baduy. Hasil bumi dan kerajinan yang didapat dimanfaatkan sebagai komoditas yang diperdagangkan di Baduy Luar.Â
Selain menjual hasil bumi, masyarakat Baduy Luar juga menjual kain tenun yang dihasilkan para perempuan yang hidup di wilayah Baduy. Menurut kepercayaan masyarakat Baduy, menenun merupakan wujud dari ketaatan yang dilakukan perempuan Baduy terhadap adat yang telah dijunjung.Â