Pria Ini Buka Tur Daerah Bekas Perang di Afghanistan, Tarifnya Rp 74,2 Juta

23 Mei 2023 7:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tentara Amerika di Afghanistan. Foto: AFP/MUNIR UZ ZAMAN
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tentara Amerika di Afghanistan. Foto: AFP/MUNIR UZ ZAMAN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai daerah rawan konflik, Afghanistan tentu saja jadi destinasi yang dihindari wisatawan. Selain harus berpikir ulang karena urusannya nyawa, banyak negara yang memberikan larangan perjalanan ke negara yang berada di perbatasan Asia Selatan dan Asia Tengah tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hal itu bertolak belakang dengan apa yang dilakukan pria satu ini. Bagaimana tidak? Ia malah membuka tur ke Afghanistan. Tak tanggung-tanggung, untuk satu orangnya kamu bakal dikenakan biaya 4.000 poundsterling atau sekitar Rp 74,2 juta.
Dilansir LadBible, pria bernama Joe Sheffer, yang berprofesi sebagai juru kamera lepas ini mengajak mereka yang ingin tur ke negara-negara yang dilanda perang. Lewat perusahaan tur miliknya, Safarat Tours, ia secara meyakinkan mengatakan bahwa traveling ke Afghanistan tidak seseram yang dibayangkan.
Ya, perang yang terjadi di Afghanistan memang telah usai setelah Taliban akhirnya berhasil menduduki negara tersebut. Meski demikian, di beberapa daerah, konflik antara pemerintah saat ini dan pasukan oposisi mungkin bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT
"Menurut kami, Afghanistan adalah tempat yang masuk akal untuk bepergian. Kami tidak akan menawarkan negara itu sebagai tujuan jika tidak aman. Kami terus menilai kembali situasinya dan tidak akan pernah ragu untuk membatalkan atau membatasi perjalanan jika ada perubahan," tulis laman resmi pihak tur.
Pejuang Taliban berkumpul di jalan-jalan Kabul saat merayakan satu tahun penarikan pasukan AS dari Afghanistan, dekat bekas kedutaan AS di Kabul, Selasa (30/8/2022). Foto: Wakil Kohsar/AFP
Taliban yang berada di balik pemerintahan saat ini telah menerapkan proses screening keamanan yang ketat bagi setiap pendatang.
"Taliban memiliki kehadiran yang kuat di semua kota dan ditemukan tersebar di puluhan pos pemeriksaan di jalan utama, yang sebelumnya dipegang oleh tentara atau polisi nasional," katanya.

Tur Perjalanan yang Mungkin Berisiko

Meski demikian, Sheffer mengatakan bahwa pihaknya tak menampik, kalau tur perjalanan tersebut bukanlah tanpa risiko. Segala risiko itu tetap ada, bergantung dengan itinerary dan juga pengetahuan wisatawan selama perjalanan.
ADVERTISEMENT
Pihaknya mengatakan, turis berisiko terkena serangan yang ditargetkan terhadap orang asing, dan secara tidak sengaja terjebak dalam ledakan atau pertempuran.
Adapun, grup traveler pertama telah mengunjungi Afghanistan. Grup traveler dari Inggris tersebut datang ke Afghanistan pada Oktober tahun lalu. Sheffer menyebut bahwa kelompok yang lebih besar akan tiba pada beberapa minggu ke depan.
Sementara itu, tur berikutnya mencakup beberapa orang. Mereka adalah orang yang memang ingin mengunjungi Afghanistan dan memasukkannya sebagai wishlist tujuan wisata. Sedangkan yang lainnya adalah orang Afghanistan secara langsung.
Ia pun mengatakan telah mendapatkan asuransi untuk menanggung perjalanannya dan para peserta turnya, meskipun ada nasihat dari Kementerian Luar Negeri untuk tidak bepergian ke Afghanistan.
Nantinya, itinerary perjalanan akan berada di Kandahar dan Helmand, di jantung Taliban di sekitar bagian selatan Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Sheffer berencana untuk kembali di akhir tahun dengan membawa rombongan yang lebih besar ke pedesaan pada musim gugur, bersama dengan seorang fotografer dari New York Times untuk mendokumentasikan perjalanan tersebut.