Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Pulau Bidadari, Destinasi Wisata Warga Jakarta yang Penuh Sejarah
20 April 2018 9:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Kebanyakan warga Jakarta barangkali sudah familiar dengan paket wisata tiga pulau bersejarah di Kepulauan Seribu. Apalagi jika bukan Pulau Onrust, Cipir, dan Kelor. Berfoto di depan Benteng Martello adalah salah satu aktivitas ‘wajib’ paket itu. Padahal ada satu lagi pulau yang tak kalah indah dan bersejarah, yakni Pulau Bidadari.
ADVERTISEMENT
Letaknya hanya 15 kilometer dari Jakarta. Kamu bisa mencapainya dengan naik speedboat dari Dermaga Marina Ancol dengan lama perjalanan sekitar 20 menit. Pulau yang dulu dinamai Purmerend oleh pemerintah Hindia Belanda itu juga berdekatan dengan Pulau Onrust, Kelor, dan Cipir.
Sejak 1972, pengelolaan Pulau Bidadari diambil alih oleh PT Seabreez Indonesia, anak perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Sempat tak berpenghuni selama 30 tahun lebih, pulau seluas 6 hektar itu lalu diubah menjadi resor wisata, memanfaatkan panorama alamnya yang menakjubkan.
Namun jauh sebelum itu, Pulau Bidadari adalah saksi bisu perjalanan sejarah Tanah Air. Pada 1679, VOC membangun rumah sakit di pulau tersebut. Warga yang terjangkit penyakit lepra dan kusta dikarantina di sana dan menjadi asal muasal pulau itu disebut pulau sakit atau purmerend dalam Bahasa Belanda.
ADVERTISEMENT
Pulau itu juga menjadi yang lebih dulu kena saat ada serangan ke Batavia. Pada 1800 dan 1806, Inggris menyerang Pulau Bidadari hingga hancur berantakan. Pada 1827, pemerintah Hindia Belanda kembali membangun infrastruktur di sana dengan memanfaatkan tenaga tahanan untuk mendirikan asrama haji.
Asrama haji itu digunakan sebagai peristirahatan calon haji yang akan berangkat ke Mekkah dengan kapal. Beroperasi hingga 1933, asrama tersebut akhirnya ditutup. Menjelang kemerdekaan Indonesia hingga 1970, Pulau Bidadari dibiarkan tidak berpenghuni. Namun hingga kini, pengunjung masih bisa melihat sisa bangunan Menara Martello, ikon warisan sejarah peninggalan kolonial Belanda di pulau tersebut.
Dikelola menjadi destinasi wisata, pulau itu kemudian berganti nama pada awal 1970-an menjadi Pulau Bidadari yang dianggap mewakili keindahan alamnya. Dibangunlah sebuah resor untuk memanjakan wisatawan. Sejak pertama kali berdiri, Bidadari Eco Resort tidak banyak berubah sehingga PT Seabreez Indonesia memutuskan untuk merombaknya pada akhir 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
Konsep yang diusung adalah The Soul of Batavia. Unsur budaya Betawi yang lekat dengan warga Jakarta akan dipadukan dengan kecanggihan teknologi. Penataan ulang resor itu akan menambahkan sentuhan digital pada infrastrukturnya.
“Dengan hadirnya nuansa baru di Pulau Bidadari, kami berharap pengunjung dapat bernostalgia dengan kenangan Jakarta tempo dulu, namun tetap kekinian. Sehingga pengunjung bisa merasakan pengalaman yang baru dan berbeda berlibur di pulau ini. Direncanakan revitalisasi ini akan diselesaikan pada ulang tahun Jakarta yang ke 491 tahun ini” ujar Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Paul Tehusijarana, berdasarkan keterangan resmi yang diterima kumparanTRAVEL.
Tak hanya itu, Pulau Bidadari juga akan dicanangkan sebagai pulau berbasis budaya dan digital. Pencanangan menjadi tonggak awal revitalisasi wisata Pulau Seribu sekaligus menyambut HUT Jakarta dan perhelatan Asian Games 2018 mendatang. Rencananya akan dihadiri Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Sandiaga Uno, pada Sabtu (21/4).
ADVERTISEMENT