Pulau Kelor, Saksi Pertahanan Maritim Hindia Belanda Lindungi Ibu Kota

28 Januari 2018 12:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Kelor, Jakarta (Foto: Wikipedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Kelor, Jakarta (Foto: Wikipedia Commons)
ADVERTISEMENT
Kabur sejenak dari rutinitas yang menghimpit tak perlu agenda yang muluk-muluk. Bahkan terkadang, kita tak perlu keluar kota, lho. Seperti Pulau Kelor contohnya, bisa dijadikan alternatif liburan singkat untuk penghuni DKI Jakarta dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pulau Kelor terletak di gugusan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Paling mudah dicapai dari Dermaga Muara Kamal yang jaraknya 20,9 km dari Stasiun Jakarta Kota atau sekitar 35 menit berkendara. Dari dermaga, Pulau Kelor bisa dicapai dengan naik perahu motor selama 30-45 menit.
Meski luasnya hanya ‘sebesar daun kelor’ yakni 28 hektar, Pulau Kelor menyimpan bukti sejarah masa kolonialisi Belanda di Indonesia. Adalah Benteng Martello, bangunan tua yang paling menonjol, sekaligus yang menjadi daya tarik wisatawan di pulau tersebut.
Benteng Martello dibangun oleh VOC pada abad ke-17. Berbentuk melingkar, benteng ini difungsikan sebagai benteng pertahanan melawan Inggris, Spanyol, dan Portugis. Batu bata merah mendominasi struktur bangunan Benteng Martello.
Dulu di tengahnya, terdapat meriam besar yang digunakan sebagai pertahanan kawasan maritim Hindia Belanda, terutama Batavia. Benteng yang melingkar disertai pintu-pintu besar di sekelilingnya, mendukung kerja meriam yang dapat diputar 360 derajat.
ADVERTISEMENT
Saat melihat langsung benteng itu, pasti kamu bertanya mengapa banyak bagian yang rusak dan tidak utuh. Benteng Martello ikut rusak akibat letusan Gunung Krakatau yang dahsyat pada 1883 silam. Untungnya tak semua struktur bangunan luluh lantak, sehingga masih bisa kita pelajari hingga sekarang.
Selain sebagai benteng pertahanan, Martello juga digunakan sebagai tempat eksekusi tahanan Belanda. Mayatnya tentu dikubur di pulau itu pula. Oleh karenanya, Pulau Kelor dulu dinamakan Pemerintah Hindia Belanda sebagai Pulau Kerkhof yang berarti kuburan.
Bahkan, jika kamu lakukan pencarian Pulau Kelor di Google Maps, yang muncul masih Kerkhof. Karena sejarah kelamnya, pulau ini juga masih dianggap angker.
Traveler sebaiknya tidak naik ke struktur bangunan Martello demi kepentingan berfoto atau alasan lain. Sebab, benteng itu sudah berusia ratusan tahun dan melewati berbagai terpaan alam.
ADVERTISEMENT
Setiap pijakanmu akan menambah kerusakan Benteng Martello. Apalagi jika aksimu dicontoh traveler-traveler lain. Apa yang akan terjadi pada bangunan yang sudah renta itu jika dinaiki 20-30 turis tiap harinya?
Selain itu, saat mengunjungi Pulau Kelor juga sebaiknya membawa minuman dan camilan yang cukup. Sebab, tidak ada warung yang menjual makanan di sana. Karena telah ditetapkan sebagai cagar budaya, mendirikan bangunan permanen di Pulau Kelor adalah ilegal.
Jika ingin terima beres berlibur ke Pulau Kelor, kamu bisa mendaftar open trip yang banyak ditawarkan. Biasanya Pulau Kelor ditawarkan sepaket dengan Pulau Onrust dan Pulau Cipir yang memang berdekatan. Harga open trip dibanderol sekitar Rp 100 ribu – 125 ribu.