Pulau Terluar Indonesia yang Bernama Salura

13 Maret 2018 17:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Geligelo)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Geligelo)
ADVERTISEMENT
Wilayah Timur Indonesia memang sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Lautan biru, pantai putih dan bukit-bukit hijau yang menjulang adalah keistimewaan yang di dapat daerah-daerah ini.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga dimiliki oleh Pulau Salura. Pulau terluar yang menjadi bagian dari Sumba Timur ini juga menawarkan hal yang sama. Mendapat kesemepatan ke sana dalam rangkaian Road Trip kumparan "All New V-Ixion R Peduli Salura", kumparan coba menelusuri apa saja yang ada di pulau terluar ini.
Sebelum membicarakan apa yang ada di 'tempat yang jauh' --dalam bahasa Sumba, halaura yang merupakan nama asli pulau ini secara harafiah dapat diartikan begitu-- ini mari kita bicarakan terlebih dahulu letaknya.
Lokasi
Menjadi wilayah perbatasan antara Indonesia dengan Australia, Pulau Salura terletak jauh di sisi Selatan Pulau Sumba. Kota besar paling dekat adalah Waingapu. Dari Waingapu perjalanan darat sekitar enam sampai delapan jam dengan jarak 110 km harus ditempuh untuk bisa sampai ke pelabuhan di Desa Katundu.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Geligelo)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Geligelo)
Perjalanan panjang itu pun dilengkapi dengan jalur yang cukup sulit, setengahnya adalah jalan bebatuan yang ekstrem. Namun alam memang adil, semakin dalam menyusuri daratan Sumba semakin indah juga pemandangan yang ditawarkan.
ADVERTISEMENT
Dari Katundu perjalanan menuju Pulau Salura masih berlanjut. Jalur laut yang akan mengombangambingkan kapal selama satu jam harus dilalui sebelum akhirnya sampai di bibir Pulau Salura.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Geografis dan Demografi
Dari kapal, bukit-bukit hijau yang menjulang tinggi seperti memanggil untuk segera merapat ke Pulau Salura. Warna air laut yang mulai menghijau menjadi penanda kapal semakin dekat dengan daratan.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Geligelo)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Geligelo)
Pinggir Pulau Salura dihiaisi dengan pasir putih yang tebal. Berjalan tiga ratus meter ke depan sudah dapat terdengar kambing mengembik yang menjadi ternak warga di sana.
Ya, meski mayoritas warga Pulau Salura berprofesi sebagai nelayan, sebagian besar dari mereka juga memiliki kambing sebagai hewan ternak. Rumah-rumah di sana mayoritas sudah dibangun dengan bata dan beratapkan seng. Sealin itu tiap-tiap rumah juga dikelilingi dengan pagar kayu untuk mencegah hewan ternak masuk dan mengganggu wilayah rumah lain.
ADVERTISEMENT
Berjalan menyusuri desa bisa dilakukan hanya dalam beberapa jam saja. Sedangkan jika ingin menjajal daerah perbukitan, sediakan waktu sekitar 1-2 jam untuk perjalanan.
Mayoritas penduduk Pulau Salura sendiri beragama Muslim, tidak heran kalau dapat ditemukan dua buah masjid di sini. Menurut keterangan Sahlan Abubakar, Sekertaris Desa Salura, saat ini tercatat Pulau Salura ditinggali 618 jiwa yang tersebar dalam 139 keluarga.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Menurut keterangan Sahlan juga Pulau Salura hanyalah satu dari tiga pulau yang tercatat sebagai daerah dari Desa Salura. Pulau Kotak (alias Pulau Kambing) dan Pulau Mengkudu adalah dua pulau lalinnya.
Meski begitu sampai saat ini baru Pulau Salura yang didiami manusia. Pulau Kotak ditinggali oleh banyak kambing sedangkan Pulau Mengkudu, adalah pulau yang diproyeksikan menjadi daerah wisata karena pemandangan bawah laut dan pantainya yang luar biasa indah. Tidak heran beberapa tahun ke belakang Negara Australia berniat 'mengakusisi' pulau ini.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Salah satu kenikmatan yang bisa didapat dari Pulau Salura adalah suasana malam harinya, dengan angin yang bertiup dari pantai, sedikit bersandar beratapkan langit yang berhiaskan bintang menjadi pengantar tidur yang ideal. (Tetunya jika tidak hujan)
ADVERTISEMENT
Sarana Publik dan Keadaan
Jika kita membahas tentang daerah pedalaman, selain akses yang sulit, seringkali dikatikan dengan ketidaktersediaan listrik, Salura --dan juga wilayah sekitar Katundu-- sudah dialiri listrik.
Yang sedikit berbeda adalah mereka memanfaatkan energi terbarukan (sustainable energi) dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dioperasikan oleh PLN idealnya listrik mengalir 24 jam di sini. Namun menurut pengakuan beberapa warga dalam beberapa tahun terakhir ada komponen yang rusak sehingga sekitar pukul 20.00 biasanya sudah tidak ada lampu menyala.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Selain itu Pulau Salura juga punya penjernih air sendiri yang bahkan dilengkapi dengan alat untuk menggalonkan air-air ini. Namun sayangnya fasilitas ini juga sudah rusak dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam Pulau Salura juga terdapat pos polisi yang baru saja dibangun dan satu SD yang terletak berseberangan dengan SMP. Sayangnya bangunan tempat mengenyam pendidikan ini bisa dikatakan kurang layak. Dari enam ruang kelas yang diperuntukan bagi masing-masing tingkatan (kelas 1-6), hanya ada dua yang tidak bocor di kala hujan. Itu baru bicara tentang fasilitas.
Sekolah di Pulau Salura (Foto: Geli Dimas)
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah di Pulau Salura (Foto: Geli Dimas)
Soal tenaga pengajar tidak kalah mengenaskannya. Saat ini hanya ada sembilan orang guru di sana yang empat di antaranya adalah guru honorer. Menurut pengakuan Kepala Sekolah Rasyid Longsoh kebanyakan guru yang dikirim mengajar ke Pulau Salura tidak merasa betah, sehingga ketika ada kesempatan untuk kembali ke Sumba mereka memilih untuk tidak melanjutkan mengabdi.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura". (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura". (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Kegiatan Ekonomi
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mayoritas penduduk Pulau Salura adalah seorang nelayan. Ada dua hasil utama dari perairan Pulau Salura. Yang pertama, tentunya ikan dan yang lainnya adalah cumi-cumi. Jika berkunjung ke pulau ini, menikmati sajian seafood yang masih segar --tidak ada rasa 'kulkas'-- adalah satu kewajiban.
Meski begitu nelayan-nelayan di Pulau Salura juga punya permasalahan sendiri. Menurut Sahlan, alat tangkap yang digunakan nelayan Salura masih sangat tradisional sehingga hasil tangkapan mereka kurang maksimal.
Nelayan Pulau Salura (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nelayan Pulau Salura (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Tidak berhenti di situ pemasaran hasil produksi adalah masalah berikutnya. Ini dikarenakan sarana transportasi yang kurang memadai bagi para nelayan untuk sekadar menjual barang dagangannya ke Waingapu. Tidak jarang banyak pemborong ikan yang 'jemput bola' untuk membawa ikan dari Salura ke Waingapu.
ADVERTISEMENT
Masalah transportasi ini masih diperparah lagi dengan masalah komunikasi. Di Pulau Salura akses komunikasi adalah hal yang langka. Sinyal telepon hanyalah sesuatu yang bisa didamba-dambakan oleh mereka yang sudah memohonkan keberadaan satu tower sinyal.
Nelayan Pulau Salura (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nelayan Pulau Salura (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Keberadaan tower bukan hanya bermanfaat bagi perekonomian. Sebagai pulau terluar sudah seharusnya Pulau Salura mendapat akses komunikasi untuk mempermudah penyebaran informasi kalau-kalau ada sesutu yang terjadi dengan ujung daerah perairan Indonesia.
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Road Trip "All New Vixion-R Peduli Salura" (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Apalagi kalau nantinya Desa Salura akan benar-benar mengembangkan potensi wisata mereka, rasanya kebutuhan akan akses komunikasi tidak terelakan lagi.