Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Dikenal sebagai negara rempah-rempah, Indonesia memiliki berbagai tanaman yang khas. Beberapa di antaranya pun sangat unik karena bisa menghasilkan minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak esensial atau essential oil.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri diperkirakan ada sekitar 100-200 spesies tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Tanaman ini pun tak sulit untuk ditemukan, karena keberadaannya cukup dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tanaman sereh, jahe hingga lavender dan sebagainya.
Buat kamu yang ingin mengenal lebih jauh tentang tanaman atsiri, kamu bisa berkunjung ke Karanganyar, Solo. Hanya dengan berkunjung ke Rumah Atsiri Indonesia, pengetahuan dan wawasan kamu tentang tanaman wangi ini akan semakin bertambah, lho.
Berdasarkan undangan Kementerian Pariwisata, kumparan pun berkesempatan langsung mengunjungi Rumah Atsiri Indonesia yang terletak di Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini beragam aroma wangi dari tanaman-tanaman di sekitarnya sudah sangat terasa. Tak cuma bunga-bunganya yang indah, Rumah Atsiri juga menyediakan fasilitas tur bagi pengunjung. Dengan didampingi pemandu, pengunjung akan diajak berkeliling menjelajah kawasan Rumah Atsiri.
Pemandu juga akan menjelaskan kepada pengunjung seputar taman atsiri dari rute yang dilalui. Mulai dari nama tanaman, keunikan, aroma khas, hingga fungsi setiap tanaman tentu akan menambah wawasan tentang tanaman atsiri. kumparan pun berkesempatan untuk menelusuri keindahan Rumah Atisiri dengan salah seorang pemandu yang bernama Nobi.
ADVERTISEMENT
Menurut Nobi, ada tiga hal yang berkaitan dengan minyak atsiri yaitu memiliki aroma yang khas, mudah menguap, dan berasal dari tanaman dan ada juga yang berasal dari binatang atau bakteri.
"Terdapat sekitar 80 tanaman khas yang ada di Rumah Atsiri," ujar Nobi saat berbincang dengan kumparan beberapa waktu lalu.
Beberapa tanaman yang bisa kamu temui di tempat ini adalah rosemary, kayu putih, serai, marigold, kesturi, vanili, lavender, cendana, arum dalu dan lainnya. Di antara tanaman tersebut ada yang bisa langsung kamu kenali aromanya. Salah satu contohnya adalah rosemary.
Saat kamu memegang bunga ini, kamu bisa menghirup aroma dari tanaman rosemary yang sangat harum. Menurut Nobi, tanaman rosemary ini biasanya digunakan untuk tambahan pembuatan parfum ataupun daunnya digunakan untuk ditambahkan ke dalam masakan.
ADVERTISEMENT
kumparan pun melanjutkan perjalanan ke area taman selanjutnya. Hal menarik yang kami temukan di perjalanan adalah, pengunjung bisa melihat langsung proses distilasi dari tanaman tersebut yang diubah ke dalam sebuah minyak.
"Proses penyubliman itu kurang lebih empat jam, dan biasanya setelah itu minyak yang telah diekstrak tadi akan distandarkan sesuai dengan peruntukkannya," tutur Nobi.
Sementara itu, ada pula tanaman lain yang aromanya baru muncul jika daunnya diremas. Tanaman seperti itu contohnya serai yang menjadi salah satu bahan dari minyak tawon.
Selain mempelajari tanaman-tanaman yang memiliki aroma yang khas. Rumah Atsiri juga memiliki beberapa spot favorit untuk berfoto salah satunya adalah di bagian rumah kaca yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Tak cuma di rumah kaca, Marigold Plaza menjadi spot favorit bagi wisatawan yang ingin mengabadikan foto mereka karena di tempat ini terdapat hamparan tanaman Marigold dengan warna kuning dan oranye yang indah.
Untuk diketahui, Rumah Atsiri dulunya adalah sebuah pabrik yang selesai dibangun pada tahun 1967 yang merupakan kerja sama Indonesia-Bulgaria dan menjadi tempat pengolahan minyak atsiri dari bahan utama serai wangi atau citnorella.
Sekarang lokasi ini merupakan tempat rekreasi edukasi dengan fokus utama pada pendidikan, penelitian, pengembangan, dan rekreasi tentang Tanaman Atsiri.
Meski pabrik ini telah berhenti beroperasi, Rumah Atsiri masih mempertahankan arsitektur bangunan lamanya yang bergaya kontemporer. Hal menarik dari bangunannya adalah desain blok ventilasinya yang berongga-rongga karena dulunya merupakan pabrik atsiri.
Selain itu menurut inisiator Rumah Atsiri Indonesia, Paulus Mintarga, ia ingin Rumah Atsiri menjadi salah satu destinasi wisata yang menerapkan sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan).
ADVERTISEMENT
"Konsepnya akan kita mencoba untuk mengkonservasi dan tidak ada bangunan yang dibongkar, kemudian bangunan yang telah ada sejak tahun 1986 itu akan kita dan revitalisasi dan gunakan kembali. Jadi, konsep kita apa yang sudah ada kita mencoba fungsi baru ini enggak usah dibongkar sedikit mungkin tapi bisa berfungsi kembali," ujar Paulus
Paulus juga mengungkapkan, beberapa peninggalan pabrik pengolahan minyak atsiri juga masih dipertahankan. Mulai dari batu bata, mesin pencacah, hingga tabung kimia pada zaman dahulu yang kini dipajang sebagai sarana pembelajaran bagi pengunjung.
Lebih lanjut, menurut Paulus, Rumah Atsiri sedang berada dalam tahap pengembangan. Karena akan ada pengembangan seperti pembuatan ballroom, glamping, dan juga kamar hotel.
"Kita juga ingin membuat institut aroma terapi Indonesia atau semacam politeknik karena di Indonesia belum ada," imbuh Paulus.
ADVERTISEMENT
Paulus pun juga mengungkapkan walaupun tempat yang dulunya pernah menjadi bekas pabrik ini sudah tidak beroperasi lagi, ia berharap tempat ini bisa menjadi salah satu wahana edukreasi (edukasi sambil rekreasi) bagi para wisatawan untuk mengenal lebih dekat apa itu minyak atsiri.
"Ketika saya memulai coba merancang ini kita kan research dan survei bahwa Pak Soekarno bercita-cita ingin mendirikan pabrik citronela terbesar di Indonesia. Yang saya senang adalah kita dapat mempertahankan visi itu. Kita tetap memegang visinya dan tetap menjadi ujung tombak untuk mengembangkan dunia atsiri di Indonesia, makanya walaupun kita tidak bisa memproduksi kita lewat jalurnya adalah edukasi dengan edukreasi menurut saya itu menarik sekali ya," kenang Paulus.
Dalam menjalankan operasional Rumah Atsiri, ia pun juga telah menerapkan salah satu unsur dari sustainable tourism yaitu dengan melibatkan para penduduk lokal.
ADVERTISEMENT
"Sekitar 80 persen orang lokal juga kerja di tempat ini, dan ke depannya kita ingin mengembangkan desa wisata," pungkasnya.
Bagi kamu yang tertarik untuk mengunjungi tempat ini kamu harus membeli tiket seharga Rp 50 ribu dan akan diberikan kartu akses yang terisi dengan saldo. Saat masuk ke dalam Rumah Atsiri kamu tinggal menggesek kartu tersebut ke mesin yang ada di pintu masuk dan saldo kamu akan terpotong Rp 15 ribu.
Sisanya, bisa kamu belanjakan oleh-oleh ataupun membeli makanan dan minuman di restoran di sekitarnya. Jika pengunjung ingin ditemani oleh pemandu, mereka hanya tinggal memberitahu di loket pembelian tiket.
Rumah Atsiri mulai dibuka pukul 09.00 WIB dan tutup pukul 17.00 WIB. Fasilitas di sini juga sudah lengkap. Terdapat restoran, museum, toko souvenir, teater terbuka, ruang pertemuan, hingga rumah kaca.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tertarik untuk berkunjung?