news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sejarah Kota Medan yang Dahulu Bernama Tanah Deli

27 Maret 2023 17:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kota. Foto: Dok. Kemenparekraf
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kota. Foto: Dok. Kemenparekraf
ADVERTISEMENT
Sebuah kota yang dulunya dikuasai Belanda ini dulunya merupakan rawa-rawa yang memiliki luas 4 ribu hektare dan dikenal dengan nama Tanah Deli.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat pada tahun 1909, kota itu terbilang sudah memiliki infrastruktur dengan perencanaan yang matang dan modern. Saat itu, kota ini hanya terdiri dari empat kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sugai Rengas, Kampung Petisah Hulu, dan Kampung Petisah Hilir.
Kota ini juga berada di dua aliran sungai, yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura. Total penduduknya saat itu ada sekitar 44 ribu jiwa yang berasal dari penduduk lokal, China, Eropa, dan India.
Dilansir situs Pemerintahan Indonesia, dulunya Pemerintah Hindia Belanda membuat kota ini sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, serta sengaja dibangun sebagai representasi kota besar yang rapi.
Ilustrasi wisatawan yang tengah berwisata di Kota Medan. Foto: Dok. Kemenparekraf
Kira-kira ini kota apa yaa? Mungkin sebagian dari kamu sudah tahu, benar ini adalah kota Medan yang dulunya lebih dikenal dengan nama Tanah Deli.
ADVERTISEMENT
Kembali ke sejarahnya. Dahulu, rumah dan kantor yang berada di kota ini bisa dibilang luas dengan tata letak yang cermat. Belum lagi kala itu terdapat juga drainase besar, jaringan listrik, telepon, gas, dan pelabuhan yang memadai.
Belanda dulunya juga menanamkan konsep kota hijau (the green city) di Medan. Karena pohon mahoni, kecapi, dan pohon keras lainnya ditanam di jalanan tengah kota.
Tentu hal ini membawa keteduhan kota Medan di masanya. Bagaimana tidak, pohon Mahoni ditanam sepanjang jalan menuju ke Pelabuhan Belawan, yang berjarak 25 km dari pusat kota.
Ilustrasi kamar hotel Foto: Dok. Pegipegi
Belum lagi alun-alunnya yang diberi nama Esplanade, dilengkapi dengan banyak pohon beringin di sekelilingnya. Ada juga stasiun kereta api (Deli Spoorweg Matchapij), hotel (Hotel De Boer), bank (The Javashce Bank), dan kantor pos (Post Kantoor).
ADVERTISEMENT
Pembangunan-pembangunan infrastruktur ini merupakan kebutuhan dari perusahaan-perusahaan milik Belanda, termasuk perkebunan.
Belum lagi Medan dan wilayah di sekitarnya yang merupakan perkebunan karet, kelapa sawit, dan tembakau. Tembakaunya yang disebut sebagai tembakau Deli sangat terkenal di Eropa.
Infrastruktur yang dibuat oleh Belanda untuk pembangunan kota Medan ini memang tidak main-main. Karena Belanda ingin membuat kota ini efisien dan bisa berfungsi dengan sangat baik.
Foto udara jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Foto: Dok. Jasa Marga
Setelah perjuangan panjang para pahlawan, hingga Indonesia merdeka, akhirnya muncul ide untuk menata kota seperti rancangan gemeente (kotapraja).
Pada 1950-an, ada wilayah baru yang dikembangkan dan dikenal dengan Medan Baru. Wilayah ini awalnya memang seolah terlihat terinspirasi tata kelola Eropa, namun wilayah ini jugalah yang kencang akan visi bisnisnya dan menjadi harapan untuk kotanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kini kota Medan memiliki luas 265,10 kilometer persegi dengan penduduk 2,3 juta dan terus bertambah. Kota ini mayoritas ditinggali oleh penduduk lokal, seperti suku Melayu, Batak, Mandailing, dan Karo. Belum lagi ada suku Jawa, keturunan India, dan Tionghoa.
Esplanade pun masih menjadi paru-paru kota dan tempat untuk para penduduknya melepas penat. Infrastruktur pun semakin berkembang demi kemajuan kota Medan.

Asal Usul Nama Medan

Nama Medan berasal dari Tamil Maidhan atau Maidhanam yang artinya tanah lapang atau tempat yang luas. Kata tersebut diadopsi dari bahasa Melayu.
Dilansir situs resmi Dinas Pariwisata Kota Medan, arti kata Medan sendiri dalam bahasa Melayu berarti tempat luas untuk berkumpul. Karena sejak zaman dulu, kota ini menjadi tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai tempat.
ADVERTISEMENT
Seperti yang tertulis dalam Hamparan Perak yang ditulis dengan huruf Karo, seorang tokoh bernama Guru Patimpus adalah orang yang memberi nama Medan.
Pada 1590, Guru Patimpus Sembiring Palawi dianggap sebagai orang yang membuka sebuah kampung bernama Medan Puteri. Pada awalnya, Medan merupakan sebuah perkampungan kecil yang diberi nama medan Putri.
Oleh karena itu, tanggal 1 Juli 1590 diusulkan menjadi hari jadi Kota Medan.