Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Sejarah Tari Piring, Tarian yang Dilakukan Susi Pudjiastuti di Atas Beling
25 November 2020 13:57 WIB
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu nama mantan Menteri Kelauatan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menjadi perbincangan publik setelah ia mengunggah video menari tarian piring khas Sumatera Barat . Dalam video yang diunggah 15 November lau itu, Susi terlihat sedang menari di atas pecahan piring.
ADVERTISEMENT
Menariknya, dalam video itu tidak terlihat Susi mengeluh sakit atau terluka. Ia menyebut lokasi saat dirinya menari ada di daerah Bukittinggi, Sumatera Barat.
"Hayooo ... percaya tidak kalau ini betulan ... 😄😄😄 Di Bukittinggi, 15 November ..," tulis Susi.
Susi menyebut lokasi tari piring itu berada di Padang Panjang, tepatnya di depan Museum PDIKM yang dibangun Bustanil Arif. Setibanya di sana, ia disambut tari piring dan diminta untuk ikut mencoba melakukannya.
Dilansir laman Kemendikbud, tari piring diperkirakan telah ada sejak abad ke-12. Kala itu, masyarakat Minangkabau masih menyembah dewa-dewa. Tari piring diperuntukkan sebagai tarian persembahan bagi dewa atas hasil panen yang berlimpah.
Ritual ini dilakukan dengan membawa sajian makanan yang diletakkan di dalam piring, sambil melangkah dengan gerakan tertentu. Setelah Islam masuk ke Nusantara, tari piring tidak ditinggalkan begitu saja. Fungsinya bergeser, dari yang sebelumnya sebagai persembahan untuk dewa, kini banyak dipertontonkan sebagai hiburan, khususnya di acara pernikahan.
ADVERTISEMENT
Biasanya, piring yang digunakan adalah piring porselen yang dihiasi ukiran di bagian sampingnya. Dalam pertunjukan, piring tersebut akan dijentikkan dengan cincin khusus sehingga menimbulkan suara khas.
Tarian ini merupakan tarian penghibur dan parintang atau pengisi waktu kosong. Selain itu juga disebut tari pergaulan, karena dimainkan oleh muda-mudi secara berkelompok.
Gerakan Tari Piring
Setiap gerakan di dalam Tari Piring memiliki makna dan filosofi tersendiri. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh penari yang berjumlah ganjil, yakni tiga hingga tujuh orang penari. Pakaian yang digunakan penari adalah pakaian berwarna cerah, seperti merah dan kuning keemasan.
Saat mementaskan tari piring, penari pria akan mengenakan destar. Destar adalah penutup kepala berbentuk segitiga yang terbuat dari kain songket.
ADVERTISEMENT
Sedangkan penari perempuan akan mengenakan penutup kepala dari kain songket yang bentuknya mirip seperti tanduk, yaitu tikuluak tanduak balapak.
Musik yang mengiringi tari piring berasal dari berbagai instrumen, seperti rebana, saluang, talempong, dan lain-lain. Tempo alunan musik awalnya lembut, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi lebih cepat.
Gerakan tari piring dimulai dengan meletakkan dua buah piring di atas kedua telapak tangan. Kemudian, piring-piring tersebut diayunkan secara cepat tanpa terlepas dari genggaman tangan mengikuti irama musik.
Sesekali penari juga mendentingkan piring dengan cincin yang tersemat di jari mereka. Gerakan tari piring kebanyakan menggambarkan proses pertanian, seperti gerak pasambahan, singajuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, mengantar juadah, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan yang paling menarik dari tarian ini adalah pada saat penarinya melemparkan piring ke atas, yang menggambarkan kegembiraan atas hasil panen yang melimpah. Lalu piring tersebut akan jatuh dan pecah ke lantai, menyebabkan pecahan kacanya tersebar di sekitar penari.
Salah satu hal yang sangat menarik dalam tari piring adalah penari yang menari-nari di atas pecahan piring, tanpa merasa kesakitan dan tetap meliuk-liukkan tubuhnya hingga musik berhenti. Hal tersebut dapat dilakukan, karena sebelum beraksi si penari harus berkonsentrasi penuh dan mensugesti otaknya bahwa pecahan kaca tersebut terlihat seperti lumut.
Atraksi yang ditampilkan dalam tarian khas Kota Jam Gadang ini memang serupa dengan debus. Yakni bergulingan di atas pecahan kaca, menusuk bagian tubuhnya dengan senjata tajam, memukul tubuh dengan kayu dan rotan, serta menari di atas sebuah kelapa.
ADVERTISEMENT
Pola Lantai Tari Piring
Seperti tarian pada umumnya, tari piring harus dilakukan dengan pola lantai atau pola garis lintasan tarian. Terdapat paling tidak enam pola lantai yang digunakan dalam tari piring, yakni spiral, berbaris, lingkaran besar dan kecil, vertikal, dan horizontal.
Kemudian masing-masing penari juga membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil. Mereka juga bergerak maju dan mundur berdasarkan pola lantai vertikal, serta bergerak ke samping berdasarkan pola lantai horizontal. Pola lantai ini menampilkan kesan sederhana tapi kuat.
Kemudian pada akhir pertunjukan, para penari akan melempar piringnya ke lantai hingga pecah, lalu berjalan di atas pecahan piring yang tajam tanpa terluka. Inilah keunikan tari piring yang tidak ditemui di tarian tradisional lainnya.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).