Sejarah Terciptanya Batik Banyuwangi

22 November 2017 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batik Banyuwangi (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Batik Banyuwangi (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Batik telah menjadi ikon budaya Indonesia, terlebih sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Bukan Benda Warisan Manusia pada 2 Oktober 2009. Banyak daerah di Indonesia yang memiliki kerajinan batik, masing-masing memiliki cirinya tersendiri, termasuk dengan Banyuwangi. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu juga memiliki batik sebagai salah satu kekayaan budayanya.
ADVERTISEMENT
Batik Banyuwangi mempunyai motif yang berbeda dengan batik-batik di wilayah lain, seperti Yogyakarta dan Solo misalnya. Namun, bila ditarik dari asal-usulnya, terciptanya batik Banyuwangi tidak lepas dari keberadaan Kesultanan Mataram--cikal bakal Yogyakarta dan Solo.
Sultan Agung (Foto: jrd.bantulkab.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Sultan Agung (Foto: jrd.bantulkab.go.id)
Mengutip Ensiklopeda Banyuwangi, sejarah batik Banyuwangi berawal dari penaklukan Kerajaan Blambangan oleh Kesultanan Mataram. Kala itu Kesultanan Mataram, di bawah kekuasaan Sultan Agung, melakukan penyerangan ke wilayah timur guna memperluas daerah kekuasaan. Wilayah yang dituju adalah Blambangan, Panarukan, dan Blitar pada tahun 1633 Masehi.
Penyerangan ini mengalami kegagalan. Upaya penaklukan kedua dilaksanakan tahun 1636-1639 Masehi. Pada tahun inilah Blambangan berhasil ditaklukkan.
Ketika Blambangan sudah dikuasai, banyak rakyatnya yang dibawa ke pusat pemerintahan Mataram di Plered, Kotagede. Peristiwa inilah yang diperkirakan menjadi awal mula kelahiran batik Banyuwangi. Hal itu lantaran batik sudah dikenal dalam tradisi keraton Jawa sejak abad ke-15 terutama pada masa pemerintahan Sultan Agung, sehingga tidak mustahil bila rakyat Blambangan yang dibawa ke Mataram kemudian mempelajari batik dan menyebarkannya kembali ke tanah kelahirannya.
ADVERTISEMENT
Namun menariknya, pengaruh Mataram pada motif batik Banyuwangi tidak terlalu terlihat. Hal itu berbeda dengan motif pada batik Madura, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek yang begitu terlihat memiliki pengaruh Mataram. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Azhar Prasetyo dalam bukunya Batik Banyuwangi (2007) terbitan Dewan Kesenian Blambangan.
Motif batik Gajah Oling (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Motif batik Gajah Oling (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
Budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan, mengatakan bahwa motif batik Gajah Oling, motif terpopuler pada Batik Banyuwangi, memiliki kejanggalan karena tidak terlihat adanya pengaruh dari Mataram maupun Bali.
Keberadaan batik Banyuwangi terus berkembang dan motifnya kian beragam. Hingga saat ini, sedikitnya ada 22 motif batik Banyuwangi yang tersimpan di Museum Budaya Banyuwangi, di antaranya: Gajah Oling, Kangkung Setingkes, Paras Gempal, Kopi Pecah, Sekar Jagad, Alas Kobong, Gedekan, Ukel, Moto Pitik, Sembruk Cacing, Blarak Semplah, Gringsing, Semanggian, Garuda, Cendrawasih, Latar Putih, Sisik Papak, Maspun, Galaran, Dilem Semplah, serta Joloan dan Kawung. Jumlah ini belum termasuk dengan motif-motif batik yang belum diberi nama.
ADVERTISEMENT
Keragaman motif batik Banyuwangi ini makin menunjukkan betapa kayanya budaya Indonesia, khususnya batik itu sendiri. Batik bukan sekadar fesyen, melainkan warisan budaya yang harus terus dilestarikan.