Selalu Ada saat Agustus-an, Ini Filosofi Lomba Balap Karung hingga Panjat Pinang

10 Agustus 2022 7:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perlombaan panjat pinang Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perlombaan panjat pinang Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Berbagai perlombaan selalu mewarnai perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Perlombaan seperti Balap Karung, Makan Kerupuk, Tarik Tambang, hingga Panjat Pinang, hampir selalu digelar saat Agustus-an tak terkecuali pada HUT ke-77 RI yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Walau lomba-lomba tersebut cenderung sama dan berulang, tetapi masyarakat tetap antusias untuk mengikutinya apalagi usai sebelumnya tak bisa digelar akibat pandemi COVID-19. Kini, lomba-lomba tersebut digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
Ilustrasi perlombaan panjat pinang Foto: Shutter Stock
Meski digelar tiap tahun, nyatanya tak banyak yang tahu tentang sejarah dan tradisi lomba 17 Agustus-an tersebut. Mengutip beberapa sumber, menurut sejarawan, perlombaan untuk meramaikan Hari Kemerdekaan RI itu diperkirakan mulai ramai dilakukan sekitar tahun 1950-an.
Kabarnya saat itu, intensitas pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan mulai menurun. Sebagai ungkapan kegembiraan, masyarakat menggelar beragam lomba.
Lalu, apa saja makna atau filosofi dari berbagai perlombaan tersebut? Simak ulasannya di bawah ini, yuk!

1. Lomba Balap Karung

Sejumlah anak mengikuti lomba balap karung, di Pantai Ujung Batu, Padang, Sumatera Barat. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Kamu tentu sudah tidak asing dengan lomba yang satu ini. Ya, siapa yang tidak kenal dengan lomba adu lari sambil menggunakan karung goni ini. Siapa yang tercepat sampai finish, di adalah juaranya!
ADVERTISEMENT
Perlombaan ini tidak hanya membutuhkan fisik yang kuat tetapi juga strategi yang tepat. Agar tidak terjatuh, kamu tentu harus menyamakan ritme kedua kaki saat melompat.
Bukan sembarang lomba, nyatanya balap karung adalah refleksi dari beratnya kehidupan masyarakat Indonesia di masa penjajahan. Saat itu, masyarakat Indonesia kabarnya sangat miskin sehingga tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan.
Siapa yang tidak kenal lomba adu lari menggunakan karung goni ini. Filosofi dari balap karung adalah refleksi dari beratnya kehidupan masyarakat Indonesia di masa penjajahan. Saat itu, masyarakat Indonesia teramat miskin hingga tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan.

2. Lomba Makan Kerupuk

Anak-anak keturunan etnis Tionghoa mengikuti lomba makan kerupuk Foto: Kemal Jufri/AFP
Selain balap karung, lomba makan kerupuk merupakan salah satu lomba yang juga sangat populer saat Agustus-an. Terlihat gampang untuk dilakukan? Jangan anggap remeh dulu, coba habiskan satu kerupuk tanpa menggenggamnya dengan tangan.
ADVERTISEMENT
Ya, lomba ini menantang kamu untuk menghabiskan kerupuk yang digantung dengan kondisi tangan terikat. Siapa yang habis duluan, dia adalah pemenangnya.
Nah, kesulitan yang dirasakan saat mengikuti lomba inilah yang diangkat sebagai gambaran masyarakat Indonesia di zaman penjajahan. Ya, konon lomba ini merupakan refleksi dari sulitnya masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan pada masa itu.

3. Lomba Tarik Tambang

Sejumlah pengunjung bermain tarik tambang di CFD di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu, (29/9/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Yang terkuat jadi pemenang sepertinya cukup tepat untuk menggambarkan lomba satu ini. Ya, apa lagi kalau bukan lomba tarik tambang.
Olahraga ini hampir selalu ada saat perayaan HUT Kemerdekaan RI. Tali tambang yang menjuntai akan ditarik secara berlawanan dengan beberapa orang. Mereka yang berhasil menjatuhkan lawan atau menarik titik tengah tali adalah juaranya.
ADVERTISEMENT
Meskipun memang awalnya adalah lomba adu kuat, Tarik Tambang justru mengajarkan tentang makna kekompakan, gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas.
Perlombaan ini diperkirakan telah ada sejak lama. Olahraga ini banyak dilakukan oleh masyarakat di Kamboja, Yunani Kuno, India, dan Tiongkok.
Menurut buku yang berjudul "The Notes of Feng" tarik tambang dulu sering digunakan untuk melatih para prajurit yang akan berperang.

4. Lomba Balap Egrang

Anak-anak bermain permainan tradisional egrang di sawah Art Space, Desa Adat Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Berikutnya, lomba ini adalah salah satu lomba tersulit saat 17 Agustusan. Ya, bagaimana tidak kamu harus bisa menjaga keseimbangan saat menaiki tongkat egrang.
Egrang diperkirakan telah ada sejak tahun 6 SM di Yunani. Saat itu, masyarakat menggunakan egrang untuk bekerja di rawa atau sebagai alat untuk menyeberangi sungai.
ADVERTISEMENT
Lomba Balap Egrang mengajarkan kita agar selalu memiliki kepercayaan diri. Karena jika kita ragu dalam melangkah, kita justru akan jatuh.

5. Panjat Pinang

Ilustrasi perlombaan panjat pinang Foto: Shutter Stock
Terakhir, panjat pinang merupakan salah satu lomba yang telah ada di Indonesia sejak zaman Belanda. Dilansir Historia, permainan panjat pinang adalah sarana hiburan bagi penduduk Hindia Belanda yang memang saat itu sarana hiburan tidak secanggih atau sebanyak saat ini.
Pada zaman Hindia Belanda, orang-orang yang mengikuti permainan panjat pinang untuk memperebutkan benda-benda yang bergantung di atasnya seperti kemeja, celana, dan lain-lain, yang memang pada saat itu benda tersebut adalah barang mewah.