Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sempat Dipandang Sebelah Mata, Begini Perkembangan Toilet Kereta Api
29 Juni 2018 9:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Keberadaan kereta api turut menjadi bagian penting dari sejarah bangsa ini. Kereta api lokomotif sudah ada sejak 1867, yakni pada era Tanam Paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Transportasi ini dianggap vital untuk mengangkut hasil bumi dan kebutuhan militer .
ADVERTISEMENT
Puncak kejayaan kereta api lokomotif Hindia Belanda berlangsung sekitar 1920-an. Banyak orang Eropa yang memuji sistem kereta api di Pulau Jawa yang rapi. Bahkan, disebut-sebut nomor satu di Asia.
Namun, kenyamanan toilet kereta api belum menjadi prioritas hingga akhir-akhir ini. Perkembangannya dari masa ke masa begitu lambat dan terkesan selalu jorok. Tak heran banyak penumpang, bahkan kru kereta api menghindari buang air di sana.
Selama puluhan tahun, kereta api Indonesia memiliki bilik toilet plung lap, yakni istilah untuk menyebut toilet bolong. Maksudnya, begitu penumpang buang air, hasil ekskresinya langsung jatuh ke rel dan tercecer.
Toilet bolong ini tak dilengkapi bak penampung. WC biasanya terbuat dari stainless steel dan berada di bilik sempit yang bau. Kebanyakan penumpang merasa lebih baik menahan ‘panggilan alamnya‘ hingga stasiun tujuan, dari pada berurusan dengan toilet itu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya penumpang yang mengeluhkan toilet bolong ini. Hasil ekskresi yang langsung jatuh ke bumi juga meresahkan masyarakat di luar kereta.
Toilet bolong ini masih digunakan di seluruh kereta jarak jauh di Pulau Jawa hingga 2010. Pada September 2010, PT KAI yang saat itu dipimpin Ignasius Jonan, meluncurkan Toilet Ramah Lingkungan (TRL) pada kereta Argo Lawu jurusan Jakarta-Solo . Angin segar itu kemudian diikuti instalasi pada kereta-kereta lainnya.
Berbeda dengan toilet bolong, TRL dilengkapi sistem penampungan atau septic tank. Tinja dan urin tidak tercecer jatuh ke rel. Bahkan bak penampungan juga diberi mikroba pengurai agar isinya sudah tidak terlalu bau saat dikeluarkan.
Selain sistem penampungan, toilet kereta api kini juga dilengkapi dengan flush, hand shower closet, wastafel, dan sabun cuci tangan. Kondisi ini jauh lebih baik dan membuat penumpang tak segan buang air di sana.
ADVERTISEMENT
Beberapa kereta seperti Argo Parahyangan memiliki toilet duduk. Hampir senyaman toilet di pesawat. Tentu sebagai penumpang kita harus ikut menjaga kebersihan fasilitas vital tersebut.